
Saya sudah sering ke perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan, Panmunjom. Baik dari sisi utara, maupun dari sisi selatan.
Kedua negara dipisahkan oleh sebuah kawasan yang kita kenal sebagai Zona Demiliterisasi atau DMZ. Kawasan ini terbentang di garis 38 derajat lintang utara dari barat ke timur, 2 kilometer ke utara dan 2 kilometer selatan.
Aktivitas militer diharamkan di DMZ, tapi ranjau darat ada dimana-mana, di utara juga di selatan.
Namun begitu, DMZ diakui sebagai kawasan yang steril dari manusia. Bukan hanya hewan dan berbagai tanaman hidup aman disana, puing-puing bangunan peninggalan dari kerajaan-kerajaan yang lalu di Semenanjung Korea juga belum tersentuh.
Di salah satu titik di DMZ terdapat area khusus yang disebut Area Keamanan Bersama (JSA). Di area ini tidak terdapat pagar pembatas. Hanya tumpukan batu bata setinggi beberapa centimeter yang bisa dengan mudah dilompati.
Di atas pembatas itu ada lima bangunan, 3 berwarna biru dan 2 berwarna perak yang menjadi wilayah netral.
Foto pada laman ini diambil dari salah satu titik di DMZ wilayah selatan. Saya dan teman-teman wartawan dari berbagai negara baru mengikuti konferensi tentang perdamaian Semenanjung Korea. Oleh panitia, saya diminta menjadi salah seorang pembicara dalam konferensi.
Di balik pagar itu tidak benar-benar wilayah Korea Utara. Kalau berani, Anda masih harus jalan kaki sekitar 2 kilometer lagi sebelum mencapai garis demarkasi.
Menurut pengamatan saya, Korea Selatan kelihatannya berhasil mengembangkan wisata perang. Kalau Anda berkunjung ke DMZ dari selatan, Anda akan menemukan tempat yang nyaman untuk berleha-leha, restoran, museum, taman bermain untuk anak2, dsb.
Berbeda dengan di utara. Nyaris tidak “penyambutan” yang istimewa di DMZ sebelah sana. Tidak ada restoran, tidak ada taman bermain, juga tidak ada museum.
Tapi belakangan ini, DMZ di utara juga mulai diramaikan oleh turis dari China.
Saya terakhir ke sana bulan Oktober tahun lalu. Pintu masuk ramai oleh turis, kami mesti antre cukup lama sebelum dibawa ke JSA.