Maradona Itu Argentina

Hari ini, 30 Oktober, Diego Armando Maradona berulang tahun. Yang ke-59.

Seorang penyiar radio mengumumkannya. Dia suka Maradona, suka bola karena Maradona. Dia juga menyebut soal gol tangan tuhan Maradona dalam pertandingan melawan Inggris di perempat final Piala Dunia 1986. Saya kira sang penyiar segenerasi kita.

Kepada si sulung nona Farah yang sedang saya antar ke sekolah, saya katakan, Maradona memang hebat. Beruntunglah kami yang mengalami jaman emas TVRI, satu-satunya televisi yang ada masa itu, yang membuat semua anak memiliki pengetahuan yang sama. Termasuk soal bola, Piala Dunia, Maradona dan aksi gol tangan tuhan yang dilakukannya.

Agar semua lebih jelas saya ceritakan pada nona Farah bahwa dalam pertandingan itu Maradona membuat dua gol.

Gol pertama kontroversial sampai kini. Tetapi gol kedua tak kalah indah.

Maradona membawa bola dari tengah lapangan, melewati beberapa pemain tengah dan belakang lawan sebelum akhirnya menyorongkan bola ke gawang Inggris yang dijaga Peter Shilton. Maradona terjatuh, adapun sang bola menggetarkan gawang.

Apa yang membuat pertandingan jadi lebih menarik adalah Perang Malvinas antara Argentina melawan Inggris di tahun 1982.

Inggris mengklaim Pulau Malvinas yang mereka namakan Falkland sebagai milik mereka.

Pulau ini tentu lebih dekat Argentina daripada Inggris yang ada nun jauh di utara Eropa sana. Tapi Inggris mengklaim sebagai pemiliknya. Konon pulau ini awalnya kosong sampai Prancis datang di paruh kedua abad ke-18. Lalu diserahkan kepada Spanyol yang kemudian menyerahkannya kepada Inggris. Kurang lebih begitu.

Perempat final antara Inggris dan Argentina di arena Piala Dunia 1986 menjadi tidak sekadar sepakbola.

Argentina menang, dan maju ke semifinal untuk bertemu Belgia. Dalam pertandingan ini, Maradona mencetak kedua gol Argentina. Menang lagi, Argentina melenggang ke final.

Di final Tim Tango berhadapan dengan Jerman yang dijuluki Tim Panser, meminjam keunggulan serangan kilat atau blitzkrieg Jerman dalam Perang Dunia Kedua yang mengandalkan gerak cepat armada panser, tank dan kendaraan lapis baja lainnya.

Seingat saya pertandingan final ditonton dengan debar dan cemas yang tak terkira. Jerman kalah. Argentina menang lagi. Skornya 3-2.

Dalam pertadingan final ini, Maradona tak membuat gol sama sekali. Ketiga gol Argentina disarangkan Jose Brown, Valdano dan Burruchaga. Adapun gol Jerman diciptakan Rummeingge dan Voller.

Walau tidak membuat satu gol pun dalam pertandingan final yang bersejarah itu, Maradona tetap yang paling hebat. Maradona sudah kadung menjadi nama lain Argentina.

Saya pernah memburu Maradona saat berkunjung ke Buenos Aires di tahun 2016 lalu. Saya ke Stadion Boca, menemukan patung dan mural di sekitar stadion yang didedikasikan untuk dirinya.

Tahun lalu, saat memantau Pemilu di Venezuela, saya bertemu, tepatnya melihat, Maradona. Ia ikut dalam kampanye terakhir Maduro di tengah kota. Bersama Maduro, ia berjalan di atas panggung mengibar-ngibarkan bendera Venezuela.

Maradona seorang Chavista dan Madurista.

Cerita untuk nona Farah sampai disini. Kami tiba di depan kantin sekolahnya.

Sebelum dia turun, seperti biasa, cium pipi saya dulu. Terus saya bilang kepadanya, “Nanti sore Ayah ke Kuba. Kakak bantu-bantu Bunda ya.”

“Iya,” jawabnya.

Published by

TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s