Gilanya Adolf Hitler

46819099_10156769832706668_1806448306801344512_nBuku Hitler

Dengan segala kegilaannya; menginvansi Polandia dan memicu Perang Dunia Kedua, mengeliminasi kaum Yahudi (beserta anasir2 lain yang dinilai bertentangan dengan keyakinan Aryan uber alles), Adolf Hitler tercatat sebagai salah seorang tokoh sentral dalam perjalanan sejarah manusia modern.

Kegilaannya ini pula yang ikut mendorong kelahiran pendekatan psikoanalisa dalam ilmu politik yang mengaitkan praktik kekuasaan dengan aspek kejiwaan pihak yang berkuasa.

Keberhasilannya mengoyak-moyak Eropa pada pertengahan abad ke-20 menjadi bahan pembicaraan yang tak habis-habisnya hingga kini. Menginspirasi penulis-penulis buku, film makers, atau bahkan sekadar penikmat sejarah.

Rasanya tak banyak tokoh yg seperti Hitler ini. Sudah barang tentu ada banyak nama besar sepanjang drama Perang Dunia Kedua. Dari nama-nama besar itu, setelah diseleksi oleh waktu dan memori kolektif masyarakat dunia, hanya beberapa, yang memiliki karakter kuat, yang tersisa. Lalu dari yang beberapa itu, Hitler menjadi titik sentral.

Di toko buku ini, Kinokuniya Plaza Senayan, buku-buku tentang Hitler hampir dua rak banyaknya. Setelah menimbang-nimbang, saya memilih karya Laurence Rees, The Dark Charisma of Adolf Hitler.

Rees mencatat Hitler sebagai pribadi yang tidak memiliki kemampuan menjalin hubungan baik dengan sesama manusia, tidak memiliki kemampuan untuk terlibat dalam perdebatan intelektual, dipenuhi kebencian dan prasangka, tidak memiliki kapasitas utk mencintai.

Bahkan pada satu titik, Hitler dianggap sebagai iblis berwujud manusia.

Tetapi, mengapa pribadi yang digambarkan sedemikian menyedihkan itu memiliki begitu banyak pendukung: yang mencintai dan memuja Hitler dengan segenap jiwa mereka.

Satu yang pasti, menurut Rees, dan banyak pecinta epik Perang Dunia Kedua, Hitler, pria dengan sejumput kumis itu, tidak bekerja sendirian. Ada barisan penikmat kekuasaan yang menyerahkan diri mereka dan dengan suka rela menjadi pengabdi setia.

Hitler yang Adolf Hitler tewas di penghujung drama Perang Dunia Kedua. Pun jalan kematiannya masih jadi pembicaraan hingga kini. Ada yang mengatakan, ia mati bunuh diri dengan Eva Braun sang kekasih di bawah bunker di Berlin. Ada yang menambahkan, ia menembak kepalanya setelah menenggak sianida, khawatir racun itu tak benar-benar membunuhnya.

Dimana jenazahnya dimakamkan pun tak kurang misterius dan menjadi teka-teki hingga kini.

Tetapi pada hakekatnya, (sifat) Hitler, dan kawan-kawannya, bukan sekadar kemewahan yang berasal dari masa lalu. Hitler, dan mereka, adalah karakter yang tidak lekang dimakan waktu.

Karakter ini ada dan abadi. Tersembunyi, dan terkadang setengah menampakkan diri.

Published by

TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s