Saya lega.
Laki-laki di ujung telepon sana yang membuat saya lega setelah sempat dilanda panik.
Katanya, seorang wanita tua mendatanginya beberapa saat lalu. Wanita itu minta bantuan untuk menghubungi nomor telepon saya yang ada di buku catatannya. Menjelang tengah malam di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta. Bulan Maret 2010.
Lalu saya berbicara dengan wanita yang dimaksudnya, dan yang sebetulnya saya cari-cari sejak tadi.
Wanita itu adalah Alice Dewey. Saya mengundangnya ke Jakarta untuk berbicara di sebuah seminar mengenai ibunda Barack Obama, Ann Dunham Soetoro.
Alice Dewey adalah profesor yang membimbing tesis dan disertasi Ann Dunham Soetoro di Jurusan Antropologi University of Hawaii at Manoa.
Di kampus itu pula saya bertemu dengan Alice pertama kali. Lalu sempat diminta untuk menerbitkan disertasi Ann Dunham Soetoro ke dalam bahasa Indonesia di tahun 2008. Hanya beberapa bulan sebelum Obama dilantik sebagai Presiden AS ke-44.
Yang membuat saya sempat panik adalah, saya tak menemukan Alice Dewey di pintu kedatangan Terminal 2 CGK. Memang ini soal yang agak tricky. Setelah pemeriksaan bagasi oleh Bea Cukai, jalur ke luar dibagi dua.
Saya menunggu di ujung yang satu. Sementara kelihatannya Alice Dewey keluar dari ujung yang satu lagi.
Saya senang melihat Alice Dewey. Ia memang tampak lelah setelah menempuh perjalanan belasan jam, dari Honolulu, Hawaii, transit di Incheon, Korea Selatan, lalu tiba Jakarta.
Alice yang ketika itu berusia 82 tahun terbang sendirian. Walau lelah, ia tetap memberikan senyum terbaiknya.
Dari Cengkareng, saya membawa Alice Dewey ke Hotel Sahid di Jalan Sudirman. Keesokan harinya seminar Alice tampil sebagai pembicara di WTC juga di Jalan Sudirman.
Sehari setelah seminar itu, saya sempat membawa Alice ke kampus FISIP UIN Jakarta, lalu keesokan harinya kami terbang ke Jogjakarta. Bagi Alice, Jogja bukan kota biasa. Ini adalah rumah kedua, atau mungkin rumah pertama baginya.
Saya hampir melupakan adegan menjemput, atau menunggu Alice, di CGK, sampai foto ini saya terima beberapa hari lalu dari Mas Christian RZ.
Terima kasih Mas.