Oleh: Asvi Warman Adam
Mengenang Sejarawan “Gerakan Petani” dan “Ratu Adil” Continue reading “Menimbang Sartono Kartodirdjo dan Onghokham”

Melintasi Batas Peradaban, Mencatat Perjalanan, Menawarkan Cara Pandang
Oleh: Asvi Warman Adam
Mengenang Sejarawan “Gerakan Petani” dan “Ratu Adil” Continue reading “Menimbang Sartono Kartodirdjo dan Onghokham”
Barusan saya kirim pesan pendek untuk istri. Mengucapkan selamat ulang tahun Continue reading “SMS Ulang Tahun yang Kecepatan Satu Hari”
Kita membuang Rp 1,5 milyar receh setiap hari
Sadarkah Anda, bahwa kita, penduduk Jakarta, setiap harinya membuang uang receh hingga mencapai 10 digit setiap harinya, ke jalanan. Mari kita berhitung. Jumlah anak jalanan di Jabodetabek saat ini berdasarkan data terakhir dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencapai angka 75.000. Continue reading “Berikan Saja Biskuit, Permen, Susu Kotak…”
You currently appear offline to intansantosa
intansantosa
hi yah..
teguh_timur
muach…
udah baca tere mujshe? Continue reading “The Tale of Klinting Ireng and Klinting Kuning”
NATIONALISM is acknowledged as an outcome of historical aspect of human being. In his monumental book “The Idea of Nationalism” (first published in April 1944), historian and philosopher Hans Kohn underlines that as a state of mind and an act of consciousness, nationalism is the product of the growth of social and intellectuals’ factors at certain stage of history. Continue reading “Writing A History of Nationalism”
“Bang ini lagu yang dulu sering kita dengar bersama Mama.”
“Oh ya, lagu apa?”
“Lagu India.” Continue reading “Tera Mujhse Hai Pehle (Sekali-kali Lagu India…)”
Hari Selasa, Tim mengirimkan sepucuk e-mail. Bunyinya:
Dear Sophan, Baipo, Brian, and Teguh, Continue reading “My First Thanksgiving Day (with pictures…)”
Satu dari masa lalu…

teguh_timur
Aloha. Mau konsultasi nih. Aku dapat terjemahan Quran dari Riyadh, surat Al Imran ayat 104. Continue reading “Tentang kata Nation dalam Terjemahan Al Quran dari Riyadh”
At the end of a rainbow
You’ll find a pot of gold
At the end of a story
You’ll find it’s all been told
But our love has a treasure
Our heart’s can’t always spend
And it has a story without any end
Tidak seperti di Jakarta, pelangi muncul setiap kali di Honolulu. Seperti siang tadi. Sudah sering kali saya menyaksikan ujung pelangi dari jendela kamar saya di lantai delapan Hale Manoa ini. Continue reading “The End of A Rainbow from My Window”
SAYA tak bermaksud menggurui. Tapi kalau ada waktu, mungkin ada baiknya membaca buku Ali Syariati, yang judulnya dalam bahasa Indonesia: Agama versus “Agama”.
Saya juga tak bermaksud mengurui. Tetapi setahu saya, semantik memang seringkali menjebak kita. Sampai pada satu titik, beragama dan tidak-beragama sama saja artinya. Ber-Tuhan dan tidak-ber-Tuhan juga sama saja artinya. Continue reading “Tentang Agama, yang oleh Sebagian Orang Disebut Candu”
Pernah ada suatu masa, ketika kita merasa sendirian di negeri orang, atau di tengah pengasingan yang sepi menyampaikan ucapan Mohon Maaf Lahir dan Bathin untuk teman yang jauh. Selamat Lebaran, Selamat Idul Fitri 1428 Hijriah. Semoga tidak kurang satu apapun.

BARU kali ini saya merayakan Lebaran jauh dari keluarga. Sepi sendirian di kamar saya yang sempit, ditemani buku-buku yang bergeletakan dimana-mana; di atas meja, di atas lantai, di atas kasur. Kebanyakan mengenai nasionalisme, Islam dan Indonesia. Juga Sukarno. Printout beberapa hasil riset politik juga menumpuk di atas meja. Continue reading “Lebaran Pertama di Hawaii”
Harmony between the two religions [Moslem and Christian] is not only necessary for world peace; it is natural.
