PIMPINAN Aliansi Utara Abdurrashid Dostum tiba-tiba menjadi pahlawan baru bagi rakyat Afghanistan. Padahal dulu laki-laki Uzbek ini kaki tangan rejim komunis Uni Soviet. Seorang veteran Tentara Merah menceritakan sepak terjang Dostum yang oportunis ini kepada saya.
Di masa pemerintahan Babrak Karmal, presiden boneka Uni Soviet yang berkuasa antara 1979-1986, Dostum memegang peranan penting dalam setiap operasi intelijen yang dilakukan Uni Soviet. Dostum adalah musuh nomor satu kelompok Islam fundamentalis Afghanistan di bawah bendera pasukan Mujahiddin.
Ketika kalah perang tahun 1989, disusul keruntuhan Uni Soviet, Dostum dan kawan-kawannya yang kebanyakan suku Uzbek tidak ikut mundur dari Afghanistan. Mereka membentuk faksi militer sendiri di wilayah utara. Dengan kemampuannya berdiplomasi, Dostum memaksa kelompok Mujahiddin pimpinan Burhanuddin Rabbani dan Ahmed Shah Massoud membentuk pemerintahan bersama di Kabul. Kelompok Mujahiddin pimpinan Ismail Khan di Herat yang tadinya menolak kehadiran Dostum pun terpaksa menerima.
Di masa pemerintahan bersama di bawah pimpinan Presiden Burhanuddin Rabbani, Dostum lebih banyak mengacau. Dia adalah biang utama praktik kolusi, korupsi dan nepotisme ala Afghanistan. Faksi militer yang dipimpinnya memperoleh keuntungan yang cukup banyak. Faksi militer lain yang dipimpin Massoud dan Ismail jelas kesal. Gesekan di antara faksi militer mulai terjadi.
Ketika pasukan Taliban yang bermarkas di Kandahar masuk Kabul, pasukan Dostum mundur ke utara, mengekor di belakang pasukan Massoud.
Mendengar cerita veteran Tentara Merah Uni Soviet ini saya jadi teringat beberapa hari setelah Mashood terbunuh bulan September lalu, Dostum mengambil alih pimpinan Aliansi Utara. Padahal pemeritahan Rabbani di pembuangan telah menetapkan Muhammad Fahim sebagai pengganti Massoud.
Banyak yang curiga, jangan-jangan kematian Massoud juga hasil kerjaan Dostum.
Saya juga teringat wawancara saya dengan pejabat duta besar, Charge de Affair, Afghanistan Hassan Saad di Tashkent akhir bulan Oktober lalu. Tidak sekalipun nama Dostum keluar dari mulut Hassan. Ketika saya tanya, apakah dia adalah duta besar Aliansi Utara, dengan tegas Hassan Saad menjawab bahwa dia adalah duta besar yang ditunjuk oleh pemerintahan Rabbani.
Ketika saya tanya model pemerintahan apa yang diinginkan oleh rakyat Afghanistan, Hassan menjawab pemerintahan koalisi yang melibatkan faksi-faksi yang bertentangan selama ini. Dia menyebut nama Rabbani, juga bekas raja Afghanistan Zahir Syah. Tidak nama Dostum.
Berkali-kali Hassan Saad menyebut Rabbani dan Massoud sebagai pimpinan Afghanistan. Foto berukuran raksasa Rabbani terpajang di dinding, sementara foto Massoud diletakkan di atas meja kecil di sudut ruangan. Kedua orang ini yang menginspirasi Hassan. Bukan Dostum. [guh]