PESAWAT Continental Airlines CO 957 yang membawa saya dari Honolulu, Hawaii, mendarat di Weno, salah satu pulau utama di Chuuk Lagoon, Federasi Mikronesia, Kamis siang (26/2).
Ini adalah salah satu perjalanan yang buat saya cukup mendebarkan.
Juga dimuat di RMonline.
Kota pertama yang kami singgahi adalah Majuro, ibukota Republik Marshall Islands. Pesawat mendarat di Majuro setelah terbang selama hampir enam jam, melintasi garis tanggal internasional ke arah baratdaya dan mengalami begitu banyak turbulences yang cukup bikin panik.
Landasan pacu Bandara Majuro berupa daratan yang memanjang dan menjorok ke tengah Samudera Pasifik. Sisi kanan dan kiri landasan pacu dibatasi oleh tembok setinggi kurang dari satu meter untuk menahan air laut agar tidak menggenangi landasan pacu.
Dengan populasi sekitar 25.400 jiwa (sensus 2004) Majuro adalah kota terbesar di Marshall Island. Republik ini sendiri adalah salah satu negara sekutu penting Amerika Serikat di tengah Samudera Pasifik. Secara resmi hubungan kedua negara disebut sebagai asosiasi bebas atau free association. Dokumen Free Association kedua negara ditandatangani Presiden Ronald Reagan tanggal 25 Juni 1983 dan secara resmi diundangkan hampir tiga tahun setelahnya.
Sebagai negara berdaulat yang berstatus free association dengan pemerintah Amerika Serikat, Republik Marshall Island memiliki kapasitas untuk menjalankan politik luar negeri mandiri. Namun di sisi lain, ia mengandalkan urusan militer dan pertahanan pada pemerintah Amerika Serikat.
Setelah kurang dari 30 menit transit, pesawat melanjutkan penerbangan selama sekitar satu jam ke kota-pulau lain di Marshal Islands, Kwajelin. Ini adalah pulau terbesar di Marshall Lagoon.
Bukan saja lebih besar, namun Bandara Kwajelin juga lebih rapi dari bandara di Majuro. Kami tidak diperkenankan turun dari pesawat. Namun dari dalam pesawat saya bisa menyaksikan pohon-pohon kelapa yang ditanam dengan begitu rapi, dan rumput yang terpelihara. Mengingatkan saya pada pemandangan yang biasa kita ditemukan di pantai-pantai Hawaii.
Dokumen Free Association antara Amerika Serikat dan Marshall Island memberikan kesempatan pada pemerintah Amerika Serikat untuk menggunakan Kwajelin sebagai pangkalan militer. Di pulau ini dan beberapa pulau lain di sekitarnya Amerika menggelar berbagai uji coba persenjataan, mulai dari melepaskan misil-misil konvensional mereka ke udara Pasifik sampai menguji coba senjata kimia/biologi. Ada kalanya dengan melibatkan manusia sebagai objek uji coba.
Antara tahun 1946, setelah mengambil alih hampir seluruh pulau di Samudera Pasifik dari Jepang, hingga 1958, pemerintah Amerika Serikat melakukan setidaknya 67 kali ujicoba senjata kimia di Pulau Bikini dan Pulau Enewetok. Ujicoba senjata kimia yang dikendalikan dari Kwajelin telah menciptakan kerusakan pada lingkungan termasuk penduduk di beberapa pulau di Marshall Island.
Ujicoba bom hidrogen Amerika Serikat di Marshall Island, dilakukan pertama kali tahun 1952. Bom ini memiliki daya ledak sebesar 10,4 megaton atau 750 kali lebih besar dari bom atom yang dijatuhkan Enola Gay di Hiroshima, Jepang, Agustus 1945. Tanggal 1 Maret 1954 Amerika Serikat kembali mengujicoba sebuah bom hidrogen, diberi namasandi Castle Bravo, yang memiliki kekuatan lebih besar dari bom atom sebelumnya. Beberapa catatan menyebutkan bom ini memiliki kekuatan ledak 1.000 hingga 1.200 kali bom atom Hiroshima.
Ledakan Castle Bravo di Pulau Bikini membentuk bola api dengan garis tengah rambatan mencapai tujuh kilometer dalam waktu satu detik. Dalam satu menit, awan cendawan yang ditimbulkannya mencapai ketinggian 14 kilometer dan menyebar dengan garis tengah 11 kilometer. Bola api Castle Bravo dapat dilihat dari Kwajelin yang berada sekitar 450 kilometer. Ledakan Castle Bravo meninggalkan lubang besar selebar dua kilometer dan sedalam 75 meter.
Kurang dari sepuluh menit awan cendawan tersebut telah mencapai ketinggian 40 kilometer dan menyebar dengan diameter 100 kilometer.
***
Cerita ini belum lagi selesai.
Pesawat berhenti sekitar 30 menit di Kwajelin sebelum kembali melanjutkan perjalan. Kali ini menuju negara bagian Kosrae, Federasi Mikronesia.
Hi mas Agung!
saya yasser,mahasiswa yang tempo kemarin ketemu m agung di Hawaii,,awal2 mas agung tiba dsana.
Ngomong2 soal Hawaii,saya kemarin memang melakukan penelitian mengenai pembangkit listrik tenaga laut yang menghasilkan Hydrogen sebagai produk utama ny.
Sudah 2 tahun ini sy menekuni bidang Hydrogen.
Hydrogen memang memiliki daya ledak yang tinggi,tapi secara teknologi sdh ada kendala2 teknis yang dapat diatasi.
mungkin bisa berbagi cerita di lain waktu.
wassalam
untng saja itu di uji coba di sana law di kampung ku bisa hancur deh kampung ku tercinta
Saya terkesan dengan komennya Mas Yasser.