Masyarakat Ekonomi ASEAN Butuh Pers yang Positif dan Produktif

Komunitas pers ASEAN memainkan peranan yang tidak kecil dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN. Pertukaran informasi yang positif dan konstruktif untuk mewujudkan cita-cita menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kekuatan ekonomi dan politik bersama sangat dibutuhkan.

Demikian antara lain disampaikan Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Teguh Santosa dalam keterangan yang diterima redaksi beberapa saat lalu.

‎Teguh Santosa baru saja memimpin delegasi wartawan Indonesia pada Sidang Umum ke-18 Konfederasi Jurnalis ASEAN (CAJ)  di Hanoi, Vietnam, Jumat dan Sabtu kemarin (26-27/11). Continue reading “Masyarakat Ekonomi ASEAN Butuh Pers yang Positif dan Produktif”

Konfederasi Jurnalis ASEAN: Akan Ada Media Khusus untuk Pertukaran Informasi

Komunitas pers ASEAN memainkan peranan yang tidak kecil dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Pertukaran informasi yang positif dan konstruktif agar cita-cita menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kekuatan ekonomi dan politik bersama sangat dibutuhkan. Continue reading “Konfederasi Jurnalis ASEAN: Akan Ada Media Khusus untuk Pertukaran Informasi”

Publik Berhak Tahu Rekaman Utuh #PapaMintaSaham

12249714_10153674173336668_5284447676007055108_n

Publik berhak mengetahui rekaman utuh pembicaraan antara  Ketua DPR Setya Novanto dengan petinggi Freeport Indonesia yang diduga Ma’roef Sjamsoeddin dan pengusaha yang diduga Muhammad Reza Chalid.

Transkrip pembicaraan itu, sebagian, telah diserahkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said kepada Majelis Kehormatan DPR RI dan menjadi bukti dari upaya pemerasan dan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla oleh Ketua DPR Setya Novanto.

Di tengah masyarakat kasus ini ramai disebut sebagai skandal “#papamintasaham”. Continue reading “Publik Berhak Tahu Rekaman Utuh #PapaMintaSaham”

Horor Paris, Indonesia Tak Cukup Berduka

screen_shot_2015-11-14_at_11.08.39_am

Indonesia dan masyarakat dunia pada umumnya tengah menghadapi dua jenis fundamentalisme yang sangat berbahaya yang membuat perdamaian di muka bumi hilang digantikan kebencian dan peperangan.

Demikian disampaikan pengajar hubungan internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Teguh Santosa, dalam keterangan yang diterima redaksi, Minggu (15/11).

Aktivis Forum Indonesia 2050 ini mengatakan, fundamentalisme jenis pertama bersifat kasat mata dan dengan mudah dapat dikenali. Sementara fundamentalisme jenis kedua hampir-hampir sulit dikenali, dan bahkan tak banyak yang menyadari kehadirannya.

“Jenis pertama adalah fundamentalisme sektarian, yang menggunakan identitas dan apa yang diyakini benar, sebagai slogan perjuangan dan perlawanan. Sering kali pula menggunakan tema kesukuan, agama, ras, dan yang paling kecil tema golongan,” ujar Teguh Santosa.

Penganut fundamentalisme jenis pertama ini, sambungnya, dengan mudah menciptakan identitas, menarik demarkasi antara “aku” dan “kamu”, “kita” dan “mereka”.

Adapun fundamentalisme jenis kedua yang tidak kasat mata adalah keyakinan bahwa pasar ada di atas segalanya, sebagai aktor tunggal yang menentukan mana yang baik untuk rakyat dan negara. Continue reading “Horor Paris, Indonesia Tak Cukup Berduka”

40 Tahun Green March, Integrasi yang Semakin Sempurna

massira_2_600

Pekan lalu rakyat Kerajaan Maroko merayakan sebuah peristiwa bersejarah yang amat penting dalam perjalanan negeri itu. 40 tahun silam, pada tanggal 6 November 1975 tak kurang dari 350 ribu rakyat Maroko melintasi garis batas kolonial dari Tarfaya menuju Sagui el Hamra.

Garis batas kolonial itu diciptakan Prancis dan Spanyol melalui Perjanian Fez pada 1912. Continue reading “40 Tahun Green March, Integrasi yang Semakin Sempurna”

Mengukur Pertemuan Dua China di Singapura

635824595734670849-AFP-546156948-77344432

Revolusi 1949 membelah China menjadi dua. Partai Komunis yang memenangkan pertarungan dan menguasai sebagian besar negeri China di daratan dan mendirikan Republik Rakyat China.

Sementara pengikut Partai Nasional yang dipimpin Chiang Kai-shek angkat kaki ke Taiwan dan melanjutkan eksistensi Repulik China yang didukung Amerika Serikat dan blok Barat.

Untuk waktu yang cukup lama kedua negeri tak menjalin komunikasi. Di bawah rezim komunis, China memilih menutup pintu. Continue reading “Mengukur Pertemuan Dua China di Singapura”

Presiden Jokowi Tidak akan Membungkam Kebebasan

backdrop-jkw-3 2

Presiden Joko Widodo diyakini tidak bermaksud akan membungkam kebebasan berbicara di Indonesia. Hal ini karena Jokowi menyadari bahwa dirinya pun adalah produk dari demokrasi yang semakin matang di negeri ini.

Di saat bersamaan, Jokowi juga menyadari bahwa tanpa kebebasan menyampaikan pendapat, demokrasi tidak akan pernah ada. Continue reading “Presiden Jokowi Tidak akan Membungkam Kebebasan”