SAKIT itu manusiawi. Maksudnya, siapapun yang tergolong manusia, pasti pernah mengalami sakit. Tidak harus sakit berat. Pusing sedikit, atau flu kecil, adalah juga sakit.
Tetapi, karena Wakil Presiden yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati memang bukan manusia biasa, maka sakitnya juga tidak bisa dianggap biasa. Walaupun hanya sakit flu. Soalnya, sakit flu itu membuat Megawati terpaksa mangkir dari kewajiban memimpin sidang kabinet dua hari lalu (26/4).
Spekulasi baru berkembang. Setelah “lari” ke Bali, Megawati mengaku flu untuk menghindar dari Gus Dur. Disebutlah flunya ini sebagai flu politik. Jelas, jadi makin repot masalahnya.
Mengapa flu Megawati ini, terserah mau flu politik atau tidak, menjadi sangat menarik? Jawabnya sederhana saja. Soalnya virus flu ini iseng menyerang Mega mendekati tiga momentum politik.
Momentum pertama adalah ajakan Gus Dur kepada Megawati untuk berdiri di samping jurubicara Gus Dur Wimar Witoelar, yang membacakan pidato perdamaian Gus Dur di TVRI hari Jumat (27/4).
Kedua, berkaitan dengan kegiatan doa massal besar-besaran atau istghotsah qubro hari Minggu (29/4). Belum jelas, apakah PBNU mengundang Megawati untuk hadir ke acara di parkir timur Senayan itu. Tapi, ketidakhadiran Megawati sangat berhubungan dengan dukungannya (yang berkurang) kepada Gus Dur menjelang momentum ketiga.
Nah, yang dimaksud dengan momentum ketiga, tidak lain dan tidak bukan, adalah rapat pleno DPR untuk memutuskan nasib politik Gus Dur di babak selanjutnya: apakah memorandum II akan diberikan atau tidak.
Konon, tim dokter kepresidenan menyarankan Megawati untuk beristirahat. Tapi belum jelas, sampai kapan. Bagaimana kalau sampai tanggal 1 Juni saat memorandum II dievaluasi? Bisa lebih repot kan?
Untuk mengurai kerepotan inilah, kemarin dalam sebuah coffee morning di Istana Wakil Presiden yang berada di Jalan Medan Merdeka Selatan, Sekretaris Wapres Bambang Kesowo menjelaskan beberapa hal mengenai flu Megawati yang mungkin politis itu. Tapi, diujung, Bambang malahan mengatakan: off the record.
Berikut ini laporan Teguh Santosa:
Mega Benar-benar Sakit
Tiga puluh menit sudah berlalu dari pukul 08.00, waktu yang dijadwalkan untuk memulai coffee morning Jum’at lalu (27/4). Tetapi, Sekretaris Wakil Presiden Bambang Kesowo yang punya hajatan belum juga menampak batang hidungnya. Belasan wartawan yang dari sedari pukul 07.30 hadir di ruangan seluas 20 x 30 meter itu mulai menunjukkan tanda-tanda bosan.
Lima belas menit kemudian, Bambang Kesowo akhirnya muncul dari pintu belakang. Dua orang stafnya segera menghampiri Bambang yang pagi itu memakai jas dan celana hitam. Di balik jas yang kesemua kancingnya dibiarkan terlepas, Bambang mengenakan kemeja putih dan dasi cokelat.
Sejenak Bambang berbasa basi dengan mereka. Tawa segar mengalir. Sempat terlihat Bambang memperbaiki letak kepala tali pinggangnya yang sedikit melorot. Seorang stafnya mengambilkan secangkir kopi untuknya.
Selesai ngobrol dengan stafnya, Bambang menuju kerumunan wartawan. Tangannya masih memegang cangkir di atas tatakan putih berlambang burung garuda. Hampir serentak, semua kuli disket berdiri menyambutnya. Salam sana, salam sini. Bambang menebar senyum.
Tanpa ada yang mengkomando, semua orang berdiri dalam lingkaran kecil. Hanya Bambang yang berada di tengah lingkaran. Kursi-kursi merah yang disediakan Sekretariat Wapres akhirnya dibiarkan kosong begitu saja. Lebih enak mendengarkan celoteh Bambang dari jarak dekat walau sambil berdiri agaknya. Lebih menegangkan.
Bambang mulai cerita. Cerita pertamanya soal perjalanannya bersama Wakil Presiden Megawati ke Bali. Tangan kanannya dimasukkan ke kantong celana. Tangan kirinya masih memegang tatakan gelas.
Bambang menyeruput kopinya yang mulai mendingin. Habis membungkuk, Bambang meletakkan cangkir di atas sebuah kursi. Tangan kirinya memainkan ujung hidungnya. Bambang bercerita lagi. Kali ini soal sakit flu Megawati yang dianggap hanya akal-akalan saja.
“Ibu Mega benar-benar sakit kok. Saya sudah melihat tanda-tandanya dalam perjalanan dari Halim Perdanakusuma ke Jalan Teuku Umar (kediaman Mega),” katanya.
