Pernyataan bersama yang diterbitkan usai pertemuan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Xi Jinping di Beijing, Republik Rakyat China (RRC), tidak membahayakan kedaulatan Indonesia atas laut teritorial Indonesia di utara perairan Pulau Natuna yang berbatasan dengan Laut China Selatan.
Sebaliknya, pernyataan bersama itu justru menguatkan kedaulatan Indonesia atas laut teritorial Indonesia.
Penerbangan China Southern dari Harbin, ibukota Provinsi Heilongjiang di Tiongkok, ditunda. Satu hari. Mestinya terbang hari Minggu pagi, lalu transit di Shenzhen yang merupakan salah satu kota besar di Provinsi Guangdong, dan tiba di Jakarta di hari yang sama menjelang tengah malam.
Bila seperti yang direncanakan, maka Senin pagi saya akan mengajar di UIN Jakarta sampai sore, lalu Senin tengah malam ke Semarang jalan darat.
Tiba di Beijing, tempat pertama yang kami singgahi adalah Harian Petani. Di lantai 12 kami disambut Pemimpin Redaksi Wang Yimin.
Harian Petani berdiri tanggal 6 April 1980. Di awal masa-masa awal kebijakan open up yang diusung Deng Xiaoping. Misi yang diberikan Partai Komunis Tiongkok pada harian ini adalah memajukan kehidupan petani, pertanian, dan pedesaan.
Saya tidak bisa memasuki kawasan itu. Suhu tinggi melanda Munisipalitas Chongqing dan daerah di sekitarnya beberapa waktu belakangan ini.
Awal Agustus lalu Layanan Meteorologi Chongqing mengeluarkan peringatan terkait suhu yang begitu tinggi dan sempat mencapai level merah. Artinya, dalam 24 jam suhu melebihi 40 derajat Celcius.
Sedemikian panasnya, China Daily sempat melaporkan Chongqing yang dibentuk pegunungan dan pebukitan serta dilalui aliran Sungai Yangtze dari dataran tinggi Tibet mendapatkan julukan baru, yakni “kota tungku”.
Tempat yang ingin saya kunjungi itu adalah “Situs Sejarah Museum Perang Anti-Jepang” di bukit Huangshan, Distrik Nan’an. Dibutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk mencapai tempat itu dari hotel tempat saya menginap.
Perusahaan media dan wartawan profesional perlu memberikan perhatian pada kerangka “Kerjasama Selatan-Selatan” dalam berbagai bidang yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan kemandirian negara-negara berkembang.
Pohon ini, dalam bahasa lokal disebut Huangjiao atau Huangge, konon telah berusia lebih dari seribu tahun.
Ia biasa ditemukan di daratan Asia, dari Pakistan, India, terus hingga Thailand, Vietnam, Semenanjung Malaya, kepulauan Indonesia, sampai utara Australia.
Umumnya pohon ini tumbuh besar dan mengagumkan, indah dengan akar dari cabang yang terjulur menyentuh tanah. Karakteristik yang unik memungkinkannya menyebar dan menutupi area yang luas dan menjadikannya fitur yang menonjol di banyak lanskap tropis. Kata teman saya.
Pohon ini juga penting dalam berbagai budaya dan agama. Ia melambangkan kebijaksanaan, kekuatan, dan umur panjang. Saya rasa.
Di banyak negara, sungai memainkan peranan penting. Di masa silam, ia menjadi tempat tumbuh dan berkembang peradaban. Di masa kini ia dimanfaatkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
Setelah Boeing 737-800 yang dioperasikan Shandong Airlines SC2154 dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng mendarat mulus di Bandara Internasional Xiamen, saya buru-buru ke imigrasi dan mengambil bagasi.
Tadi ke Masjid Niujie di Distrik Xuanwu, Beijing. Usai shalat Ashar bertemu H. Ismail. Kepadanya saya tanyakan kabar H. Yusuf, pengurus Masjid Niujie yang saya temui tahun 2013.
Ketika menduduki Beijing, koalisi delapan negara yang terdiri dari Austria-Hungaria, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia, Inggris Raya dan Amerika Serikat, menjadikan kuil ini sebagai pusat komando.
