Jurus Aktor Mbalelo di Rapat Paripurna

SETELAH melayangkan memorandum pertama tiga bulan lalu (1/2), Senin kemarin (30/4), DPR kembali memberikan peringatan keras kepada Gus Dur.

Dalam voting terbuka yang dilakukan di ruang Nusantara V gedung DPR Senayan, mayoritas anggota DPR, 363 anggota, menyatakan setuju pada langkah politik ini. Hanya 52 suara yang menolak. Sementara itu berbeda dengan langkah sebelumnya di rapat paripurna Februari, 38 anggota Fraksi TNI/Polri kali ini rela memilih abstain.

Terlepas dari komposisi suara hasil voting hari Senin lalu itu, satu hal sudah jelas, pintu menuju Sidang Istimewa semakin terbuka lebar. Dengan kata lain, jalan menuju suksesi kepemimpinan nasional sebelum masa yang ditetapkan, tahun 2004, semakin halus mulus terbentang.

Tetapi di sisi lain kita juga tidak bisa menafikkan kontroversi menyoal sah atau tidaknya memorandum, yang berkembang di panggung politik, baik yang diberikan Februari lalu, atau awal bulan ini. Kontroversi ini mewujud dalam perbedaan sikap anggota DPR yangh ditunjukkan saat voting.

Sikap Fraksi Kebangkitan Bangsa (FKB), sudahlah, tidak usah dianalisa lebih lanjut dan berliku. Realistis saja, mereka pasti akan berjuang mempertahankan kursi kekuasaan yang mereka miliki saat ini. Dengan cara apapun. Ingat rekaman kaset rapat internal FKB? Padahal, kalau diingat dulu sekali mereka menolak kursi RI-1 ini. Mereka lebih mau Ketua Umum PDIP Megawati yang duduk di kursi empuk itu.

Yang juga menarik, beberapa anggota DPR dari partai tetangga FKB pun memilih bersikap sama dengan mereka. Empat orang anggota Fraksi Demokrasi Kasih Bangsa (FDKB) memilih menolak memorandum II. Hanya Astrid P Susanto, wakil ketua komisi I, yang memilih abstain.

Seperti Astrid, beberapa anggota DPR pun memilih abstain. Mereka adalah Marah Simon dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP), LS Sutanto dari Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia (FKKI), dan Muhibuddin Waly dari Fraksi Perserikatan Daulatul Ummah (FPDU).

Rapat paripurna DPR itu tidak hanya dipenuhi oleh aksi mendukung, menolak atau abstain. Ada juga aksi ragu-ragu. Aktornya, siapa lagi kalau bukan tokoh kontroversial dari Fraksi Persatuan Pembangunan (FPP), Habil Marati.

Tadinya, Habil menolak memorandum II. Penolakan ini ditunjukkannya dengan tetap duduk di kursi saat voting. Tetapi hanya berbilang detik, anggota Panitia Anggaran DPR ini berdiri. Tidak usah heran kalau sorak sorai memenuhi ruangan Nusantara V, tempat rapat digelar.

Sebelum ini Habil juga pernah menjadi pusat pemberitaan. Ketika itu Pansus Bruneigate dan Buloggate sedang membahas skandal keuangan yang menyeret nama Gus Dur. Skandal inilah yang menjadi batu loncatan dua memorandum yang diterima Gus Dur dari DPR.

Nah, oleh fraksinya, sikap Habil dianggap mbalelo dan tidak nurut. Sempat beredar kabar Habil akan di-recall dari DPR oleh DPP partai berlambang Ka’bah ini.

Apa yang dipikirkan Habil saat itu? Kepada Teguh Santosa dari Rakyat Merdeka, Habil menuturkan. Berikut laporannya.

Sebelum Mengubah Sikap

Mendadak hujan turun deras, angin bertiup kencang. Padahal, baru saja langit terang benderang dan matahari membakar kulit bumi.

Di lobby sebuah hotel di Jalan Gatot Subroto anggota DPR Habil Marati terlihat gelisah. Mengenakan jas dan celana hitam anggota Fraksi Partai Persatuan (FPP) ini berjalan mondar-mandir menanti kehadiran Rakyat Merdeka. Sebentar kemudian Habil berjalan menuju sebuah kursi kecil di pojok lobby. Duduk. Tangan kanannya menggenggam ponsel Nokia.

