Prabowo Subianto dan Obsesi Elang Muda

Boramae dalam bahasa Korea. Elang Muda dalam bahasa Indonesia. Ini nama jet tempur pertama buatan Korea Selatan yang diluncurkan hari ini, Jumat (9/4), di fasilitas Korea Aerospace Industries (KAI) di Sacheon, Provinsi Gyeongsang, Korea Selatan.

Nama lengkapnya KF-21 Boramae.

Pesawat ini memiliki panjang 16,9 meter dengan rentang sayap sepanjang 11,2 meter, dan tinggi 4,7 meter. Dalam keadaan kosong, sang Elang Muda memiliki bobot 11.800 kilogram, dan bila diisi dengan personel dan persenjataan menjadi 17.200 kilogram. Adapun berat maksimum untuk lepas landas adalah 25.400 kilogram.

Jet tempur ini menggunakan dua mesin General Electric F414 yang dikembangkan bersama antara GE dan Hanwha Aerospace.

Dengan kecepatan maksimum 1,81 mach, pesawat ini dipersenjatai misil udara-ke-udara MBDA Meteor, AIM-120 AMRAAM, IRIS-T, dan AIM-9 Sidewinder. Sementara misil udara-ke-darat yang digunakan adalah Taurus KEPD 350.

Tak kurang dari 700 kelompok usaha Korea Selatan ikut mengembangkan jet tempur ini. Sementara Indonesia menjadi satu-satunya partner asing.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menghadiri langsung peluncuran Boramae, sementara Presiden Joko Widodo bersama ratusan pejabat dari kedua negara menghadiri peluncuran secara virtual.

Kunjungan Menhan Prabowo ke Korea Selatan ini bernilai penting dan sangat strategis. Apalagi dalam kunjungan itu, selain bertemu dengan mitranya, Menhan Korsel Suh Woo, Prabowo juga bertemu dengan Presiden Korsel Moon Jaein di Cheong Wa Dae atau Blue House pada Kamis kemarin (8/4).

Disebut penting, karena sudah saatnya Indonesia menempatkan diri sebagai salah satu negara pembuat pesawat tempur. Ini akan memberikan sinyal kuat kepada dunia internasional bahwa sebagai salah satu negara kunci di dunia, Indonesia sangat serius menjaga kedaulatan.

Sejak periode kedua pemerintahan Joko Widodo, Indonesia rasanya tidak begitu antusias melanjutkan proyek yang dimulai di era Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY) itu.

Saya pernah menanyakan soal proyek bersama ini kepada Menhan Prabowo dalam pertemuan di bulan Maret 2020 di kediamannya di Jalan Kertanagara 4. Ketika itu Menhan Prabowo mengundang pimpinan redaksi sejumlah media nasional untuk menyampaikan perkembangan sektor pertahanan beberapa bulan sejak dirinya dilantik sebagai Menhan.

Pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden Moon Jaein di Busan, bulan Desember 2019, misalnya, tidak menyentuh proyek strategis ini. Sejak tahun lalu pula Indonesia justru lebih sering membicarakan rencana pembelian pesawat tempur dari negara lain.

Selain itu, bersamaan dengan pandemi Covid-19, tahun lalu Indonesia memanggil pulang semua insinyur PT Dirgantara Indonesia yang ditugaskan untuk ikut membangun KFX/IFX di fasilitas KAI di Sacheon.

Sikap Indonesia belakangan ini membuat Korea Selatan ragu-ragu pada komitmen Indonesia melanjutkan proyek K-FX/I-FX .

Dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dan Presiden Moon di Seoul bulan September 2018, kedua negara sepakat merenegosiasi term and condition yang lebih spesifik mengenai proyek ini. Terutama mengenai cost sharing, payment schedule, intellectual property rights, dan transfer of technology.

Sementara dalam kesepakatan yang ditandatangani tahun 2015, disebutkan bahwa Indonesia akan menanggung 20 persen biaya pembuatan jet tempur generasi 4,5 ini. Angka itu setara dengan 1,5 miliar dolar AS.

Sempat ada wacana dari Indonesia untuk mengundurkan penyelesaian proyek dari tahun 2026 menjadi 2030, tetapi pihak Korea Selatan keberatan karena akan berdampak besar pada komitmen-komitmen lain.

Nama Indonesia akan buruk di mata dunia internasional bila meninggalkan atau membatalkan perjanjian secara sepihak begitu saja. Di masa depan negara-negara sahabat yang lain akan ragu untuk menjalin kesepakatan dengan Indonesia karena khawatir Indonesia tidak menuntaskan komitmen.

Saat masih menjadi Ketua Bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dalam kunjungan ke Korea Selatan, saya membawa delegasi PWI ke pabrik pesawat KAI. Di sana selain dengan manajemen KAI, kami juga bertemu secara terpisah dengan insinyur PT Dirgantara Indonesia yang sedang bertugas ikut mengembangkan KFX/IFX.

Harapan Presiden Moon

Dalam pertemuan dengan Prabowo Subianto di Blue House kemarin (8/4), Presiden Moon Jaein mengatakan bahwa proyek prestisius itu adalah simbol tingkat kepercayaan dan kerjasama kedua negara yang sejak tahun 2017 lalu telah meningkatkan level hubungan menjadi special strategic partnership.

Presiden Moon menggambarkan kunjungan Prabowo sebagai wujud komitmen kuat Indonesia untuk melanjutkan kerjasama industri pertahanan dengan Korea Selatan. Indonesia adalah satu-satunya mitra asing dalam proyek ini.

Presiden Moon juga menyampaikan harapan agar kedua negara dapat memproduksi KFX/IFX secara massal, mentransfer teknologi, dan memasuki pasar luar negeri bersama.

Prototipe jet tempur KF-21 Boromae yang akan diluncurkan sebanyak delapan unit, di mana enam di antaranya akan menjalani uji terbang, dan dua lainnya menjalani ground testing. Produksi massal jet tempur ini direncanakan dimulai tahun 2026.

Published by

TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s