FOTO itu kini viral.
Ia disandingkan dengan foto saat Presiden Soeharto menandatangani Letter of Intent (LoI) International Monetary Fund (IMF) pada 15 Januari 1998.
Tak jauh dari Pak Harto yang sedang membubuhkan tandatangan sambil membungkuk, Direktur IMF Michel Camdesus yang mengenakan jas hitam dan dasi hitam berdiri sambil menyilangkan kedua tangan di dada.
Matanya menatap tajam sang Bapak Pembangunan Indonesia. Bibirnya mengatup rapat sebaris. Sepintas tampak seperti seorang bos besar tengah menyaksikan pesuruh menjalankan perintah.
Adapun di dalam foto yang viral di akhir bulan Desember 2018 itu Presiden Joko Widodo tampak sedang tersenyum lebar sambil mengulurkan tangan kepada pria bule di depannya yang juga tersenyum sambil memberi hormat.
Richard C. Adkerson, nama bule itu. Adkerson yang berasal dari Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, sejak tahun 2015 lalu menduduki posisi CEO Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. Dia juga yang memimpin langsung negosiasi untuk keberlangsungan operasional Freeport di Tanah Papua, Indonesia.
Di hadapan Jokowi, Adkerson mengenakan kemeja batik coklat berlengan panjang bermotif parang.
***
Kata “parang” berasal dari kata “pereng” yang berarti lereng. Ini adalah salah satu motif batik tertua di Indonesia. Motif ini menggambarkan kesinambungan dan semangat yang tidak pernah padam. Bentuk huruf S yang jalin menjalin tidak putus pada motif itu terinspirasi oleh gerak dinamis ombak yang tak kenal lelah memukul pantai.
Samudera, berikut ombaknya, seringkali indah dipandang mata. Angin yang bertiup semilir, nyiur yang melambai, burung camar yang menyambar-nyambar permukaan air, matahari senja yang bergerak ke peraduan, adalah gambaran ideal samudera yang meneduhkan jiwa.
Tetapi pada saat yang berbeda, di kala angin berubah menjadi topan badai, ia bisa begitu mematikan. Belum lagi bila lempeng bumi di dasar samudera saling bertumbukan, atau gunung berapi di tengah lautan meletus dengan hebatnya melepaskan energi tinggi.
Dalam keadaan yang demikian itu, yang tiba di pantai adalah gelombang bencana yang siap melumat apapun yang ada di hadapannya. Ia berubah menjadi tsunami dan tragedi.
***
Entah sengaja, atau tidak, batik dengan motif parang itulah yang dikenakan Adkerson.
Jumat sore, 21 Desember 2018, Adkerson hadir di Istana Negara, Jakarta, bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Negara BUMN Rini Soemarno, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, serta Dirut PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin.
Mereka datang untuk memberikan laporan kepada Presiden Jokowi mengenai pelunasan 51,2 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI) oleh PT Inalum. Paket saham sebesar itu dibayar dengan harga senilai 3,85 miliar dolar AS atau setara Rp 55,44 triliun.
Usai menerima mereka, Jokowi memberikan keterangan di hadapan wartawan. Airmukanya sedikit kaku, sementara suaranya terdengar pelan-pelan dan hati-hati.
Dalam jumpa pers, Jokowi mengenakan kemeja putih lengan panjang yang bagian lengannya digulung setinggi siku dipadu celana jeans biru dan sepatu kets hitam. Selain Jokowi, Dirut PT Inalum Budi G. Sadikin juga mengenakan kemeja putih lengan panjang. Tapi berbeda dengan Jokowi, Budi membiarkan bagian lengan bajunya terulur hingga pergelangan. Adapun Menkeu Sri Mulyani, Menneg BUMN Rini Soemarno, Men-KLH Siti Nurbaya dan Men-ESDM Ignasius Jonan mengenakan batik lengan panjang dengan aneka warna.
“Disampaikan bahwa saham PT Freeport sebesar 51,2 persen sudah beralih ke PT Inalum, dan sudah lunas dibayar. Hari ini merupakan momen yang bersejarah setelah PT Freeport beroperasi di Indonesia sejak 1973,” kata Jokowi mengawali pernyataannya.
Ia menambahkan, saham mayoritas ini akan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
“Tadi juga disampaikan bahwa nantinya income, pendapatan baik dari pajak maupun non pajak, royalty semuanya tentu saja lebih besar dan lebih baik. Saya kira inilah yang memang kita tunggu,” kata Jokowi lagi.
Jokowi juga mengatakan, dirinya telah menerima laporan mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek lingkungan juga kewajiban pembangunan smelter.
“Semuanya juga telah terselesaikan dan sudah disepakati. Artinya, semuanya sudah komplit dan tinggal bekerja saja,” tambah Jokowi lagi masih dengan nada suara hati-hati.
Usai menyampaikan penjelasan, Jokowi meminta kepada wartawan yang ingin bertanya agar mengajukan pertanyaan kepada para menteri terkait, Dirut PT Inalum, dan CEO Freeport-McMoRan.
Sebelum meninggalkan ruangan Jokowi berjabatan tangan dengan Adkerson yang selama jumpa pers berlangsung berdiri di belakang bersama para menteri yang hadir.
Adegan jabatan tangan itu dirasa kurang sempurna karena terhalangi oleh podium. Beberapa wartawan meminta Jokowi bergeser ke depan podium. Saat berpindah tempat itulah, Adkerson memberikan hormat kepada Jokowi, sebelum akhirnya mereka berdua kembali berjabatan tangan. Kali ini senyum Jokowi dan Adkerson pun mengembang lebih lebar.
