Pesan Terakhir (?) Fidel Castro

BE060374

KAMIS (22/1) Fidel Castro menulis pesan perpisahan. Dia mengatakan, tak mungkin umurnya bisa sampai pada akhir periode pertama kekuasaan Obama. Jika pun tutup mata, dia ingin semua orang merelakan. Berikut tulisan utuh Fidel Castro yang disarikan dari Associated Press (AP) kemarin (23/1), dikutip dari Jawa Pos.

Catatan foto: Fidel Castro (kanan) dan Presiden Kuba Osvaldo Dorticos (kiri) serius mendengarkan kalimat Presiden Sukarno, 9 Mei 1960 di Kuba. Foto diambil dari sini.  

Selasa lalu, 20 Januari 2009, Barack Obama merengkuh tampuk kekaisaran sebagai presiden ke-44 Amerika Serikat sejak keberhasilan Revolusi Kuba pada Januari 1959. Dia dilantik menjadi presiden baru Amerika Serikat.

Tak seorang pun ragu dengan ketulusan kata-katanya ketika menegaskan bahwa dia akan mengubah negaranya menjadi model kebebasan, penghormatan kepada hak asasi di dunia, dan kemerdekaan bangsa-bangsa lain.

Menurut saya, itu tentu saja melukai perasaan siapa pun kecuali si pembenci di sudut planet sana. Dia dengan lapang dada juga mengatakan akan menutup secepatnya penjara dan tempat penyiksaan ilegal di Guantanamo. Keraguan mulai tampak di antara mereka yang masih memuja teror sebagai instrumen tak terpisahkan dalam politik luar negerinya.

Raut kecerdasan dan kemuliaan presiden kulit hitam pertama itu adalah jelmaan dari inspirasi Abraham Lincoln dan Martin Luther King, sang penggagas kemerdekaan republik dua sepertiga abad lalu. Dan kini menjadi simbol hidup mimpi Amerika.

Bagaimanapun, meski semua ujian telah terlewati, Obama belum lagi melewati yang terbesar dari semua. Apa yang segera dia lakukan, ketika kekuatan besar yang telah digenggamnya, sejatinya tak bermanfaat sama sekali untuk mengatasi persoalan yang tak punya jalan keluar, kontradiksi antagonis sistem?

Saya sudah mengurangi refleksi yang saya rencanakan tahun ini. Tidak mencampuri maupun terlibat dalam keputusan tetap yang diambil Partai (Komunis) atau pemerintah ketika menghadapi situasi yang sulit akibat krisis ekonomi global.

Saya pun baik-baik saja. Namun, saya minta jangan ada satu pun yang merasa terikat oleh refleksi berkala saya, kondisi kesehatan saya, ataupun kematian saya.

Saya baca lagi kumpulan pidato-pidato dan bahan-bahan yang saya tumpuk menjadi satu selama lebih dari setengah abad ini.

Saya tak punya keistimewaan untuk menyaksikan berbagai peristiwa hingga waktu yang lama. Saya hanya menerima informasi dan berkontemplasi tentang peristiwa-peristiwa itu dalam hening.

Tampaknya, saya tak akan menikmati keistimewaan itu lagi hingga empat tahun ke depan, ketika periode pertama kepresidenan Obama berakhir.

* Fidel Castro, pemimpin revolusi Kuba

Published by

TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

One thought on “Pesan Terakhir (?) Fidel Castro”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s