Tadi di kelas mata kuliah “Sistem Politik Indonesia” ada dua diskusi, tentang “Politik dan Korupsi” dan “Politik dan Media”.
Keduanya adalah subjek klasik, dan timely, selalu relevan.
Ada dua pertanyaan, satu untuk masing-masing subjek, yang ingin sedikit, ya sedikit saja, saya garisbawahi.
Dalam diskusi mengenai subjek pertama, pertanyaan yang ingin saya garisbawahi juga klasik.
Apa yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk mengurangi korupsi, terlepas dari seluas apapun definisinya: apakah membentuk sistem yang baik, atau memperbaiki moral manusia yang menciptakan dan menjalankan sistem yang baik itu.
Seperti yang sudah saya janjikan, jawaban saya tidak memuaskan, termasuk tidak memuaskan diri saya sendiri.
Saya ingat pesan seorang senior: Tidak apa-apa kalau Anda tak punya jawaban atas pertanyaan ini. Mau memikirkannya saja sudah bagus. Jadi, pikirkan saja terus.
Sementara dalam diskusi mengenai subjek kedua, lagi-lagi ada satu pertanyaan yang klasik, setidaknya untuk sebagian kita: Apa definisi kebenaran dalam jurnalistik.
Jawaban saya pun tidak kurang tidak-memuaskannya: Yakni, kebenaran yang menjawab pertanyaan pada ruang dan waktu tertentu berdasarkan apa-apa yang diketahui dan/atau diyakini sebagai fakta pada ruang dan waktu tertentu itu.
Hei, apakah fakta bisa berubah?
Ya, dalam jurnalistik, seiring dengan berjalannya waktu (bergesernya ruang dan waktu).
Bukankah sering kali kita menemukan hal-hal baru di balik apa-apa yang selama ini dianggap sebagai fakta. Dan hal-hal yang baru terungkap, diungkap, atau ditemukan itu, sangat bisa mengubah cara kita melihat persoalan.
Ada senior lain yang mengidentikkan pekerjaan jurnalistik seperti pekerjaan mengupas kulit bawang.
Selesai diskusi di dua kelas (ada dua kelas yang masing-masing membahas dua subjek klasik tadi), barulah saya menemukan gambar di bawah ini di beberapa grup WA yang saya ikuti. Rupanya, ia telah dibicarakan banyak orang di saat saya masih berada di kelas.
Dan apa komentar saya atas gambar halaman muka beberapa media cetak edisi hari ini?
Saya kira halaman muka setiap koran di dalam gambar ini biasa-biasa saja. Semuanya faktual.
Saya sadar, bagaimanapun juga setiap ruang redaksi memiliki independensi dalam menentukan mana yang menurut mereka penting, kurang penting, atau tidak penting sama sekali. Semua tentu dengan beraneka pertimbangan.
Adapun saya saat ini sedang menikmati air yang jatuh dari langit, yang kita sepakat menyebutnya hujan.
Sebanyak air yang jatuh dari langit itulah rasa cinta dan sayang yang kita punya untuk bangsa dan negara ini. Dan masing-masing kita, kembali saya yakin, punya cara sendiri untuk mengekspresikannya.