Sebuah koran nasional Indonesia dalam laporan mengenai krisis terakhir di Semenanjung Korea menyertakan infografis yang menggambarkan peta kekuatan kedua Korea.
Dalam infografis itu tampak bahwa Korea Utara memiliki personel militer yang lebih banyak dibandingkan Korea Selatan. Angkatan Darat (AD) Korea Utara diperkuat oleh 960 ribu tentara, Angkatan Udara (AU) 110 ribu tentara dan Angkatan Laut (AL) 46 ribu. Sementara Korea Selatan memiliki 560 tentara AD, 64 ribu AU dan 68 ribu AL.
Dari sisi peralatan perang pun Korea Utara digambarkan memiliki kekuatan di atas Korea Selatan dengan 3.500 tank, 63 kapal selam. dan 620 pesawat tempur. Adapun Korea Selatan memiliki 2.330 tank, 12 kapal selam dan 491 pesawat tempur.
Korea Utara juga digambarkan sebagai negara yang paling agresif dan kerap memprovokasi Korea Selatan. Infografis itu mencuplik beberapa peristiwa yang disebutkan dilakukan oleh Korea Utara terhadap Korea Selatan.
Bulan Januari 1976, kapal perang Korea Selatan disebutkan diserang oleh Korea Utara di dekat perbatasan. Sebanyak 39 tentara Korea Selatan tewas. Lalu setahun kemudian, giliran Istana Kepresidenan Korea Selatan di Seoul yang diserang Korea Utara dan menewaskan setidaknya 71 orang. Adapun di tahun 1983 sebuah bom meledak di Rangoon. Sebanyak 21 orang tewas dalam kejadian itu. Presiden Korea Selatan yang menginap di hotel itu luput dari serangan mematikan ini. November 1987 giliran pesawat Korea Selatan yang disebutkan dibom oleh pihak Korea Utara dan menewaskan 15 orang.
Kembali ke perbandingan peta kekuatan militer kedua negara.
Walau unggul dari sisi kuantitas personel dan peralatan tempur, namun mengingat anggaran pertahanan Korea Utara sangat kecil bila dibandingkan Korea Selatan, dapat dibayangkan bahwa kekuatan pertahanan Korea Utara sesungguhnya tidaklah begitu membahayakan Korea Selatan. Dalam infografis itu disebutkan bahwa anggaran militer Korea Utara hanya 5,5 miliar dolar AS (data 2005), jauh di bawah anggaran pertahanan Korea Selatan yang sebesar 27,5 miliar dolar AS (data 2007).
Di luar perbandingan kuantitas dan kualitas pertahanan kedua Korea ada faktor lain yang akan memainkan peranan penting bila perang di Semanjung Korea kembali terulang. Faktor penting itu adalah kehadiran pasukan Amerika Serikat baik yang berada di Korea (US Force Korea) maupun yang berada di Jepang, khususnya di Okinawa (US Force Japan).
Jumlah personel militer Amerika Serikat menurut infografis itu sebanyak 28 ribu tentara. Sementara Global Security menyebutkan bahwa USF Korea yang kini dipimpin Jenderal Walter (Skip) Sharp itu memiliki kekuatan 37.500 tentara.
USFK merupakan implemantasi dari keikutsertaan Amerika Serikat menjaga teritori Korea Selatan dan stabilitas Semenanjung Korea berdasarkan Resolusi PBB di tahun 1950. Di tahun 1954, setahun setelah Perang Korea berakhir, AS dan Korea Selatan menandatangani perjanjian pertahanan yang menyebutkan bahwa kedua negara akan saling membantu bila salah satu pihak diserang oleh kekuatan lain. Pada tahun 1978, sebuah markas yang mengintegrasikan semua kekuatan militer AS di Korea Selatan didirikan. Markas ini ikut dalam mempersiapkan blue print pertahanan Korea Selatan.