Sekarang tangan kanan Bambang mengeluarkan sebatang rokok putih dan sebuah geretan berwarna biru. Dia terus bercerita. Rokok itu diputar-putarnya. Sebagian yang hadir menantikan saat-saat Bambang mulai menyulut rokoknya.
Tapi Bambang masih terus bercerita. Kali ini mengenai asal usul surat protes Sekretariat Wakil Presiden atas pernyataan Presiden Gus Dur yang mengatakan bahwa Megawati mendukungnya sampai 2004.
“Saya heran, ada yang bilang, mengapa Sekretaris Wapres mengkritik pernyataan Presiden,” bisiknya, dan sebuah senyum mengembang.
Seorang stafnya yang lain, kali ini laki-laki, membawakan sebuah asbak dari kaca. Diterima Bambang pakai tangan kiri. Tidak berapa lama, sambil tetap bercerita, Bambang menunduk. Asbak itu diletakkan di atas kursi yang sama dengan gelas kopinya tadi.
Bambang belum mau berhenti bercerita. Semua pertanyaan dijawabnya. Tidak jarang tawa renyah lepas keluar. Tidak dapat dipungkiri, Bambang orang yang humoris juga. Ketika Rakyat Merdeka bertanya apakah Mega juga menempelkan koyo di kening seperti yang biasa dilakukan orang-orang kalau sedang sakit kepala, Bambang terdiam.
Mimik wajahnya membuat semua yang hadir terbahak-bahak.
Bambang terus bercerita. Kali ini soal sulitnya posisi Megawati. Hitung hari saja, ujarnya. Megawati tidak akan bisa menolak orang-orang PDIP yang mau bertemu dan meminta sarannya. Sementara semua orang tahu Mega sedang sakit. “Masa orang sakit menerima tamu politik,” bisiknya.
Ada kalanya kedua tangan Bambang disembunyikan di dalam kantung celana. Kalau sudah begini, Bambang bercerita sambil menggerakan badannya.
Akhirnya, rokok putih yang sedari tadi dipegang di tangan kanannya pun disulut. Asap pertama dihembuskan perlahan-lahan. Tidak lama nasib rokok putih itu. Hanya beberapa menit, nasib rokok itu berakhir di asbak di atas kursi merah.
Bambang kembali mengeluarkan sebatang rokok putih. Seperti yang pertama, jangan harap Bambang segera menyulut rokok kedua ini.
Bambang terus bercerita.
Karena Megawati sakit, semua agenda hari ini dibatalkan. Padahal kemarin seharusnya Megawati menghadiri konferensi Kawasan Timur Indonesia.
Tanpa terasa, sudah pukul 10.00. Bambang pamit. Tapi sebelum lupa Bambang mengatakan yang dibicarakannya barusan off the record.
”Which part?” tanya seorang wartawan.
“All,” jawabnya singkat.
Setelah itu dengan ringan Bambang meninggalkan aula menuju ruang kerjanya di bagian depan komplek Istana Wakil Presiden.
Hari ini tugas Bambang pasti berat, menata ulang semua agenda Megawati.
Pejabat Tangguh Dari Istana Wapres”
Ayah tiga orang anak dari satu orang istri ini adalah pejabat tangguh di lingkungan Istana Wapres. Saling tangguhnya, beberapa wartawan mengaku sulit menebak ada apa, kendati senyum Bambang mekar melebar.
Laki-laki yang dilahirkan di Sragen tanggal 27 Maret 1945 ini suatu kali mengaku bahwa dia diberikan tanggung jawab oleh sebuah instansi yang amat vital di sebuah negara yang besar. Jadi, tidak ada pilihan lain baginya, kecuali harus tangguh.
Bambang memulai karirnya di lingkungan sekretariat negara pada tahun 1973. Saat itu dengan pangkat III/B, Bambang menjabat pembantu bidang hukum asisten sekretaris negara urusan pemerintahan. Tahun 1993 Bambang menjabat wakil sekretaris kabinet, sampai diberhentikan dengan hormat September 1998.(GUH)
Sederet Satyalencana
Pengabdian Bambang Kesowo yang lulusan UGM tahun 1968 dan Harvard Law School tahun 1983 di lingkungan sekretariat negara tidak dapat diragukan lagi.
Maka tidak usah heran kalau dia memperoleh beberapa bintang penghargaan dari pemerintah RI. Beberapa diantarannya bahkan berasal dari negara tetangga. Ini deretan bintang itu.
Satya Lencana Wirakarya tahun 1986, Wibawa Seroja Nugraha Lemhanas tahun 1993, Bintang Mahaputera tahun 1995, Officer’s Cross dari pemerintah Australia tahun 1996, Groot Orde van Oranje Nassau dari pemerintah Belanda tahun 1996, WIPO Gold Medal tahun 1997 dan Satyalencana Karyasatya 20 Tahun tahun 1997.(GUH)