Pertemuan antara pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump di Singapura Selasa, 12 Juni 2018 lalu, bisa terjadi karena komitmen Korea Utara yang cukup tinggi dalam menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea.
“Reunifikasi Semenanjung Korea itu adalah tugas konstitusi Korut dan juga tugas konstitusi Korsel. Kedua Korea bekerja ke arah penyatuan kembali semenanjung korea,” ujar Sekjen Perhimpunan Persahabatan Indonesia- Korea Utara Teguh Santosa kepada SP , Kamis (14/6).
Menurut Teguh, upaya Korea Utara menciptakan perdamaian sudah dilakukan sejak era Kim Il Sung dan Kim Jong Il. Salah satu hasil pertemuan Trump dan Kim Jong-un di Singapura adalah kesepakatan mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea. Trump mengatakan, pihaknya akan mengurangi war game di kawasan itu.
Teguh menegaskan, kini saatnya Trump membuktikan apa yang telah dikatakannya itu. Selain apabila Trump bisa membuktikan sesumbarnya, situasi di Semenanjung Korea akan benar-benar damai.
“Selama ini Semenanjung Korea tegang karena AS selalu ingin campur tangan dan kerap menggelar kekuatan militer di sana. Adapun pengembangan persenjataan Korea Utara adalah respon atas hostile policy (kebijakan agresif) AS selama ini. Korea Utara tidak mau jadi sitting duck (target),” demikian Teguh.
Dikutip dari antara lain BeritSatu.