MELIHAT Istana Bogor juga dikepung pasukan “liar” pendukung Soeharto, Achadi memilih melanjutkan perjalanan ke markas Resimen Pelopor di Mega Mendung, Puncak Bogor.
Menteri transmigrasi dan koperasi Kabinet Dwikora itu memilih menunggu kabar dari Komandan KKO Hartono yang diminta Sukarno “hanya” menghalang-halangi langkah Soeharto dan pasukannya, dan wajib menghindari perang saudara.Setelah menginap satu malam di markas Menpor, keesokan harinya Achadi memilih masuk Jakarta lagi. Dia menemui teman-temannya sesama eksponen Tentara Pelajar (TP), termasuk Pangdam Jaya Amir Machmud. Selain sebagai teman Achadi dari eksponen TP, Amir Machmud juga merupakan rektor UBK cabang Banjarmasin.
“Saya kenal baik dengan dia. Setelah G30S pun, saya yang ikut mengusulkan pada Bung Karno agar Amir Machmud diangkat jadi Pangdam Jaya menggantikan Umar Wirahadikusuma yang menjadi Pangkostrad menggantikan Soeharto,” kenang Achadi pada suatu sore dua minggu lalu di Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat.Selain Amir Machmud, dua pentolan Angkatan Darat yang juga menjabat sebagai rektor cabang UBK adalah M. Yusuf (Makassar) dan Basuki Rahmat (Surabaya). Adalah Achadi, sebagai rektor kampus pusat UBK yang melantik ketiga jenderal itu sebagai rektor cabang UBK di daerah.
Dan ketiga rektor cabang UBK ini juga yang, kabarnya, diminta oleh Soeharto menemui Bung Karno di Istana Bogor tanggal 11 Maret 1966. Dari kunjungan ketiga orang inilah lahir yang kemudian dikenal dengan nama SP 11 Maret.
Versi lain menyebutkan bahwa SP 11 Maret lahir pada dini hari 1 Oktober 1966. Empat otang jenderal: Mayjen TNI Basuki Rachmat, Mayjen TNI Maraden Panggabean, Brigjen TNI Amir Machmud dan Brigjen TNI M Yusuf menemui Bung Karno di Istana Bogor.
Sementara M Yusuf menyodorkan sebuah map berwarna merah jambu yang berisi sebuah dokumen, Panggabean dan Basuki Rachmat menodongkan pistol FN-46 ke arah Bung Karno.
Kisah ini disampaikan Soekardjo Wilardjito, salah seorang anggota Dinas Security Istana Bogor beberapa tahun lalu. Soekardjo mengatakan dirinyalah yang mengetuk pintu kamar Bung Karno untuk memberitahu kehadiran empat jenderal itu. Dia pun menyaksikan bagaimana proses penandatangan dokumen itu. Ketika Panggabean dan Basuki menodongkan pistol mereka ke arah Bung Karno, Soekardjo juga mencabut pistol FN 46 miliknya. Tapi Bung Karno mencegah.
Setelah mempelajari dokumen itu Bung Karno, seperti testimoni Soekardjo pada Bernas, berkata, “Ya sudah kalau memang saya harus menyerahkan pada Harto. Tapi kalau situasinya sudah baik, mandat ini kembalikan kepada saya.”
Sebelum meninggalkan Istana Bogor, keempat jenderal itu memberi hormat sambil berkata, “Terima kasih.”
Benarkah kisah ini? Benarkah tiga jenderal yang juga jadi rektor cabang Universitas Bung Karno itu adalah kaki tangan Soeharto?
Kembali ke Achadi.
Tanpa mengetahui bagian yang bertahun-tahun kemudian baru diceritakan Soekardjo, Achadi meminta agar Amir Machmud menemui Soeharto untuk mendapatkan klarifikasi atas apa yang terjadi, serta mengapa dirinya juga ikut diincar. Saat itu, Achadi mengatakan, dirinya masih punya dugaan bahwa yang sedang bermain untuk mengeruhkan suasana adalah pihak lain yang dia tidak tahu.
Menurut Amir Machmud, Soeharto mengatakan Achadi tidak akan diapa-apakan, dan karenanya dipersilakan kembali ke Jakarta. Saat itu Soeharto menduga, Achadi sedang berada di sebuah tempat di Jawa Tengah.
Tapi Achadi memilih untuk tidak menampakkan batang hidung. Lalu kurir kedua dikirim. Achadi tidak menceritakan siapa kurir kedua yang dikirimnya untuk bertemu Soeharto. Kali ini sang kurir datang dengan laporan bahwa Achadi akan dimintai keterangan tentang informasi yang menyebut dirinya memiliki pasukan liar. Achadi menduga, yang dimaksud dengan pasukan liar itu adalah anggota Menpor yang mengawalnya dan teman-temannya sesama eksponen TP.
