Penjara Bung Karno yang Kini Dikencingi Anjing

BANYAK orang ingin jadi pemimpin lewat jalan pintas, semata mengandalkan popularitas.

Soetrisno Bachir, ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN), misalnya. Sejak beberapa bulan lalu ia mempopulerkan dirinya dengan tag line berbunyi “Hidup Adalah Perbuatan”.

Tiba di Jakarta bulan Mei lalu, saya dikagetkan oleh sebuah billboard raksasa di Semanggi. Foto Soetrisno Bachir dalam ukuran, tentu saja raksasa, dengan latar merah dan putih, serta “Hidup adalah Perbuatan”-nya yang dalam komik Panji Koming di Kompas sekalipun dianggap sebagai promosi konyol.

Di Makassar, Bandung, dan Medan, tiga kota lain yang saya kunjungi selama liburan kemarin pun saya menemukan begitu banyak baliho “Hidup adalah Perbuatan” ala SB.

Belakangan, sejak pecah kongsi dengan Rizal Mallarangeng dan Fox Indonesia yang menjadi konsultan “Hidup adalah Perbuatan” SB tidak bisa lagi menggunakan tag line itu. Sebagai gantinya, SB menggunakan Suster Rabiah sebagai salah satu tokoh dalam iklan politik terbarunya. Belakangan sang Suster Apung memprotes iklan politik itu. (Klik disini)

Dalam sebuah pembicaraan tertutup, seorang sesepuh PAN beberapa waktu lalu mengibaratkan manuver Soetrisno Bachir itu seperti manuver anak pitik (ayam).

Rizal Mallangeng adalah tokoh lain yang juga gembar-gembor mengiklankan diri sebagai calon pemimpin. Dia menggunakan beberapa kalimat kunci, misalnya “generasi baru, harapan baru,” dan “if there is a will, there is a way” yang sebetulnya bisa saja dengan mudah diindonesiakan menjadi “bila ada kemauan pasti ada jalan.”

Saya tidak tahu harapan apa yang ditawarkan oleh adik Andi Mallarangeng itu. Melihat track record-nya, saya khawatir Rizal Mallarangeng sebenarnya sedang menawarkan penjajahan gaya baru.

Pada Februari 2005 dia dan sejumlah tokoh yang menggunakan bendera Freedom Institute ramai-ramai mengiklankan dukungan terhadap keinginan pemerintah menaikkan harga BBM. Bulan Juni 2005 dia ditunjuk pemerintah menjadi salah seorang anggota tim negosiasi penjualan ladang minyak Cepu kepada ExxonMobil. Tim negosiasi itu sendiri dipimpin Menko Perekonomian (saat itu) Aburizal Bakrie. Tim ini belakangan sukses memberi kemenangan sempurna untuk ExxonMobil.

Menjelang kenaikan harga BBM bulan Mei 2008, Rizal Mallarangeng menggunakan acara yang diasuhnya. Save Our Nation di MetroTV sebagai ajang untuk mengkampanyekan keputusan pemerintah menaikkan kembali harga BBM dengan alasan klasik demi menyelematkan APBN.

***

Tanggal 10 Agustus lalu saya mampir ke satu-satunya sel penjara Banceuy yang masih tersisa: sel isolasi nomor 5. Kini sel itu dikelilingi kompleks perumahan toko.

Di sel berukuran 1×1,7 meter itulah Bung Karno pernah disekap pemerintah kolonial Belanda antara Desember 1929 hingga Agustus 1930. Dan di sel sempit ini, beralaskan kaleng yang digunakan sebagai tempat kencing, Bung Karno menuliskan pledoinya yang terkenal: “Indonesia Menggugat” yang dibacakannya dalam pengadilan Belanda di Landraad, Bandung, yang digelar sejak Agustus hingga Desember 1930.

Dalam pledoi itu Bung Karno menggugat kapitalisme yang melahirkan kolonialisme dan imperialisme di atas muka bumi.