Itu tahun 1900. Sejak setahun sebelumnya perlawanan anti-asing merebak di seluruh wilayah Kekaisaran Tiongkok.
Pemberontakan yang dimotori para petinju (yihequan) menolak berbagai upaya yang dilakukan negara-negara Eropa untuk membagi-bagi wilayah Tiongkok di antara mereka.
Setelah 20 tahun saya kembali menginjakkan kaki di (bandara) kota ini. Guangzhou atau Kanton, kota terbesar sekaligus ibukota Provinsi Guandong di sisi selatan China.
Sekitar 120 km dari Hong Kong dan sekitar 145 km dari Macau. Keduanya terletak lebih di selatan lagi.
Kota yang dialiri oleh jejaring Sungai Mutiara ini memiliki sejarah yang panjang, setidaknya 2.200 tahun, dan merupakan salah satu titik persinggahan penting di era Jalur Sutra.
Peluncuran dua buku, “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” dan “Buldozer dari Palestina” karya CEO RMOL Network, Teguh Santosa, di Jaya Suprana School of Performing Arts di Mall of Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta, pada Minggu (30/7) terasa tidak biasa.
Cheng Ho atau Zheng He. Lahir dengan nama Ma He di Kunmin, Yunnan, Tiongkok, tahun 1371.
Leluhurnya berasal dari Emporium Khawarizmian, yang meliputi Iran, Uzbekistan, dan sebagian Afghanistan kini. Setelah ditaklukkan Jenghis Khan tahun 1221 negeri itu berada di bawah kekuasaan Mongol.
Kakek buyut Zheng He adalah Sayyid Ajall Shams al-Din Omar, seorang ulama kelahiran Bukhara dan keturunan Imam Ali bin Abu Thalib.
NAMANYA Abdurrahman. Dia izinkan saya menulis sepenggal kisah hidupnya. Tapi dia berpesan: “Jangan tulis nama keluarga saya. Tulis Abdurrahman saja.”
Dia khawatir bila namanya ditulis lengkap, keselamatan keluarganya akan terancam.
Abdurrahman lahir tahun 1986 di Prefektur Hotan, di Tarim Basin, di selatan Daerah Otonomi Xinjiang Uyghur atau Xinjiang Uyghur Autonomous Region (XUAR) di Republik Rakyat China (RRC) yang dikuasai Partai Komunis China.
SUHU di Kawasan Asia Selatan memanas setelah Taliban secara de facto merebut kekuasaan di Afghanistan pertengahan Agustus lalu. Ini adalah kali kedua Taliban berkuasa di negara itu. Memang kali ini tidak seperti yang terjadi di tahun 1996 silam, yang berdarah-darah. Namun begitu, instabilitas di Afghanistan berpengaruh ke negara-negara tetangganya, terutama Pakistan yang berbatasan langsung, dan sejak era 1970an menjadi tempat pengungsian abadi bagi orang-orang Afghan yang melarikan diri.
Menlu RI Retno Marsudi (kanan) dan Menlu China Wang Yi.
Sikap tegas yang diperlihatkan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, ketika menerima Menteri Luar Negeri RRC, Wang Yi, di Pejambon, Rabu sore (13/1), patut diapresiasi.
Dalam pertemuan itu, Menlu Retno Marsudi mengingatkan kembali arti penting menjaga perdamaian dan stabilitas di perairan Laut China Selatan dengan menghormati hukum internasional United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982.
Sikap tegas Menlu Retno Marsudi memang perlu disampaikan langsung di hadapan Menlu China dengan harapan China mengkoreksi agresifitas yang mereka perlihatkan beberapa tahun belakangan ini.
Seorang teman yang bekerja untuk kantor berita Republik Rakyat China (RRC) mengajukan lima pertanyaan mengenai ketegangan yang sedang atau kembali terjadi antara RRC yang dikuasai Partai Komunis China (PKC) dan dipimpin Xi Jinping dengan Taiwan yang dikuasai Partai Progresif Demokrat dan dipimpin Tsai Ingwen. Juga ditanyakan bagaimana Indonesia melhat ketegangan itu, serta adakah kemungkinan Indonesia melibatkan diri atau terpaksa terlibat di dalamnya.