Maka pada suatu hari di awal Mei 1966 Achadi pun menemui Kepala Polisi Militer Kodam Jaya Letkol Sukotjo Tjokroatmodjo. Kepada Sukotjo, Achadi menjelaskan duduk persoalan mengapa dia bersembunyi, mulai dari penangkapan-penangkapan terhadap menteri, sampai kegagalan rapat KOTI. Mendengar cerita itu, menurut Achadi, Sukotjo yang pensiun dengan pangkat mayor jenderal dan kini aktif di Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) itu terkejut juga.
Namun begitu, karena harus menjalankan tugas, Sukotjo tetap membawa Achadi ke kawasan Guntur. Setelah satu malam diinterogasi di Guntur, keesokan harinya Achadi dipindahkan ke Rumah Tahanan Militer (RTM) di Jalan Budi Utomo. Lalu dipindah berturut-turut ke RTM Nirbaya dan Cimahi, sebelum akhirnya ditahan di LP Cipinang.
“Saya kira setelah menjelaskan soal informasi tentang pasukan liar itu, saya akan dibebaskan. Rupanya tidak. Malah diteruskan dan dibablaskan.”
Dia dipenjara begitu saja, tanpa pernah sekalipun dihadapankan ke pengadilan. Penangkapan atas dirinya juga tidak disertai dengan surat keputusan pencopotan dirinya dari posisi menteri.
“Saya ini kan menteri. Tapi ditangkap begitu saja. Status menteri saya juga tidak pernah dicopot oleh Bung Karno. Mestinya kan harus ada SK pemberhentian dari Presiden. Soeharto sebagai pemegang SP 11 Maret tidak punya hak menangkap menteri, dan memenjarakan orang tanpa proses hukum.”
Setelah 10 tahun mendekam dalam penjara Orde Baru, akhirnya 4 Mei 1976, Achadi dikeluarkan dari LP Cipinang.
Note:
Catatan tambahan ini saya sampaikan untuk menjawab komentar pembaca yang menggunakan nickname bujang.
Eksistensi UBK itu mengalami pasang surut. Di era 1960-an sudah ada yang namanya Universitas Bung Karno (UBK). Rektor pertamanya adalah Muhammad Achadi, yang kemudian menjadi Menteri Transmigrasi dan Koperasi di Kabinet Dwikora I dan Kabinet Dwikora II.
Selain di Jakarta, UBK juga punya kampus di beberapa daerah, antara lain di Surabaya, Makassar dan Banjarmasin.
Menyusul kejatuhan Bung Karno, kampus ini pun dibubarkan oleh Orde Baru. Dan cerita tentangnya tidak pernah terdengar lagi. Bukankah Orde Baru telah melarang ajaran Bung Karno?
Awal 1980-an, UBK kembali berdiri. Kali ini Rachmawati yang tampil. Kampusnya ada di kawasan Bukit Duri. Tetapi, Orde Baru tetap tak berkenan. Pada saat pendaftaran mahasiswa, tentara diturunkan untuk membubarkan calon mahasiswa, dan menutup kembali kampus itu.
Waktu berputar hingga sampailah kita di tahun 1999, setahun setelah Soeharto mengundurkan diri. Kali ini Rachmawati melihat ada peluang baru untuk menghidupkan kembali UBK.
Habibie, yang dulu disekolahkan oleh Bung Karno ke Jerman merasa perlu untuk menyambut inisiatif Rachma. Maka kemudian diresmikanlah UBK. Tidak tanggung-tanggung, peresmiannya dilakukan di Istana Merdeka.
Demikian penjelasan tambahan dari saya. Terima kasih.
Teguh Santosa
Sy sngt mengagumi bung karno,sy jg tau bgmana keadaan univ.Bung karno, salut utk ibu Rachmawati Yg mampu mlewati ms krisis kmpus ubk shg msh tetap bdiri hingga kni. Ubk yg mmiliki pjuangn yg tdk mudah utk berjaya dri th1999 hingga kini,sngat disayangkan jika dipimpin oleh rektor maupun pmbantu rektorny yg tdk kompeten,tdk bijaksna dlm mengambil kputusan ats pmasalahan yg tjadi,serta menyepelekan kritik n saran dari mhasiswanya,tdk terbuka, tdk dpt memegang kata2 yg dijanjikan,juga tdk bisa mbedakan yg benar dan yg Salah. Mhon kpd ibu Rachma utk bisa mengontrol serta menindak lanjuti purek dan pmbantu purek yg cnderung mcari aman utk drinya sndiri hnya krna tkut dngan mesin bersatu,tlong slsaikn pmslhan intern kmpus dgn sebijaksna mungkin. Khususny mbubarkn ukm2 yg ilegal seperti ukm malapati yg sudah bbuat seenakny mnindas ukm lain,pdahal justru malapati yg ilegal(TDK ADA SK UKM UNIVERSITAS BUNG KARNO).BUBARKAN MALAPATI,BUBARKAN MALAPATI…!! Tegakkan keadilan dgn seadil2ny,TERIMAKASIH1
tidak benar jika dibilang MALAPATI dan Mesin menindas yang lain, malapati mencintai kedamaian dan majunya ubk sampai kapanpun. malapati bergerak hanya bila diusik……..
justru malapati selalu membawa nama baik ubkl dimanapun anggota kami berada…..
dan anda salah jika bilang malapati ilegal…….
malapati ada untuk kemajuan ubk dan mesin ada tetap ada atas Solidarity M Forever. dan itupun membawa nama baik ubk diluar
Pembeberan fakta sejarah yang di masa lalu masih samar.