Para menteri dan Dirut PT Inalum juga tersenyum lebar. Rini Soemarno memeluk Sri Mulyani untuk mengekspresikan rasa lega mereka.
Pembagian Kue Saham Emas Papua
Dalam keterangannya di Kantor Menteri ESDM, di hari yang sama, Richard Adkerson mengutarakan rasa puasnya atas hasil negosiasi. Tarik ulur sudah terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini.
Pembayaran saham yang dimiliki Freeport-McMoRan dan hak partisipasi atau participating interest (PI) Rio Tinto di Freeport Indonesia, kata Adkerson, telah diikuti dengan penerbitan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Freeport Indonesia oleh Kementerian ESDM di hari yang sama. Sesuai UU 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Kontrak Karya (KK) perpanjangan operasional Freeport Indonesia yang dibuat pada tahun 1991, kata Adkerson lagi, secara resmi telah diganti dengan IUPK itu.
“Setelah kontroversi cukup lama, kami akhirnya menyelesaikan ini semua,” ujarnya dengan air muka lega.
Hal lain yang disampaikan Adkerson adalah tentang berakhirnya joint venture antara Freeport Indonesia dengan Rio Tinto setelah Rio Tinto menjual seluruh hak partisipasinya kepada PT Inalum. Adkerson juga mengatakan dirinya yakin PT Inalum akan menjadi partner yang dapat diandalkan dan membawa keuntungan besar bagi Freeport Indonesia.
Adapun bagi Freeport-McMoRan, masih menurut Adkerson, penerbitan IUPK memberikan kejelasan mengenai jangka waktu operasional Freeport Indonesia di Papua hingga tahun 2041.
“Kami memerlukan stabilitas dalam hal keuangan dan hukum. Melalui IUPK kami akan menjalankan kesepakatan itu,” demikian Richard.
Bagaimana dengan kewajiban membangun smelter?
Adkerson mengatakan pihaknya memiliki komitmen kuat untuk membangun smelter dalam masa lima tahun yang akan datang.
Sementara Kementeri ESDM dalam keterangan di hari yang sama menjelaskan bahwa 51,2 persen saham yang baru dibayar itu nantinya akan terdiri dari 41,23 persen saham untuk PT Inalum dan 10 persen saham untuk Pemerintah Daerah Papua.
Saham Pemerintah Daerah Papua akan dikelola oleh perusahaan khusus yakni PT Indonesia Papua Metal dan Mineral (IPPM). Sebesar 60 persen saham IPPM akan dimiliki oleh PT Inalum dan 40 persen lainnya dikuasai BUMD Papua.
Adapun BUMD Papua yang dimaksud akan dibentuk Pemerintahan Provinsi Papua dan Pemerintahan Kabupaten Timiki. Pemporv Papua akan memiliki 30 persen saham di BUMD patungan itu, dan 70 persen saham lainnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Mimika.
Negosiasi Memang Rumit
Urusan divestasi saham Freeport Indonesia ini memang bukan perkara mudah. Usai penandatanganan kesepakatan awal berupaka Head of Agreement (HoA) di bulan Juli lalu, Dirut PT Inalum Budi G. Sadikin mengakui bahwa banyak pihak yang harus dilibatkan dan diajak dalam negosiasi.
Budi menjelaskan, HoA bernilai strategis karena di dalamnya diatur dua hal pokok, yakni kesepakatan mengenai struktur transaksi, dan kesepakatan mengenai transaksi.
Adapun transaksi menjadi lebih rumit karena harus melibatkan Rio Tinto yang sejak pertengahan 1990an ikut serta dalam operasional Freeport Indonesia.
Hak partisipasi yang dimiliki Rio Tinto di Freeport Indonesia adalah sebesar 40 persen, atau setara dengan 3,5 miliar dolar AS. Adapun PT Indocopper Investama yang sepenuhnya dimiliki Freeport-McMoRan memiliki saham sebesar 9,36 persen, senilai 350 juta dolar AS.
Secara legal setiap pihak yang terlibat dalam negosiasi pun, menurut Budi G. Sadikin, memiliki lebih dari satu entity. Di sisi Freeport ada tiga pihak yang harus dilibatkan dalam negosiasi. Ketiganya adalah Freeport-McMoRan, Indocopper Investama, dan Freeport Indonesia.
Di sisi Rio Tinto juga ada tiga pihak, yakni Rio Tinto Indonesia, Rio Tinto PLC di London, Rio Tinto SPF yang memiliki Rio Tinto Indonesia.
Hal yang kurang lebih sama juga terjadi di sisi Indonesia, yang pada akhirnya melibatkan PT Inalum dan pemerintah daerah di Papua.
Persoalan lain yang dihadapi PT Inalum terkait dengan sumber pendanaan.
Dalam keterangannya di bulan Juli itu, Budi G. Sadikin mengakui bahwa pihaknya disarankan oleh “otoritas” untuk tidak menggunakan sumber pendanaan dari dalam demi menjaga agar tidak terjadi tekanan pada neraca pembayaran dalam negeri.
Atas saran itu, PT Inalum pun mengais dana dengan melepas surat utang (bond) senilai 4 miliar dolar AS pada bulan November 2018. Aset PT Inalum yang sebelumnya sebesar Rp 100 triliun pun langsung membengkak menjadi Rp 160 triliun, dan dengan demikian siap menguasai Freeport Indonesia.