Di tengah wabah mondial virus corona baru atau Covid-19, Republik Rakyat China (RRC) konsisten mengangkangi hukum internasional dan memancing ketegangan di wilayah perairan yang mereka klaim sebagai milik mereka.
Dalam beberapa hari belakangan ini, dunia menyaksikan konsentrasi armada China di perairan Laut China Selatan. Secara sepihak China juga memberikan nama untuk 25 pulau, beting, terumbu, serta 55 gunung dan punggung laut di perairan itu.
SAYA menerima pertanyaan mengenai kondisi kesehatan pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un.
Apakah benar seperti yang ramai diberitakan media massa dan diinformasikan di jejaring media sosial? Ada yang mengatakan kondisi kesehatan Kim Jong Un kritis. Ada yang mengatakan, ia sudah meninggal dunia.
Saya tentu tidak benar-benar tahu “faktanya”.
Tetapi dari upaya yang saya lakukan untuk “mendekati fakta”, saya menyimpulkan situasinya tidak seperti yang ramai dibicarakan itu.
Penyelesaian sengketa di Laut China Selatan dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia di perairan Natuna sulit dilakukan selagi pemerintahan Partai Komunis China (PKC) tidak mau mengubah watak dasar politik negeri tirai bambu itu.
Sedari awal, sejak mengklaim kembali perairan di Laut China Selatan, China sudah memperlihatkan sikap arogan dan tidak mau mengikuti aturan main dan hukum internasional yang berlaku.
Klaim sejarah yang selalu digunakan pemerintah Republik Rakyat China (RRC) untuk mendukung klaim mereka atas perairan yang dinamakan Laut China Selatan sangat tidak relevan.
Faktanya, Perang Dunia Kedua yang berakhir di tahun 1945 telah mengubah lanskap politik dunia. Gerakan kebangsaan dan negara-negara baru yang lahir pada era dekolonisisai mendapat tempat yang pantas dalam sistem internasional.
Insiden di udara Asia Timur yang terjadi kemarin (Selasa, 23/7) tidak hanya melibatkan jet tempur Korea Selatan dan sebuah pesawat pengintai Rusia, tetapi juga melibatkan pesawat China dan Jepang.
Insiden terjadi di atas Pulau Dokdo atau Pulau Takeshima yang masih diperebutkan Korea Selatan dan Jepang.
Ambisi Republik Rakyat China (RRC) mendominasi perekonomian kawasan bahkan dunia dengan gagasan One Belt One Road (OBOR) atau Belt and Road Initiative (BRI) akhirnya menjadi persoalan tersendiri dalam kontestasi politik di banyak negara Asia, termasuk di Indonesia.
Pengamat politik Asia Timur yang juga wartawan CNN James Griffiths dalam kolomnya kemarin (Jumat, 5/4) menguraikan sejumlah fakta yang memperlihatkan betapa sikap “anti-RRC” tengah menjadi trend yang berkembang di banyak negara Asia.
Kalendar tahun 2019 pada sistem penanggalan Gregorian yang biasa kita gunakan sama dengan kalendar tahun 1895. Tanggal 1 Januari 2019 dan 1895 sama-sama jatuh pada hari Selasa. Begitu juga dengan tanggal 31 Desember sama-sama jatuh pada hari Selasa. Kedua tahun yang berjarak 124 tahun itu sama-sama bukan tahun kabisat.
TIONGKOK merupakan negara multisuku dan multiagama. Hak-hak kebebasan beragama dan kepercayaan warga negara Tiongkok dijamin Undang-undang Dasar. Pemerintah Tiongkok, berdasarkan peraturan dan perundang-undangan, memberikan perlindungan kepada setiap warga negaranya, termasuk Muslim suku Uighur di Xinjiang untuk menjalankan kebebasan beragama dan kepercayaan.
