16 Tahun Berkuasa, Raja Ini Mengubah Wajah Negaranya
SEJAK dilantik sebagai Raja Maroko pada 30 Juli 1999 lalu Muhammad VI berhasil mengangkat Kerajaan Maroko k panggung dunia, membuatnya tidak hanya terpandang di Afrika.
Pendekatan inklusif yang digunakan Raja Muhammad VI dalam menjalankan kebijakan regionalisasunjuga mampi memperkuat kohesifitas ekonomi dan politik di samping menghormati nilai-nilai lokal.
Demikian disampaikan Dutabesar Kerajaan Maroko untuk Indonesia, Mohammed Majdi, dalam sambutan di peringatan 16 tahun naik tahta Raja Muhammad VI di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis malam (30/7).
Hadir dalam acara itu korps diplomatik negeri sahabat di Jakarta, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrachman Fachir. Juga tampak hadir mantan Dubes RI untuk Tosari Widjaja dan Ketua Sahabat Maroko Teguh Santosa.
Tahun ini, Dubes Majdi melanjutkan, Raja Muhammad VI mengunjungi Senegal, Guinea Bissau, Pantai Gading dan Gabon. Kunjungan ini seperti kunjungan ke negara-negara Sub Sahara lainnya memperkuat hubungan Maroko dengan negara-negara Afrika.
“Maroko juga menjadi financial hub atau titik penghubung keuangan di Afrika. Bank Pembangunan Afrika baru-baru ini menunjuk Kasablanka yang dikenal sebagai ibukota finansial di kerajaan itu sebagai pusat Dana 50 Afrika. Inisiatif ini dirancang untuk mendorong pertumbuhan, pembangunan manusia dengan didukung kreatifitas finansial.[SMC]
Kerjasama Ekonomi Indonesia-Maroko Belum Memenuhi Harapan
HUBUNGAN Republik Indonesia dan Kerajaan Maroko semakin hari dapat dikatakan semakin baik. Hubungan baik itu didasarkan pada nilai-nilai yang sama dan sikap saling menghormati. Namun, sayangnya, kerjasama di sektor ekonomi masih belum memenuhi harapan.
Demikian disampaikan Dutabesar Kerajaan Maroko untuk Indonesia Mohammed Majdi dalam sambutan di peringatan 16 tahun naik tahta Raja Muhammad VI di Hotel Borobudur, Jakarta (Kamis, 30/7).
Hubungan bilateral kita harus diperdalam melalui penguatan hubungan ekonomi yang harus menjadi salah satu batu loncatan dari persahabatan Indonesia dan Maroko. Kedua negara memiliki semua bahan untuk membangun hubungan yang abadi, ujarnya.
Dia menambahkan, Maroko menawarkan peluang investasi yang besar di beberapa sektor, seperti industri, energi matahari dan energi angin, pariwisata, pertanian dan perikanan, juga logistik.
Selama bertahun-tahun, Maroko pun dikenal sebagai hub otomotif dan aeronautika.
Hubungan pariwisata antara kedua negara perlu didorong. Saya ingin melihat lebih banyak orang Indonesia mengunjungi Maroko, pada saat yang sama, saya ingin melihat lebih banyak Maroko mengunjungi Indonesia. Untuk saat ini, potensi wisata yang ada belum dimanfaatkan maksimal, demikian katanya. [SMC]
Obsesi Raja Muhammad Membangun Kawasan Terpencil dan Terisolasi
MEMBANGUN kawasan-kawasan terpencil dan terisolasi di Maroko adalah salah satu obsesi terbesar Raja Muhammad VI sejak lama. Bagaimana pun juga, warganegara Maroko yang tinggal di tempat-tempat itu memiliki hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Kawasan yang terpencil dan terisolasi itu terletak di pegunungan Rif dan Atlas juga di Sahara dan sejumlah kawasan pantai.
“Saya menyadari kesenjangan dan defisit di kawasan seperti ini selama beberapa dekade,” ujar Raja Muhammad dalam peringatan 16 tahun naik tahta, Kamis (30/7).
Obsesi itulah yang mendorong Raja Muhammad VI bekerja keras membangun kawasan terpencil Maroko sejak dirinya dilantik sebagai Raja.
“Inilah sebab mengapa sejak penobatan saja, saya bersumpah tidak membuang kesempatan untuk meningkatkan kondisi kehidupan populasi kita di sana dan mengakhiri penderitaan mereka,” ujarnya.
Untuk mewujudkan keinginan ini Raja Muhammad mengkonsolidasi sejumlah program dan memerintahkan Kementerian Dalam Negeri untuk mengidentifikasi kebutuhan infrastruktur dan pelayanan sosial masyarakat terpencil seperti pendidikan, kesehatan, air dan listrik juga jalanan.
Studi dilakukan secara nasional melingkupi lenbih dari 29 ribu douar dibawah 1.272 komunitas lokal. Semua didata berdasarkan prioritas yang spesifik, ujar Muhammad VI lagi.
Sekitar 20 ribu projek telah diteliti dan ditujukan untuk lebih dari 12 juta orang dan menelan biaya sekitar 50 miliar dirham.
“Regionalisasi yang kita inginkan untuk negara kita harus menjadi hasil dari upaya besar yang kita lakukan untuk menemukan solusi yang pantas bagi setiap kawasan,” demikian Raja Muhammad VI. [SMC]