


Ilmu fisika menyebutnya mutatio motus. Secara harafiah berarti perubahan arah sebuah benda yang bergerak. Secara teoritis momentum ditentukan dua hal fundamental. Kecepatan dan massa.
Perubahan kecepatan dan massa pada suatu benda yang bergerak akan menentukan arah baru pergerakan benda itu.
Bila benda berada di bidang datar, momentum tidak akan terjadi selama tidak ada kecepatan sama sekali — betapapun massa benda bertambah.
Dalam situasi seperti ini, gaya tekan benda ke bawah akan sama dengan reaksi yang diberikan bidang datar ke atas. Benda akan diam, seolah terkunci.
Akan berbeda halnya bila massa benda yang tadinya diam bertambah, sementara benda tersebut berada di bidang miring. Dalam situasi seperti ini, gaya bidang miring untuk menekan ke atas — mengunci benda — tidak akan maksimal. Benda dipastikan meluncur ke bawah, mengikuti hukum gravitasi.
Lalu, dalam situasi lain dimana massa dan kecepatan benda yang bergerak tidak mengalami perubahan — bertambah atau berkurang — maka gerakan benda menjadi monoton.
Prinsip fisika ini dapat diadopsi untuk menjelaskan berbagai hal yang terjadi di muka bumi dalam kaitannya dengan perjalanan politik baik individu, kelompok masyarakat yang kerap disebut bangsa, maupun masyarakat dunia.
Tapi, Bung Hendri Satrio belum sempat menjelaskan panjang lebar isi buku ini. Dia yang tadi sore mengenakan kaos kuning harus kembali ke lapangan menyaksikan anaknya bertanding basket.
“Buku ini dari disertasi gua,” kata Hendri Satrio sebelum berlalu.
“Gua kira lu datang saat peluncuran Selasa lalu,” sambungnya.
Saya manggut-manggut. Malah jadi teringat disertasi sendiri.
Malam ini saya buka-buka buku “Momentum” itu, dan menemukan catatan kecil dari sang penulis untuk saya.