Termasuk
suku Uighur, ada 10 suku di Xinjiang yang mayoritasnya menganut agama Islam,
dengan jumlah penduduk sekitar 14 juta.
Ada
24,4 ribu masjid di wilayah Xinjiang, atau sekitar 70 persen dari jumlah total
masjid di seluruh Tiongkok, jumlah masjid per kapita berada di jajaran terdepan
di dunia. Jumlah ulama ada 29 ribu orang, sekitar 51 persen dari jumlah total
di seluruh negara. Di Xijiang, ada 103 ormas agama Islam, mengambil porsi 92%
dari seluruh ormas agama di Xinjiang. Didirikan pula beberapa pesantren dan
madrasah.
Setiap
tahun, pemerintah lokal menyelenggarakan ribuan Muslim menunaikan ibadah haji
ke Mekkah dengan menggunakan charter flight dan menyediakan staf dokter,
tukang masak, pemandu, penerjemah dan sebagainya untuk memberikan layanan
sepanjang perjalanan. Kitab Suci Al Quran dan serangkaian koleksi dari Al-Sahih
Muhammad Ibn-Ismail al-Bukhari telah diterjemahkan dan dipublikasikan dalam
bahasa Mandarin, Uighur, Kazak, Kirgiz dan bahasa lainnya di Tiongkok.
Akibat
pengaruh ekstremisme keagamaan internasional, ekstremisme keagamaan telah
tumbuh dan menyebar luas di Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir ini. Oknum
ekstremis dan teroris telah merancang dan melakukan tindakan kekerasan dan
teror sebanyak ribuan kali di Tiongkok, termasuk kerusuhan tanggal 5 Juli 2009
di Urumqi yang mengakibatkan 197 korban jiwa dan lebih dari 1700 orang teluka;
serangan teror di stasiun kereta api Kunming pada tanggal 1 Maret 2014 yang
mengakibatkan 31 orang tewas dan 141 orang terluka.
Selain
itu, mereka juga merancang dan melaksanakan sejumlah tindakan kekerasan dan
teror yang mengakibatkan korban jiwa dan kerugian harta benda yang luar biasa
besarnya, antara lain serangan kekerasan dan teror di Urumqi pada 22 Mei 2014,
di Shanshan pada 26 Juni 2013, di Shache pada 28 Juli 2014, di Baicheng pada 18
September 2015.
Masyarakat
dari berbagai suku di Xinjiang sama-sama merasa marah dan mengecam kejahatan
teroris. Dalam surat kepada pemerintah daerah oleh anak seorang polisi Uighur
yang gugur saat menjalankan tugas, berbunyi bahwa saya berharap Pemerintah
dapat secara tegas memberantaskan tindak pindana kekerasan dan teror sampai
tuntas supaya tidak ada anak lagi yang membesar tanpa pendampingan ayahnya.
Terorisme
dan ekstremisme adalah musuh manusia.
Dengan
menyerap pengalaman komunitas internasional dalam melawan terorisme, Tiongkok
telah mengambil serangkaian langkah deradikalisasi. Di sebagian daerah di
Xinjiang, sejumlah penduduk masih kurang menguasai bahasa mandarin, kesadaran
dan ilmu pengetahuan hukum terbatas, keterampilan kerja mereka pun tidak
memadai untuk mendapatkan kerja sehingga sangat rentan akan penghasutan dan
instigasi oleh terorisme dan ekstremisme.
Berdasarkan
situasi ini, pemerintah daerah menyediakan program pelatihan dan pendidikan
vokasi gratis kepada sebagian orang yang terdampak oleh pemikiran ekstremisme.
Konten pelajarannya adalah bahasa mandarin, ilmu pengetahuan hukum,
keterampilan kerja dan pendidikan deradikalisasi.
Kursus
yang disediakan oleh lembaga pelatihan dan pendidikan vokasi itu termasuk
produksi pakaian dan topi, pengolahan makanan, perakitan produk elektronik,
tipografi dan pencetakan, e-commerce dan lain-lain. Para pelajar dapat
mengambil satu atau dua kursus sesuai dengan keinginan dan kondisi diri
sendiri. Selama masa pelatihan, para pelajar dibayar gaji. Kebiasaan kehidupan
normal mereka dihormati dan dilindungi berdasarkan latar belakang eknis dan
agamanya.