DI Hawaii, shalat Idul Fitri yang dilaksanakan Sabtu pagi (13/10) atau Minggu dinihari (14/10) kemarin dihadiri sekitar 1000 umat Islam dari berbagai negara. Shalat Idul Fitri digelar di padang rumput Magic Islands, kompleks pantai wisata Ala Moana, Honolulu. Tak jauh dari lokasi shalat beberapa pengunjung pantai berjemur di atas pasir putih sementara beberapa lainnya asyik bermain dengan ombak. Beberapa pengunjung pantai juga menyempatkan diri menonton shalat Idul Fitri, dan mendengarkan khutbah yang disampaikan sang khatib Dr. Muhammad Abdullah. Continue reading “Duh, Lebaran di Hawaii”
KITA semua tentu punya cerita tentang Ibu kita masing-masing. Izinkan aku, di tengah malam ini, di sela-sela mengerjakan tugas yang akan dikumpul besok pagi bercerita tentang sosok itu: Dahlia Ketaren. Wanita yang melahirkanku, membesarkanku dan mengajarkan kepadaku apa yang harus aku lakukan dan apa yang harus tidak aku lakukan.
Bagiku, semoga ini tidak salah, ia-lah penjelmaan Tuhan di atas muka bumi ini.
Pertengahan tahun 2001, Ibuku diserang tekanan darah tinggi hingga mencapai 285. Aku yang baru beberapa bulan bekerja di kantorku memutuskan untuk pulang dan menemani Ibuku di rumah sakit Adam Malik. Dari Polonia, tempat pertama yang kutuju adalah rumah sakit.
Dia yang sedang terbaring, berbinar-binarnya matanya melihat kehadiranku. Tangannya menggapaiku, mulutnya hendak berkata “Anakku”, tapi suaranya tak terdengar jelas. Tekanan darah tinggi telah membuatnya tak bisa menggerakkan sebagian besar anggota tubuhnya, termasuk mulutnya untuk bicara. Saat itu juga aku putuskan akan tinggal di rumah sakit sampai ia kembali pulang ke rumah dalam keadaan sehat, atau sesehat mungkin.
Satu bulan lebih aku di Medan, dan selama masa itu hanya sekali aku bermalam di rumah kami. Selebihnya, seperti yang aku janjikan, aku menghabiskan waktuku di rumah sakit bersama Ibuku. Setiap pagi, aku memapahnya ke luar ruangan, menjemurnya di bawah sinar matahari. Membantu Ibuku menggerakkan kaki dan tangannya, membantunya melangkah dan menggenggam. Menyuapinya. Memberi semangat kepadanya, menjelaskan sebisaku bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Membelikan buah-buahan yang dia suka. Pernah suatu malam, aku berputar-putar kota Medan untuk mencari duku Palembang yang dimintanya. Aku pulang dengan tangan kosong, karena saat itu memang sedang tak musim duku Palembang. Untunglah, Ibuku tak kecewa.
Suatu hari, hapeku berbunyi. Seorang senior dari kantorku di seberang sana memberi tahu bahwa mereka sedang rapat untuk membahas kinerja anak-anak baru. Dan katanya, namaku ada dalam daftar yang akan dipecat karena sudah dua minggu tak hadir di kantor. Kepada senior ini aku katakan, “Bang, terima kasih. Aku tak bisa ke Jakarta sekarang. Ibuku hanya satu. Soal pekerjaan, insya Allah, ada banyak.” Sampai sekarang, mereka, kantorku itu, tak juga memecatku.
Aku tetap memilih tinggal di Medan menemani Ibuku. Keadaannya semakin baik. Tekanan darahnya turun, walau tak bisa normal. Seingatku, sekitar 180. Dan yang paling menggembirakan, Ibuku kembali bisa berjalan, kembali bisa berbicara seperti semula. Walau dari luar tampaknya tak ada fungsi motorik yang terganggu, tetapi ternyata di dalam sana ginjalnya rusak berat hingga tak berfungsi sama sekali. Dan ia harus cuci darah dua kali setiap minggu.
Tiap kali cuci darah sungguh membuat hatiku tak menentu. Bayangkan, aku harus menyaksikan Ibuku ditusuk-tusuk, pada pangkal paha dan lengannya, dengan jarum yang besarnya minta ampun. Itu belum seberapa. Aku harus menyaksikan darahnya dipompa keluar dan dipompa masuk. Setiap kali cuci darah, Ibuku harus tinggal di dalam ruangan yang dingin itu selama 4 jam. Sampai sekarang mesin pencuci darah itu masih melekat di pelupuk mataku, sementara bunyi mesinnya masih terngiang di telingaku.
Di minggu keempat, Ibuku sudah boleh meninggalkan rumah sakit. Tetapi, ia tetap harus melanjutkan cuci darah, dua kali dalam seminggu.
Bulan Mei 2002, aku kembali pulang. Kali ini Ibuku masuk ruang ICU RS Pirngadi Medan. Seperti setahun sebelumnya, dari Polonia tempat pertama yang kutuju adalah rumah sakit. Di depan rumah sakit, Ayahku telah menunggu. “Lemah, Guh. Keadaan Mama lemah.”