Dua orang pengawal Habil, keduanya berkulit gelap dan berpostur tegap, berdiri tidak jauh darinya. Mengenakan kemeja lengan panjang yang digulung sampai siku dan bercelana jeans, pandangan mata mereka tidak pernah lepas dari Habil. Siap siaga.

Ketika Rakyat Merdeka tiba, Habil berdiri. Berjalan menghampiri, Habil mengulurkan tangannya. Jabat tangan. Lalu Habil mengajak Rakyat Merdeka ke café kecil di sisi lain lobby hotel itu. Hujan belum juga reda.

Habil yang kelahiran Muna, Sulawesi Tenggara 7 Desember 1962 ini berperawakan sedang, kulitnya sawo matang. Rambutnya yang tipis disisir rata ke belakang. Kumisnya juga tipis. Sebuah tahi laler kecil di atas tulang pipi, di bawah mata kiri menjadi ciri penanda khas wajah Habil.

Di café, Habil cerita banyak tentang tindak tanduknya dalam rapat paripurna DPR sehari sebelumnya (30/4). Dalam rapat paripurna yang membahas memorandum II bagi Gus Dur tersebut Habil sempat menjadi sorotan. Bahasa tubuhnya menggelitik keingintahuan orang banyak.

Pasalnya, ketika voting memorandum II, Habil sempat mengubah sikapnya dalam hitungan detik.

Saat itu tiba giliran anggota DPR FPP untuk menentukan sikap, setuju atau tidak setuju. “Kalau setuju, silakan berdiri,” kata Soetardjo Soerjogoeritno dari FPDIP yang memimpin sidang dari depan. Seluruh anggota FPP berdiri, kecuali Habil.

Melihat sikap Habil yang berasal dari daerah pemilihan Sulawesi Tenggara ini, serentak seluruh anggota DPR bereaksi. Sebagian tepuk tangan memberi dukungan, sebagian lagi berteriak mencela. Ada juga yang cuma tertawa. Soetardjo ikutan nyela, “Mana Habil?” tanyanya.

Nama ayah dari Oki (8), Siena (4), dan Mahisa (2) itu untuk sementara menjadi yel-yel yang memenuhi ruang Nusantara V gedung DPR Senayan. “Habil, Habil, Habil, Habil.”

Tidak lama duduk, Habil berdiri. Mendadak setuju memorandum II diberikan pada Gus Dur. Reaksi anggota DPR semakin menjadi-jadi. “Habil, Habil, Habil, Habil,” namanya kembali menggema.

Menurut Habil, sejak awal dirinya memang tidak setuju dengan rekomendasi Pansus BB yang diketuai rekan satu partainya, Bachtiar Chamsyah. “Ada split (lompatan-red) yang jelas terlihat. Bagaimana mungkin rekomendasi Pansus BB yang cuma seperti itu, dijadikan alasan mengeluarkan memorandum,” protesnya. Meja bundar di depannya diketuk-ketuk dengan ujung jarinya. Semangatnya meletup-letup.

Dua orang pengawalnya berdiri di luar café. Masih berjaga-jaga.

Lantas, mengapa ketika ditanya soal mendukung atau menolak memorandum II, Habil sempat berubah sikap? “Begini,” lanjut Habil. “Tiga hari sebelum rapat pleno saya diskusi dengan Gus Dur,” akunya.

Ceritanya terhenti. Seorang pelayan mengantarkan dua juice melon, ada buah cherry merah di masing-masing gelas. Sejenak Habil mempermainkan sedotan juice dengan tangan kanannya. Tapi urung diminum. Tangannya ditarik kembali.

Habil melanjutkan ceritanya. “Waktu saya lari pagi dengan Gus Dur di istana, saya tanya bagaimana sikap Gus Dur soal memorandum II. Tidakkah memorandum II membahayakan kedudukannya, bahkan memunculkan fitnah atas dirinya.”

