Saya baru kembali dari Medan.
Dalam perjalanan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju rumah, saya teringat beberapa pembicaraan dengan sejumlah kawan-kawan di Medan tentang persoalan-persoalan pasca Pilpres 2014, dan yang paling mutakhir soal UU Pilkada yang menjadi landasan bagi sistem baru pemilihan kepala daerah.
Kemarin siang, saat saya sedang berada di sebuah kafe di kawasan Jalan DR. Mansyur, Medan, seorang bupati dari luar Sumatera Utara menghubungi saya dan mengajak saya bertukar pikiran tentang tema yang kurang lebih sama. Sang Bupati adalah produk dari pilkada langsung. Dia sudah dua kali memenangkan pemilihan kepala daerah. Dia yang awalnya mendukung penuh pilkada langsung, kini jadi ekstra waswas menyaksikan kekecewaan pihak-pihak yang menolak pilkada langsung.
Dia sungguh khawatir ada skenario lain untuk kepentingan pihak yang lain yang sedang dijalankan di balik retorika “kematian demokrasi akibat pemilihan kepala daerah via DPRD”.
Maka di antara rekaman pembicaraan-pembicaraan itu, saya tuliskan beberapa kicauan di Twitter, sebagai berikut:
Saya bisa mrasakan bbrp yg berteriak2 soal “kematian demokrasi dan hak rakyat yg terberangus oleh sistem baru pilkada” adlh nasionalis palsu
Kaum nasionalis palsu ini tuannya adalah korporatokrat yg sejak lama ingin indonesia bubar..
Atau, kalau pun tidak bubar mereka mendompleng setiap rezim utk dapatkan keuntungan bg mereka sediri.
Nasionalis palsu ini selalu punya dalil dlm mendukung kekuasaan rezim2 yg mereka inginkan jd boneka, dan sebaliknya..
Kaum nasionalis palsu yg tuannya tak penting dgn keutuhan bangsa dan kesejahteraan rakyat kita selalu punya dalil utk menumbangkan boneka.
Nasionalis palsu ini canggih, berbicara dgn bahasa dewa, khas kaum cendekia tukang. Kecerdasan yg memukau. Tp mematikan.
Di jagad dunia maya, pandangan2 mereka mampu meyakinkan khalayak yg merasa bahwa inilah kehidupan yg sebenarnya.
Semoga kita bisa terhindar dr bibit perpecahan yg ditiupkan kaum nasionalis palsu dr mulut mereka yg manis itu.
Kaum nasionalis palsu ini hanya bicarakan persoalan cabang dan ranting, atau terkadang ngarang. Mereka jg bisa jadi konstruktivis gadungan.
Mereka mengelak dr pembicaraan atas hal2 fundamental yg sudah merusak pondasi bangsa kita..
Mereka tak pernah menyinggung kerusakan sistem ekonomi nasional akibat amandemen pasal 33 UUD1945. Lihat ayat 4 yg ditambahkan.
Ayat itu memperkenalkan prinsip demokrasi ekonomi yg tampak indah, tp itulah yg membuat harga2 semakin melambung tinggi dan..
..negara tak punya kemampuan bahkan tak tak punya hak utk melindungi rakyat. Neoliberalisme dan kapitalisme ugal2an masuk lewat ayat itu.
Ayat 1,2,3 pasal 33 UUD1945 yg biasa kita sebut2 jadi lumpuh tak punya arti oleh “ayat setan” itu. Maaf, saya pakai kata setan.
Atau, lihatlah aturan di UU PMA 2007 yg memberikan hak kepada walikota/bupati utk deal langsung dgn investor asing.
Nasionalis palsu tak pernah bicara soal UU PMA itu. Sederhana: karena mereka dan kaum korporatorat yang membesarkan mereka untung besar!
“Biarlah bulan bicara sendiri, biarlah bintang kan menjadi saksi..” Sambil dengar Broery di taksi.
Saya sedih, karena sebagian dr nasionalis palsu itu saya kenal lama. Ini yg bikin saya enggan komentar selama ini. Mereka teman2 saya..
..benar kata Bung Karno, perjuangan kita lebih berat karena melawan saudara sebangsa sendiri.
Sy jg tak mau keributam diantara kita hanya akan menguntungkan kaum korporatokrat yg sejak lama membutuhkan perpecahan kita sebagai…
..pintu masuk untuk kehancuran indonesia.
“Harapanku bintang kan terang, memberi sinar dalam hatiku..” sambil dengar melati dari jayagiri.
Iya min. Saya turut prihatin dgn kondisi rakyat RI yg nasionalismenya kbykn palsu. Apalagi pejabat2 & yg suka koar2 demokrasi & jg hny sebatas duel sepak bola dgn Malaysia aja. Tp mereka gak mentingkan kesejahteraan rakyat & infrastruktur negara yg menjadi kunci pembangunan negara. Nasionalisme Indonesia hanya sekedar Koar2 & retorika saja. Parahnya lagi banyak diantara mereka adalah pendukung budaya korupsi secara tdk lgsg yg Korupsinya merugikan rakyat seperti BLBI,Bank Century,SKK Migas,Bus Transjakarta,dll & suka menjatuhkan tersangka korupsi kls teri bahkan memfitnah yg tdk terbukti korupsi. Sdg yg kelas Kakap malah mrk blg fitnah atau Hoax & mrk dukung itu. Entah apa tujuan mrk selaim turut menikmati mega Korupsi itu. Mrk sndr yg ingin menghancurkan Indonesia & antek2 borjuis asing itu