SAYA tiba di Pyongyang, ibukota Republik Demokratik Rakyat Korea atau Korea Utara tanggal 15 April lalu. Saat itu, rakyat Korut tengah memperingati ulang tahun ke-91 pemimpin spritual dan inspirator perjuangan mereka, Kim Il Sung.
Sebuah pagelaran tarian-tarian tradisional digelar di Kim Il Sung Square. Tak kurang dari seribu penari pria dan wanita, mengenakan baju berwarna-warni, tumpah ruah di lapangan itu. Kim Il Sung Square ini terkenal di seluruh penjuru dunia. Anda mungkin pernah melihat sebuah foto jutaan rakyat Korut tengah berdemo anti-Amerika. Anda juga mungkin pernah melihat foto pasukan tempur Korea berbaris rapi, dalam sebuah upacara militer. Di lapangan itulah demo dan upacara tersebut digelar.
Kim Il Sung Square tak jauh dari Hotel Haebangsan yang saya tempati. Di sisi kiri lapangan berdiri megah Gedung Departemen Perdagangan. Dengan lambang Partai Buruh Korea, trio palu, arit dan kuas, di puncaknya. Palu pada lambang itu melambangkan kelas pekerja Korut, sementara arit melambangkan kelas petani Korut dan kuas melambangkan kelompok intelektual revolusioner Korut.
Di sayap kanan bagian depan Gedung Departemen Perdagangan, terpajang foto berukuran raksasa Karl Marx, ekonom dan filsuf materialisme asal Jerman yang ngetop itu. Di sayap kiri bagian depan gedung, terpajang foto Vladimir Iliych Lenin, pemimpin Rusia yang tak kalah kondangnya.
Di sebelah kiri Kim Il Sung Square berdiri tegak Gedung Departemen Kebudayaan dengan patung bendera Korut pada bagian atas. Di bawahnya, tepat di tengah-tengah sisi depan gedung, dipajang foto Kim Il Sung dalam ukuran raksasa.
Sebuah jalan protokol membelah Kim Il Sung Square. Sisi paling ujung Kim Il Sung Square di sebelah jalan itu dibatasi Sungai Taedong, sungai terbesar di Korea yang membelah Pyongyang. Di seberangnya lagi, ada Juche Tower.
Teman Korea yang menemani saya bilang, “Di Sungai Taedong, Anda bisa menemukan bukti keperkasaan bangsa Korea, sekaligus bukti betapa lemahnya Amerika.”
Yang disebutnya bukti adalah sebuah kapal mata-mata milik Amerika. Nama kapal itu USS Pueblo. Si Pueblo ini ditangkap pejuang Korea bulan Januari 1968, saat ia tengah melakukan operasi pengintaian, menyusuri Laut Jepang, dan masuk Korea. Sebuah kapal Korut, ukurannya jauh lebih kecil dari USS Pueblo dan berisi enam serdadu, mengejar, menghentikan dan menyandera 82 awak Pueblo.
Pemerintah Amerika kesal bercampur malu. Mereka meminta Korut segera mengembalikan serdadu mereka berikut Pueblo. Kalau tidak, seperti biasa, Amerika mengancam akan menyerang Korut. Tapi pemerintah Korut tidak bermental pengecut. “Kalau mau serang, silakan serang. Yang jelas, kami akan membebaskan mereka semua, kalau Anda, hai Amerika, minta maaf secara terbuka.” Begitu kira-kira jawaban Korut saat itu.
Giliran Amerika tengsin. Jelas tak mudah memenuhi permintaan itu. Sebelas bulan berlalu. Di bulan Desember 1968, Amerika menulis surat permintaan maaf. Ke-82 serdadu Amerika dibebaskan. Tetapi Pueblo tidak. Dia masih bersender di tepi Sungai Taedong sampai detik ini. Sekali lagi, itu salah satu bukti kebesaran bangsa Korea.
“Nanti saya akan tunjukan bukti-bukti lain kebesaran bangsa kami,” kata teman saya.
Saya mengangguk.
Kami turun ke bawah, hanyut dalam lautan tari-tarian. Semua rakyat Korut bergembira. Tak ada sinar ketakutan di mata mereka. Walau mereka tahu, dari kejauhan Amerika menatap dengan tajam, seolah tak sabar hendak melumat mereka. [t]
wah, salam kenal pak teguh!
pernah ke korea utara ya?
saya jadi kepingin dan emang pengen..gimana caranya yah?
nerohazes,
terimakasih sudah mampir. terima kasih sudah meninggalkan komentar. kebetulan saya baru nonton film “north korea: a day in the life” di reading room hale manoa.
saya jadi teringat dengan perjalanan ke korea utara itu. nanti saya cerita sedikit ya. kebetulah, sebelum ini juga banyak yang tanya, kok bisa masuk, bagaimana caranya, dan ngapain aja sih…
ceritain lg plss. . . .
korea utara plg susah dicari informasinya diantara negara2 lain sob T__T
wah pak saya baru nonton acara di NGC (national geographic) yang serial Don’t Tell My Mother edisi North Korea .. dipandu sama Diego Bueno.. bapak nntn ga?
.. acara ini bner2 ngebahas korut sampai kebiji2nya.. bahkan mereka bisa ambil gambar di supermarket (sbnrny ga boleh)..bapak liat aj blog saya yg judul tulisannya “don’t tell my mother”
Pak teguh boleh minta kontak temen yang ada di korea utara kah, ada rencana mau ke sana…makasih