Di ruang ICU, aku melihatnya terbaring. Ia memang melemah. Ya Tuhan, tubuhnya membengkak, wajahnya menguning. Nafasnya satu dua. Secara medis, Ibuku koma. Aku hanya bisa membisikkan doa-doa yang aku tahu. Aku tak cukup yakin, apakah Ibuku bisa mendengar suaraku. Di saat aku kehilangan harapan, tangannya menggenggam tanganku. Cukup erat. Hanya sebentar.
Keesokan harinya, Ibuku meninggal dunia. Aku ada di sana ketika ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Tubuh yang tadinya bengkak kembali normal. Wajahnya kembali kuning langsat.
Selama Ayahku dan kakakku mengurus berbagai hal di luar sana, aku menemani jenazah Ibuku. Mengucapkan janji-janji yang aku harap bisa aku tepati. Membaca Quran kecil yang selalu kubawa kemana-mana (kini tertinggal di Jakarta) untuknya. Berbicara dengannya seolah ia masih bisa mendengarkan suaraku.
Ibuku dimakamkan sehari kemudian. Luar biasa banyak yang datang melihat jenazahnya disemayamkan di rumah kami dan juga yang mengantarnya ke liang kubur. Sepanjang jalan dari rumah kami ke kuburan, di atas ambulans, mulutku hanya bisa berkata “Allahu Akbar”.
Di malam ini, izinkan aku mengenang Ibuku. Izinkan aku mengajak kita semua mengenang Ibu kita. Doakan ia yang sudah berada di alam sana. Sayangi ia yang masih ada bersama kita.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1428 H.
SULIT BENAR. Tadinya saya sudah “berjanji” dalam hati tidak akan mengirim posting apapun di milis manapun. Janji ini terutama setelah saya membaca (lagi) tulisan Kang Jalal yang saya hormati, yang diposting oleh Bu Ida beberapa waktu lalu. Terima kasih Bu Ida.
Tetapi beberapa hari lalu dan kemarin, terkirim jugalah dua cerita dari masa silam, yang tak ada hubungannya sama sekali dengan konteks apapun saat ini (kecuali kalau mau disambung-sambungkan).
Biasanya, dan mestinya, dalam etika permilisan ditulis kata “OOT:” atawa out of topic sebagai pembuka subject e-mail atau posting. Sehingga pembaca, anggota milis, dapat mengerti sifat dari e-mail itu, dan tak perlu repot membukanya kalau memang merasa sedang tak membutuhkan sesuatu yang OOT. Continue reading “Ya Ganyang Malaysia, Ya Ganyang Indonesia”
BUNG KARNO donder. Dalam 1 x 24 jam ia dua kali donder.
Bung Karno donder mendengar kabar dan berita yang mengatakan bahwa para perwira Angkatan Darat yang menjadi korban dalam peristiwa di subuh 1 Oktober 1965 mengalami penyiksaan mahahebat sebelum nyawa mereka dihabisi. Kabar seperti ini, menurut si Bung, sengaja disebarluaskan untuk membakar emosi rakyat dan mendorong “gontok-gontokan” di kalangan rakyat yang akhirnya menjelma menjadi “sembelih-sembelihan”.
Continue reading “Berita Kemaluan Jenderal Disilet Bikin Bung Karno Donder”

FARAH Shafa Kinanti Santosa. Lahir di RSI Pondok Kopi, 24/03/2004, 09.50 WIB, (bb 4,25 kg, tb 51 cm) lewat operasi caesar. Kini mondok di preschool. Foto-foto ini diambil sehari sebelum HUT, Maret lalu.

SEBELUM Mahmoud Ahmadinejad memulai kuliah umumnya di Columbia University, tuan rumah yang juga rektor universitas itu Lee Bollinger menyampaikan kata-kata kasar dan provokatif terhadap Ahmadinejad.
Continue reading “Menghujat Ahmadinejad, Forum Rektor se-Iran Gugat Rektor Columbia University”
DI sebuah milis terjadi pembicaraan hangat mengenai pernyataan Ahmadinejad bahwa di Iran tidak ada homosekual seperti di Amerika Serikat. Hal itu disampaikan Ahmadinejad saat menjawab salah satu pertanyaan yang dibacakan moderator ketika dia memenuhi undangan Universitas Columbia, hari Senin waktu Amerika. Continue reading “Perihal Homoseksual pada Pernyataan Ahmadinejad yang Dibesar-besarkan”
BTW, itu hoka-hoka bento bikin sendiri?