Kekuatan utama USFK terdiri dari Divisi Kedelapan AD, Divisi Ketujuh AU, juga AL. Setidaknya ada 85 instalasi militer milik USFK di seluruh Korea Selatan. Peralatan perang utama USFK di darat disebutkan terdiri dari 140 unit tank M1A1, 170 unit kendaran lapis baja Bradley, 30 unit self-propelled howitzers 155mm, 30 unit misil darat ke darat dan darat ke udara seperti rudal Patriot, lalu 70 unit helikopter AH-64.
Sementara di udara USFK memiliki 70 unit F-16, 20 unit A-10 anti tank, dan berbagai jenis pesawat pengumpul data intelijen termasuk U-2.
Walau tidak berada di Semenanjung Korea, namun dapat dipastikan kekuatan militer Amerika Serikat di Jepang, khususnya Okinawa, akan ikut menggebuk Korea Utara bila konflik kembali terjadi.
Berdiri pada tahun 1957, USFJ diperkuat 47 ribu tentara AS selain 5.500 staf Departemen Pertahanan AS dan 23 ribu pekerja Jepang.
Berdasarkan Ayat V Perjanjian Kerjasama Pertahanan antara kedua negara disebutkan bahwa USFJ memiliki tanggung jawab menjaga wilayah darat dan laut hingga 12 mil laut Jepang. Sementara berdasarkan Ayat VI Perjanjian itu disebutkan bahwa USFJ juga berperan sebagai penjaga keamanan di kawasan itu.
Sebanyak 91 fasilitas militer USFJ tersebar di Honshu, Kyushu, dan khususnya Okinawa seluas lebih dari 31 ribu hektar. Markas Besar USFJ terletak di Pangkalan Udara Yokota, sekitar 25 mil sebelah barat Tokyo.
Suhu di Semenjung Korea kembali memuncak menyusul peristiwa tenggelamnya kapal perang Cheonen milik Korea Selatan bulan Maret. Sebanyak 46 tentara Korea Selatan tewas dalam kejadian itu. Investigasi yang dilakukan Korea Selatan atas bantuan Amerika Serikat memperoleh bukti bahwa kapal itu karam akibat dihantam torpedo Korea Utara.
Untuk meyakinkan publik Korea Selatan dan masyarakat internasional, sisa dari torpedo yang disebutkan milik Korea Utara itu dipertontonkan ke hadapan publik.
Seorang diplomat Korea Utara di Indonesia yang saya hubungi membantah tuduhan itu. “Tidak mungkin dong kami melakukan hal itu,” katanya yang ketika saya hubungi sedang berada di Bogor.
Ia juga mengatakan tuduhan yang disampaikan Amerika Serikat dan Korea Selatan ini adalah skenario lama untuk memojokkan Korea Utara dan mengambil simpati komunitas internasional.
Untuk sementara, kabar mengenai konflik di Semenanjung Korea sedikit tertutupi oleh serangan yang dilakukan tentara Israel terhadap iring-iringan kapal pengangkut bantuan kemanusian untuk masyarakat Gaza yang dikurung Israel sejan awal 2009 lalu. Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, yang diikuti kedua Korea, juga ikut menenggelamkan, untuk sementara, ketegangan ini. Begitu juga dengan kasus kebocoran minyak di pengeboran lepas pantai milik British Petroleum di Teluk Meksiko. Kebocoran minyak yang begitu dahsyat ini, mirip kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, ikut memperburuk hubungan Amerika Serikat dan Inggris, salah satu skondan utamanya.
Well, mungkin setelah Piala Dunia 2010 usai, juga kebocoran minyak di Teluk Meksiko relatif dapat diatasi, kita akan kembali membicarakan krisis Semenanjung Korea. Untuk sementara, semoga ulasan mengenai kekuatan militer dan pertahanan kedua kubu dapat memberikan gambaran apa yang kira-kira akan terjadi bila konflik tidak dapat dicegah dan Perang Korea kembali terjadi.