Semalam di Penjara Bersama Eurico Guterres

INI adalah hal kedua yang ingin saya tuliskan di sela kesibukan mengerjakan paper tentang konflik Maroko dan Polisario.

Saya pernah tinggal bersebelahan sel dengan Eurico di LP Cipinang.

Sebelum kaki ini melangkah masuk ke bagian dalam LP Cipinang, saya teringat Eurico Guterres yang sejak beberapa bulan sebelumnya lebih dahulu masuk ke penjara itu.

Saya minta lagi hape yang tadinya sudah saya titipkan kepada pengacara. Dengan buru-buru saya menghubungi seorang teman, salah seorang ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN).

“Mas, saya gak bisa cerita panjang. Yang jelas sekarang ini saya mesti masuk ke Cipinang. Tolong kasih tahu Eurico agar saya ada teman di dalam.”

Terus terang, bagaimana pun ada juga perasaan ketar ketir masuk Cipinang. Setelah selesai bicara dengan teman dari PAN itu, hape kembali saya serahkan kepada pengacara. Dan kini saya benar-benar siap masuk Cipinang.

Eurico adalah ketua DPW PAN di Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketika dia terpilih dalam pemilihan ketua DPW PAN NTT, saya sempat menghubunginya menyampaikan ucapan selamat, sekaligus mewawancarainya.

Ternyata, entah apakah sudah diatur oleh pihak tertentu atau tidak tidak, sel saya bersebelahan dengan sel Eurico.

Tadinya, ketika saya melewati sel Eurico, saya tidak menyangka bahwa laki-laki brewok yang sedang duduk bertelanjang dada di atas tempat tidur di dalam sel itu sambil mengipas-ngipas badannya dengan baju adalah Eurico. Adalah jambang lebat yang dipelihara Eurico yang membuat saya pangling dengan wajahnya. Di tambah, saat itu mungkin saya masih grogi.

Seorang napi yang membawa (mengamankan) jalan saya menuju sel yang memberitahu bahwa Eurico ada di sel sebelah.

Saya pun tersenyum lega.

Setelah berkenalan dengan lima penghuni di sel saya, lalu saya mendatangi Eurico. Kami bercerita tentang beberapa hal. Tentu saja, sebab musabab saya ditahan di Cipinang adalah hal pertama yang kami bicarakan. Selanjutnya, kami bicara mulai dari soal kasus dia, sampai aktivitas politiknya di PAN, juga soal jenderal-jenderal militer yang punya hubungan dekat dengan dia.

Lalu saya pinjam hape Eurico untuk menghubungi istri saya, Intan, yang baru pulang dari RS bersama anak bayi kami yang baru berusia beberapa hari. Saya minta agar istri saya menyampaikan nomor hape itu kepada seorang teman dekat saya sesama jurnalis. Tapi saya tidak mengatakan bahwa itu adalah nomor hape Eurico.

Selesai menelepon istri, saya kembali ke kamar baru saya, dan melanjutkan perkenalan yang tertunda dengan sesama anak kost.

Tak lama Eurico datang ke sel saya.

“Ada telepon dari RCTI. Katanya mau bicara dengan Mas Teguh,” kata Eurico.

Di ujung sana ada Dandhy Dwi Laksono.

“Dapat nomor ini dari mana?” tanya saya.

Dandhy cerita. Katanya dia barusan menghubungi Intan, dan mendapatkan nomor Eurico. Kata Dandhy, banyak teman sedang berkumpul di halaman Cipinang. Mereka menggelar demo meminta agar saya dibebaskan. Permintaan mereka tidak dikabulkan. Setelah tengah malam mereka pun meninggalkan halaman LP Cipinang.

Adapun saya, memilih tidur di koridor, di luar kamar kost saya yang berada di lantai dua.

Published by

TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

2 thoughts on “Semalam di Penjara Bersama Eurico Guterres”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s