KATA banyak orang: semakin marah, Michael Moore semakin lucu dan tajam. Itu betul. Bacalah buku ini. Atau (sudahkah Anda menonton) filmnya, Fahrenheit 9/11. Moore adalah satu dari sekian warga negara Amerika Serikat yang berani memperlihatkan sikap sinisnya terhadap pemerintahan George Walker Bush secara terbuka.
Di mata Moore, Bush Junior tak lebih dari seorang pecundang yang merebut kursi presiden dari kandidat Partai Demokrat, Al Gore, dalam pemilihan tahun 2000 melalui serangkaian kecurangan. Rangkaian kecurangan tersebut tidak dilakukan Bush seorang diri. Bush melibatkan banyak orang, mulai dari anggota keluarga besarnya hingga kroni ayahnya, George Bush Senior, yang pernah berkuasa di Amerika Serikat (1989-1993). Singkatnya, Moore yakin telah terjadi kudeta di Amerika Serikat.
Stupid White Men and Other Sorry Excuses for the State of the Nation!
Michael Moore
Penguin Book, 2004
xxxviii + 282 halaman
“So who, then, the man that now occupies 1600 Pennsylvania Avenue? I tell you who: He is George W. Bush, “President” of the United State. The Thief in Chief,” tulis Moore.
Kudeta yang dilakukan keluarga Bush dimulai jauh sebelum pemilu yang digelar pada 2000. Paling tidak, di musim panas 1999 Deputi Ketua Tim Kampanye Bush, Katherine Harris, menyetorkan uang sebesar 4 juta dolar AS kepada Database Technologies, perusahaan rekanan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Florida yang bertanggung jawab pada sistem komputerisasi pemilu. Kebetulan Katherine adalah Sekretaris Negara Bagian Florida yang bertanggung jawab pada proses pemilu di Florida.
Nah, Katherine meminta agar pihak Database menambahkan piranti baru dalam sistem komputerisasi pemilu di Florida. Dia meminta agar siapapun yang dicurigai memiliki catatan kriminal di masa lalu, dihapus dari daftar calon pemilih. Walaupun catatan kriminal itu, misalnya, hanya berupa pelanggaran lalu lintas, atau hukuman ringan karena membuang sampah sembarangan.
Piranti yang diminta Katherine jelas tidak berlaku umum. Ia hanya ditujukan bagi orang-orang yang memungkinkan kekalahan Bush dalam pemilu. Istri Gubernur Florida, Jeb Bush, termasuk orang yang tak tersentuh piranti itu. alias sama sekali tidak tercoret dari daftar pemilih. Padahal dia pernah berurusan dengan aparat penegak hukum karena terbukti menyelundupkan perhiasan senilai 19 ribu dolar AS ke Amerika Serikat.
“This is America. We don’t prosecute felons if they’re rich or married to a governing Bush,” kata Moore lagi.
Piranti yang diminta Katherine itu hanya diberlakukan bagi orang-orang kulit hitam Florida yang hampir semuanya, kalau tidak bisa dibilang semuanya, mendukung Partai Demokrat yang menjagokan Al Gore.
Jeb Bush, Katherine dan Database tidak hanya menyingkirkan ribuan orang kulit hitam yang memiliki catatan kriminal, tetapi juga ribuan orang kulit hitam yang sama sekali tidak memiliki catatan kriminal.
Secara sederhana, begini kerja sistem koputerisasi yang dipesan Bush itu. Katakanlah si Anu yang berkulit hitam memiliki catatan kriminal. Tidak peduli seberapa kecil tindakan kriminal yang dilakukannya di masa lalu. Kemudian, Database memasukkan nama Anu ke bagian orang-orang yang harus dibuang dari daftar calon pemilih. Dan menyatakan, siapapun yang bernama Anu, atau memiliki unsur Anu di nama lengkapnya, dan berkulit hitam, harus disingkirkan dari daftar calon pemilih. Tak peduli ia tak memiliki catatan kriminal sama sekali.