Dalam jawabannya, demikian Habil, Gus Dur mengaku tidak risau. Sepanjang peringatan, sekeras apapun Gus Dur akan menerima. Gus Dur hanya meminta supaya DPR tidak memberi penilaian atas kinerja kabinetnya. Soalnya yang terakhir ini adalah tugas MPR.

“Saat saya duduk, saya ingat ucapan Gus Dur. Lalu saya berpikir, buat apa buang tenaga mendebat proses politik ini. Gus Dur saja menerima memorandum sebagai proses politik. Mengapa saya tidak. Toh saya tidak setuju substansinya,” papar Habil.

Tiba-tiba ponsel Nokia yang sejak tadi diletakkannya di atas meja berbunyi. Cahaya biru terpancar dari monitornya. Dengan seseorang di seberang sana, Habil bicara. “Siapa yang bilang saya mundur? Bagus, bagus. Nggak bakalan. Maksudnya yang turun, siapa? Gus Dur? Mundur? Nggak. Oke, Pastilah. Tapi you kejarlah,” katanya. Tangan kirinya menutup bagian ekor ponselnya, supaya suaranya jelas terdengar.

Terakhir, Habil yakin PPP tidak akan memberikan sanksi apapun padanya. “PPP adalah partai yang menghargai nilai-nilai demokrasi. Perbedaan pendapat tidak diharamkan di partai kami.”

Bersamaan dengan hujan yang mereda, Habil berdiri. Dua orang pengawalnya kembali menghampiri. Tidak langsung keluar dari hotel, mereka menuju restaurant di bagian dalam. Makan siang.

Ahli Kimia

Habil lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta tahun 1991. Kendati gelar Sarjana Ekonomi sudah dikantonginya, Habil belum puas. Dia banting stir. Beberapa kali sepanjang dekade 1990-an, Habil keliling dunia untuk mempelajari reaktor kimia, yang bahasa kerennya chemical reactor.

Habil pernah ke Leippizg di Jerman. Kemudian melangkahkan kakinya
ke Austria. Setelah itu ke Houston di negeri Paman Sam. Selesai dari sana, Habil melanjutkan studi kimianya di Atlanta. Kali ini Habil yang hobby olah raga aerobic, golf dan badminton mempelajari fiber chemical.

Sekarang, Habil punya pabrik kimia sendiri di Indramayu. Namanya PT Batavindo Krida Nusa. “Dulu punya orang. Sekarang sahamnya sudah saya miliki semua,” katanya tersenyum. (GUH)

Tidak Pernah Nganggur

Hidup itu tidak gampang. Habil berfilsafat. Kita harus kerja keras. Tidak kenal siang, tidak kenal malam. Terkadang kepala jadi kaki, dan sebaliknya kaki jadi kepala. Lulus dari universitas, Habil bekerja untuk sebuah perusahaan HPH di hutan Kalimantan sana.

Jangan dikira Habil sejak kecil hidup enak. “Apa yang saya peroleh sekarang hasil jerih payah dan kerja keras saya,” akunya. Habil cerita sedikit. Dia pernah jalan kaki dari Jatinegara ke jalan Thamrin cuma untuk mendaftar kerja. Itupun ditolak. Tidak ada lowongan.

Itu belum apa-apa. Suami dari seorang istri ini pernah juga ngamen di jalan Malioboro Yogyakarta. Hijrah ke Jakarta, bukannya hidup enak. Habil jadi tukang cuci piring di restaurant ayam goreng Suharti. Lalu, jadi buruh stasion kereta Jatinegara. (GUH)

Published by

TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

One thought on “Jurus Aktor Mbalelo di Rapat Paripurna”

  1. Dear.

    Wah Saya sangat kagum dengan Bpk Habil Lulus dengan Segudang Pengalamannya. ini bisa menjadi inspirasi buat saya bahwa hidup itu memang perjuangan tetapi dibalik perjuangan itu nantinya akan berbuah kebahagiaan karena telah melakukan yang terbaik, Salut dengan bapak Habil. btw Saya boleh tau alamat emailnya / no hp nya Bpk Habil Lulus tidak ? Terima kasih sebelumnya

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s