Saya sangat mengagumi sukarno oleh karena itu fakta sejarah harus d luruskan apalagi yang menyimpang. saya selaku alimni universitas bung karno dan sekaligus mantan ketua BEM FTI.UBK memberikan saran kepada yayasan dan Rektor supaya UBK d kelola dengan baik,syukur2 pekeritah bisa memberikan rekomendasi supaya UBK menjadi kampus negeri untuk menghargai jasa jasa sukarno sebagai pendiri bangsa. Ketua Umum IKATI Univ.Bung Karno
banyak orang diluar sana yang selalu beranggapan bahwa Universitas Bung Karno adalah kampus yang besar dikarenakan membawa nama besar mantan Presiden pertama Indonesia yang ikut dalam memperjuangkan kemerdekaan. Walaupun sebenarnya tidak seperti yang difikirkan.Tetapi banyak sekali yang ingin menghancurkan ubk, dengan berbagai macam cara, untuk itu bangkitlah dan bersatu dalam membangun UBK……..Majukanlah dan perbanyaklah mahasiswa reguler. karena mahasiswa reguler adalah pondasi ubk…… dan jangan jadikan mahasiswa bodoh dengan sistem yang ada, jangan pernah takut jika mahasiswa ubk pintar, karena mahasiswa ubk harus bersatu jika ajaran Bung Karno mau tetap ada dan dikembangkan….. terima kasih
Salam “Solidarity M Forever”
Kami selaku civitas Universitas Bung Karno selalu ingin ubk besar dan maju.
tiada kata menyerah untuk mendukung kemajuan UBK. justru kami membenci orang-orang yang secara langsung atau tidak langsung mencoba menjatuhkan UBK.
maju terus. dan majukan UBK Bersama-sama
Solidarity M Forever
Sy sbg mahasiswa UBK,akan ttp berjuang untuk kampus tercinta qt!,krn itu sudah sepantasny agar qt tdk sll melihat k belakang,tp terus lah maju k depan agar smua cita2 qt tdk hanya mjd wacana saja,ttp kenyataan..
Ada sekelumit analisa saya mengenai penangkapan menteri2 oleh jendral Suharto. Buka : rubijanto.wordpress.com — Artikel —- Antara sepatu, politik dan kekuasaan.
Trimakasih.
terimakasih pak, saya sudah baca. menarik.
bgaimanapun keadaany. Universitas Bung Karno tetaplah kampus tempat dman aku menuntut ilmu. bgaimanpun keadannya disnalah aku berjuang. mari kita berjuang membangun universitas bung karno. jdikan Universitas Bung Karno sebagai kampus yang trknal. sebagaiman terkenalnya Nama Bung Karno di mata dunia.
Kampus UBK adalah salah satu kampus yang didasari oleh ajaran” Bung Karno, oleh karen itu UBK harus mampu bersaing dengan Universitas lain dengan berpegang teguh pada ajaran Bung Karno. untuk melahirkan sarjana” yang mampu berdikari dalam segala bidang….saya sebagai alumni Arsitektur UBK menilai keberadaan UBK harus dipertahankan…khusunya kepada Yayasan Pendidikan Soekarno yang harus berperan serta didorong oleh seluruh civitas akademik UBK….maju terus UBK,..galakan terus Pendidikan Murah….
sebagai alumni saya yakin kebesaran nama bung karno akan menjadi sebuah kemajuan besar untuk Universitas Bung karno ( UBK )di masa yang akan datang , apalagi belakangan ini Universtas bung karno dianggap seagai kampus yang urakan oleh sebagian masyarakat yang ada, tapi itu adalah pendapat yang salah besar karna UBK adalah sebuah kampus yang membentuk pemikiran generasi muda yang memajukan negara dan bangsa indonesia yang kita cintai seperti kata Bung karno ” BERIKAN AKU SEPULUH PEMUDA MAKA AKAN AKU GUNCANG DUNIA”
sejarah tetap sejarah fakta tetap fakta yang pasti kita harus berjuang untuk memajukan negara ini yang dulu bungkarno perjuangkan untuk negri ini
ada kelas karyawan gak yah di UBK ??
info dong.
terima kasih
Sudah saat nya kita bicara sejarah bangsa Indonesia apa adanya, pembohongan publik sudah harus diakhiri, jika kita ingin bangsa ini besar!
pantes negri ini morat marit,pasti akan ada sang pencerah, hiduo indonesi,maju UBK