Pekerjaan Jeb Bush, Katherine dan Database diperkuat oleh jaringan televisi Fox News Channel. Fox adalah jaringan televisi pertama yang menyebutkan kemenangan Bush di Florida, lewat tengah malam, dan mengubah opini publik Amerika dalam waktu yang amat singkat. Sebelumnya, pukul 15.48 Voter News Service dan NBC mengumumkan kemenangan Gore di Florida. Dua menit kemudian giliran CNN dan CBS mengumumkan kemenangan Gore. Lagi, dua menit kemudian giliran VNS. Sepuluh menit kemudian kemenangan Gore diumumkan Associated Press.
Tetapi sesuatu terjadi. Pukul 02.16 dinihari Fox menyebut Bush menang di Florida. Dua menit kemudian NBC mengikuti. Sementara ABC adalah stasiun televisi terakhir yang menyebut Bush menang di Florida.
Orang yang berada di balik manuver Fox, adalah John Ellis, salah seorang konsultan yang memiliki pengaruh kuat di stasiun televisi itu. Dia adalah salah seorang sepupu Bush. Menjelang tengah malam hingga dinihari, Ellis berbicara setidaknya enam kali dengan Jeb Bush melalui telepon. Walau mengakui pembicaraan itu, namun Ellis menyangkal telah bersekongkol memenangkan sepupunya.
Ini baru sekian dari banyak kecurangan yang dilakukan George W Bush dalam kudetanya.
***
Buku Stupid White Men selesai dicetak pada malam hari sebelum peristiwa 11 September 2001. Beberapa saat setelah WTC dihantam dua pesawat yang tinggal landas dari Boston hari itu, Moore menghubungi pihak penerbit, HarperCollins. Kata Moore, ada baiknya release 50.000 cetakan pertama buku itu ditunda beberapa minggu. Pihak penerbit setuju dan memindahkan buku Moore ke sebuah gudang di Scranton, Pennsylvania.
Beberapa minggu berlalu, Moore kembali menghubungi penerbitnya perihal release bukunya. Alangkah kagetnya Moore saat pihak penerbit berkata mereka tak bisa menerbitkan buku itu karena ada banyak bagian yang terlalu keras dan menyinggung pemerintahan Bush. HarperCollins meminta agar Moore menulis ulang buku itu dengan menghapus bagian-bagian yang terlalu keras. Mereka juga meminta tambahan biaya sebesar 100.000 dolar AS. Secara tiba-tiba, HarperCollins juga tidak suka bila Moore menyebut Pemilu 2000 sebagai Kudeta Raja Maling.
Moore jelas tak mau. “Saya tak akan mengubah 50 persen bahkan satu kata pun dalam buku itu,” protesnya. Walhasil, buku itu tetap ngendon di gudang.
Desember 2001, Moore berbicara di sebuah pertemuan di New Jersey Turnpike. Di tempat itulah, untuk pertama kalinya Moore membacakan Stupid White Men di hadapan orang lain. Termasuk bab yang berjudul Dear George dan Kill Whitey—dua bab tak disukai HarperCollins.
Di pojok ruang pertemuan, tanpa sepengetahuan Moore, duduk seorang petugas perpustakaan dari Englewood. Belakangan Moore tahu nama librarian itu adalah Ann Sparanese.
Pulang dari pertemuan, Ann menulis e-mail kepada kawan-kawannya tentang buku Moore yang dilarang terbit. Dalam waktu singkat, cerita tentang buku Moore menyebar di milis librarian.
Mereka membuat semacam petisi, dan mendesak HarperCollins agar me-release buku itu. Dan berhasil. Sejauh ini, buku Stupid White Men telah dicetak empat kali. Rakyat Merdeka, 30 Juli 2005 [t]
Mas Teguh Timur izin baca ya…bagus sekali bukunya. Sayang sekali saya tidak bisa membelinya, tapi membaca artikel resensi yang anda yang anda post memberikan informasi buat saya..insya Allah kalau saya kembali ke Indonesia, masih dapat menemukan buku ini, biar lebih puas membacanya.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya
Rahmat Hidayat Nasution
Kairo, 29/5/2007