Ya dong say. Mau diajarin gak?
Jangan sekarang, gak akan bisa dilakukan… Kirim ke milis aja jurus-jurusnya… Biar nanti aku copy paste dari sana.
Malas. Ini kan urusan lelaki aja. Begini. Ini adalah masakan yang sangat gampang dan sederhana. Semua orang bisa mengerjakan kalau mau. Continue reading “Pelajaran Hoka Hoka Bento dari Colorado”

DARI luar pagar Nimitz Gate, pintu gerbang utama Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii, saya bisa menyaksikan Yudhistira, Arjuna dan Bima berdiri tegak menantang langit yang semakin gelap. Ketiganya seakan mendongakkan kepala, menatap tajam ke arah bintang-bintang dan sayatan bulan yang mulai memperlihatkan diri di ujung senja. Hari itu, Selasa, 18 September 2007.
Continue reading “Malam Bersama Barquentine Paling Tangguh di Dunia”SETAHUN lalu, di pertengahan bulan Juli, saya berpapasan dengan Rahardi Ramelan di gedung administrasi LP Cipinang. Ketika itu saya sedang menunggu nama saya dipanggil oleh petugas LP untuk proses selanjutnya sebelum saya dijebloskan ke sel Cipinang. Sidik jari sudah diambil, data-data lain juga sudah dicatat oleh petugas. Periksa tatto juga sudah.
“Anda punya tatto?” tanya si petugas.
“Tidak ada Pak. Kalau bekas sunat ada,” jawab saya sambil tersenyum. Mencoba mencairkan suasana dengan banyolan konyol. Continue reading “Another Story from LP Cipinang”
SETELAH Megawati Soekarnoputri, kini giliran Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menyatakan siap mencalonkan diri dalam pemilihan presiden mendatang.
Pencalonan diri itu disampaikan Gus Dur dalam jumpa pers di gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa siang waktu Indonesia. Continue reading “Bila Gus Dur Jadi Capres”
SETIDAKNYA 6.234 orang tewas Continue reading “Seminggu Sebelum Jogjakarta Digoyang Gempa”
DEMONSTRASI menentang pemerintah Bush hari Rabu lalu (9/5) tak seperti yang saya bayangkan. Tidak ada kerumunan massa seperti pada demontrasi yang biasa saya saksikan selama ini.
Ratusan mahasiswa Universitas Hawaii hari itu hanya wira-wiri dengan pita oranye di lengan mereka sebagai tanda menolak semua kebijakan pemerintahan Bush. Sebagian bergerombol di anak tangga Student Center menyaksikan para pemain musik yang sedang manggung. Sementara yang lainnya mendatangi “stand” kelompok pendukung demonstrasi.
Seperti ratusan mahasiswa itu, saya juga mengikatkan pita oranye di lengan kanan saya. Sepeda saya parkirkan tak jauh dari Student Center. Setelah puas berbicara dengan penjaga di masing-masing stand, dan membeli “Failed State” karya Noam Chomsky di stand Toko Buku Revolution, saya memilih bergabung dengan kelompok mahasiswa yang duduk di anak tangga menyaksikan seorang mahasiswa memainkan senar gitarnya di panggung. Bukan lagu revolusi yang dia lantunkan. Hanya lagu cinta yang biasa. Untuk orang awam seperti saya, musiknya oke juga. Continue reading “Kami Menentang Bush dengan Pita Oranye”
SANKARAN Krishna tampil sebagai pembicara pada sesi ketiga untuk mata kuliah POLS 600 tentang metode ilmu politik, Selasa malam (4/9). Sejak seminggu sebelumnya kami disarankan membaca dua tulisan Krishna, yakni “The Bomb, Biography and the Indian Middle Class” yang dimuat di jurnal Economic and Political Weekly, 10 Juni 2006, dan “The Social Life of Bomb: India and the Ontology of an ‘Overpopulated’ Society”.
Continue reading “Hasrat Nuklir Di Balik Operasi Buddha Tersenyum”SUDAH beberapa bulan terakhir, sejak saya masih di Indonesia, Continue reading “SMS tentang Ratu Yang (Sangat) Menyebalkan”
ANDA yang anti-perang, anti-Bush dan kebetulan sedang tak punya kelas, silakan datang. Continue reading “Sehari Suntuk Mau Demo Menolak Bush!”
SEPERTI film “Nagabonar” yang sudah punya sequel, Continue reading “Karena Sudah Terlalu Penuh, Farah dan Timur Dipindahkan”
BEBERAPA hari lalu aku mengirimkan sebuah e-mail kepada beberapa kawan. Continue reading “Antara Aku, Islam-Barat, Sukarnoisme, dan Nasionalisme”