
Setelah dua kota penting Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, hancur dihajar bom atom AS pada 6 dan 9 Agustus, Kaisar Hirohito tak punya pilihan lain.
Tanggal 15 Agustus 1945, tengah hari, Radio Gyokun Hoso menyiarkan rekaman pernyataan Kaisar Hirohito menerima hasil Deklarasi Postdam. Rekaman pernyataan itu sepanjang empat menit.
“Kami sudah meminta Pemerintah untuk berkomunikasi dengan Pemerintah AS, Inggris Raya, China, dan Uni Soviet, bahwa Kerajaan kita menerima ketentuan dalam Deklarasi Bersama mereka (Deklarasi Postdam, 26 Juli 1945),” antara lain kata Hirohito di awal pernyataan.
Hirohito mengatakan, perang melawan AS dan Inggris yang dimulai Jepang sekitar empat tahun sebelumnya adalah untuk memastikan keamanan Jepang dan kawasan Asia Timur.
“Jauh dari pikiran kami untuk melanggar kedaulatan negara lain dan untuk memperluas wilayah,” sambungnya.
Pihak musuh, kata Kaisar Hirohito lagi, telah menggunakan bom baru yang memiliki daya rusak sangat luar biasa, yang kekuatannya untuk melakukan kerusakan tak terkira. Bom baru itu memakan nyawa banyak orang tak berdosa.
“Jika kita terus berperang, tidak hanya itu akan mengakibatkan keruntuhan dan kehancuran total bangsa Jepang, tetapi juga akan menyebabkan kepunahan total peradaban manusia,” kata dia lagi sambil menekankan hal-hal seperti inilah yang membuat dirinya memutuskan menerima Deklarasi Postdam.
“Kesulitan dan penderitaan yang akan dialami bangsa kita di akhirat pasti sangat besar. Kami sangat menyadari perasaan terdalam Anda semua, subjek kami. Namun, sesuai dengan waktu dan takdir, kami telah memutuskan untuk membuka jalan bagi kedamaian agung bagi semua generasi yang akan datang dengan menanggung dan merasakan penderitaan yang tak tertahankan,” demikian Kaisar Hirohito dalam rekaman pidatonya sekitar empat menit.
Empat menit yang ikut menentukan sejarah dunia. []