Setelah
para pelajar lulus, institut ini akan merekomendasikannya kepada perusahaan
lokal sesuai dengan keterampilan kerja mereka, supaya para lulusan mendapat
pekerjaan dan menjadi kaya. Praktek ini membuktikan bahwa pelatihan vokasional
merupakan tindakan efektif di Xinjiang untuk menghapuskan lingkungan dan tanah
terorisme dan ekstremisme, dan juga mencegah kejahatan kekerasan dan teror.
Hingga
saat ini, tindakan antiteroris komprehensif di Xinjiang telah mendapat hasil
nyata. Selama 21 bulan ini, tak pernah terjadi serangan teroris dan kekerasan
di Xinjiang, jumlah perkara tindak pidana dan gangguan keamanan umum menurun
secara drastis. Kondisi keamanan umum di Xinjiang membaik signifikan,
penyebaran ekstremisme keagamaan terkendali efektif. Stabilitas sosial
mempercepat pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan
PDB Xinjiang pada tahun 2017 mencapai 7.6 persen. Pada bulan Januari sampai
September tahun ini, Xinjiang mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara
sebanyak 132 juta orang,
bertumbuh 40 persen dibandingkan waktu sama tahun yang lalu.
Sekarang
Xinjiang semakin indah dan aman. Penduduk setempat tak perlu takut-menakut
lagi, bisa berjalan-jalan, belanja, makan bersama dan bertamasya dengan tenang
hati. Kepercayaan beragama setiap suku di Xinjang termasuk Uighur dilindungi
pemerintah dengan lebih baik.
Tiongkok dan Indonesia merupakan tetangga baik, teman baik dan mitra baik. Kita selalu saling mendukung dalam isu-isu yang menyangkut kepentingan besar masing-masing. Kami yakin bahwa jika telah diketahui keadaan nyata Xinjiang, teman-teman Indonesia akan lebih memahami dan mendukung tindakan yang diambil pemerintah Tiongkok untuk memerangi terorisme dan ekstremisme, menjaga stabilitas sosial dan keamanan masyarakat di Xinjiang. Dalam beberapa tahun ini, Kedutaan Besar Tiongkok terus-menerus menulis artikel di media Indonesia untuk memperkenalkan keadaan Xinjiang, mengundang tokoh-tokoh agama dan jurnalis Indonesia untuk berkunjung ke Xinjiang dan provinsi-provinsi yang lain. Seperti apa yang mereka lihat, penduduk Xinjiang dari berbagai suku dan muslin lain di Tiongkok sedang hidup dan bekerja dengan bahagia. Kami menyambut lebih banyak teman-teman Indonesia mengunjungi, melihat dan mengenal Tiongkok yang nyata. []
KEDUA matanya berkaca-kaca, suaranya terdengar berat. Sekuat tenaga ia menahan emosi agar air matanya tidak jatuh menetes. Raut wajah wanita berusia 29 tahun itu menyiratkan rasa ketakutan yang amat sangat saat bercerita tentang penyiksaan dan penderitaan yang dialaminya di tanah airnya sendiri, Uighur-Xinjiang, Republik Rakyat China.
Wanita itu bernama Mihrigul Tursun. Dibantu seorang penerjemah, Tursun berbicara di hadapan National Press Club di Washington, Amerika Serikat, akhir November lalu mengenai penyiksaan yang dia alami di kamp pendidikan politik di Xinjiang.
Tursun lahir di Uighur, Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR). Beberapa tahun lalu ia ke Mesir untuk belajar bahasa Inggris. Di negeri Cleopatra itu pula Tursun bertemu dengan pria yang kelak menjadi suaminya. Dari pernikahan ini, Tursun melahirkan bayi kembar tiga.
BERBAGAI program kerjasama yang ditawarkan Republik Rakyat China (RRC) mesti dipelajari dengan lebih teliti. Sepintas, China seakan menawarkan kerjasama yang saling menguntungkan.