





Dibangun tahun 1348, menara setinggi 67 meter ini adalah bangunan tertinggi di koloni Republik Genoa di Tanduk Emas (Golden Horn) pada masa itu.
Ia hanya sepelemparan batu dari tembok Konstantinopel di sebelah selatan yang dipisahkan perairan Golden Horn.
Ada sejumlah teori mengenai asal kata Galata.
Menurut Wikipedia.com, orang Yunani percaya bahwa nama tersebut berasal dari Galatai yang berarti berarti “bangsa Gaul”. Diperkirakan bangsa Celtic Galia (Galatia) berkemah di sini selama periode Helenistik sebelum menetap di Anatolia tengah.
Bisa juga berasal dari kata galatas yang berarti “pembuat susu”. Konon, pada periode Abad Pertengahan Awal (Bizantium) area tersebut digunakan para penggembala untuk merumput.
Semengara dari TheByzantineLegacy.com, disebutkan nama Galata pertama kali muncul dalam catatan yang mengisahkan upaya bangsa Arab Muslim mengepung Konstantinopel pada tahun 717-718. Untuk mencegah kapal-kapal bangsa Arab memasuki Tanduk Emas, penguasa Konstantinopel memasang pertahanan berupa rantai raksasa yang melintasi Golden Horn.
Teknik pertahanan ini terbukti ampuh mencegah infiltrasi lawan untuk waktu yang cukup lama.
Di tahun 1453 Sultan Muhammad al Fatih punya cara sendiri untuk mengakali pertahanan rantai Tanduk Emas ini. Kapal-kapal Usmaniah yang berada di Laut Marmawa dipindahkan perairan Golden Horn melewati hutan di luar sisi utara tembok Galata.
Di abad ke-5 tempat ini dikenal dengan nama Pera dan Sykais. Di masa Kaisar Justinian I yang berkuasa dari 527 sampai 565 untuk menghormati sang Kaisar namanya diubah menjadi Justianianopolis.
Basil I (867-886) membangun sebuah istana di Pegai di sebelah barat Sykai, yang kemudian dihancurkan oleh Bulgar pada Pertempuran Pegai pada tahun 921 pada masa pemerintahan Romanos I Lekapenos.
Pada tahun 1077 sebagian besar daerah pinggiran kota dihancurkan selama pemberontakan Nicephorus Bryennius.
Galata menjadi koloni Republik Genoa sejak 1273. Selain orang-orang Genoa, Galata juga didiami orang Venesia, Yunani, Armenia, dan Yahudi, yang semuanya dilarang memasuki tembok Konstantinopel.
***
Ketika Sultan Muhammad Fatih mengepung Konstantinopel pada 1453, penguasa Galata yang menganut Katolik memilih untuk bersikap netral, tidak mendukung Konstantinus XI yang menganut Kristen Ortodoks juga tidak berpihak pada Muhammad al Fatih.
Bola-bola meriam yang ditembakkan pasukan Usmaniah ke tembok raksasa Konstantinopel di seberang Golden Horn melintasi langit Galata.
Setelah Konstantinopel dikuasai Usmaniah, Galata pun memilih mengakui kekuasaan Usmaniah di seluruh Tanduk Emas.