Imperialism he classifies as a slut and system which rules or directs economy and country of another people. The existence of ‘economic nationalism’ is the raison d’ etre for imperialism. He believes that imperialism is the key desire for people or country to defeat, subjugate, and control over another country and another people.

He gives examples to show how imperialism drives human being to control over another human beings in order to accumulate the capital in the name of ‘economic nationalism’, and is practiced not only by the white-skinned people, but also by the yellow-skinned people, black-skinned people, and brown-skinned people.

We find it in the lust of the Roman Eagle flying every where, subjugating countries both around and away of the Mediterranean Sea. We see it in the Spanish occupation of the Netherlands to defeats the English, in the Oriental kingdom of Srivijaya’s desire to subjugate the Malacca Peninsula, the kingdom of Malaya, and to exercise influence over the neighboring state of Cambodia, or Champa. We can witness the lust of Majapahit in its subjugation and control of the whole Indonesian archipelago from Bali to Kalimantan, from Sumatera to the Moluccas, or the Japanese occupation on Korea, control over Manchuria, and rule over the Pacific islands. (Taken from Roger G Paget’s study on “Indonesia Accuses!”, published in 1975)

Begitulah. Saat mengunjungi sel penjara Banceuy ini saya teringat Soetrisno Bachir dengan iklan “Hidup adalah Perbuatan” yang dibangga-banggakannya, juga Rizal Mallarangeng yang menawarkan harapan (penjajahan) baru.

Keterangan foto:
1. Bung Karno, Soetrisno Bachir, dan Rizal Mallarangeng: siapa yang telah berbuat, dan siapa yang memuluskan penjajahan di atas bumi Indonesia?

2. Sel isolasi nomor 5, Banceuy.

3. Sel nomor 5 tampak kiri, dengan latar belakang bangunan ruko Banceuy.

4. Masih tampak kiri, dengan sudut pandang yang berbeda. Batu yang di sebelah kiri sel Bung Karno ini hanya berfungsi dekoratif. Batu ini konon diambil dari Kali Cikapundung yang mengalir tak jauh dari penjara, dan ditempatkan di sebelah sel Bung Karno saat penjara Banceuy dibongkar.

5. Sel Bung Karno tampak belakang. Sekeliling sel dipagari terali besi sekitar satu meter. Ketika saya dan beberapa teman mengunjungi sel itu, pintu pagarnya terkunci.

6. Saya mengintip ke dalam sel kecil itu. Ada sebuah bendera merah putih berukuran besar di dinding belakang, dan sebuah kuas bertangkai yang kelihatannya baru digunakan untuk mencat seluruh dinding sel ini.

7. “Djangan kencing disini kecuali anjing.” Salah satu grafiti yang ditemui di dinding ruko persis di depan sel Bung Karno. Seruan ini dipahami benar oleh anjing. Karena kencing mereka, lingkungan di sekitar penjara itu kini bau pesing.

8. Selain sel kecil yang pernah ditempati Bung Karno, menara penjaga ini adalah sisa penjara Banceuy yang masih berdiri.

Published by

TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

4 thoughts on “Penjara Bung Karno yang Kini Dikencingi Anjing”

  1. Melihat dan mencermati cara Sutrisno Bachir di tayangan TV Metro (Rabu, 17 Sept. 2008). Sangat tidak pantas menjadi Presiden. Tutur kata yang tidak intelektual dan sinis dalam menanggapi pembicaraan dari M. Qodari dan lembaga Survey. Mungkin karena rating dia masih di bawah padahal sudah jor2an beriklan ria. SB sabar dululah.. jadi pengusaha saja knape sich? ojo mimpi mas….

  2. Kalau SB masih mending, setidaknya dia belum punya ‘dosa’ terhadap rakyat.
    RM tuh yang parah! Serigala berbulu domba. Pengkhianat bangsa.

Leave a Reply to Helmy Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s