









Namanya Aubertin Walter Sothern Mallaby. Hari lahirnya yang ke-122 tidak lama lagi.
Tahun 1918 Mallaby menyelesaikan pendidikan perwira di Wellington Cadet College, India.
Setelah malang melintang di berbagai kesatuan dan jabatan, di bulan Oktober 1945 ia ditugaskan ke Surabaya, memimpin Brigade Infranteri India Ke-49 untuk melucuti dan membawa tentara Jepang yang telah menyerah kalah.
Tanggal 30 Oktober 1945, atau lima hari setelah tiba di Surabaya, Brigjen Mallaby tewas dalam pertempuran di Jembatan Merah.
Berbagai dugaan mengiringi cerita kematiannya yang masih misteri.
Misalnya, Parrott, J. G. A. dalam “Who Killed Brigadier Mallaby?” yang terbit di tahun 1975, menduga Mallaby tewas karena miskomunikasi.
Hari itu, Mallaby dalam perjalanan kembali ke markas tentara Inggris di Gedung Internatio, di pojokan Jalan Heerenstraat dan Willemsplein, sekarang Jalan Rajawali dan Garuda.
Mendekati Gedung Internatio mobilnya dihentikan kelompok pejuang Indonesia.
Karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap Mallaby, tentara Inggris di Gedung Internatio melepaskan tembakan ke udara. Maksud mereka ingin menghalau kelompok pejuang yang tengah mengelilingi mobil Mallaby.
Tapi ini pendekatan yang terbukti salah. Kelompok pejuang Indonesia mengira tembakan itu sengaja dilepaskan ke arah mereka. Dan mereka pun membalas tembakan ke arah Gedung Internatio.
Di tengah kejadian ini, menurut Kapten R.C. Smith, seorang pejuang Indonesia menembak Brigjen Mallaby dari jarak dekat.
Kapten Smith sempat melemparkan granat ke arah pembunuh Mallaby yang berusaha melarikan diri. Konon nama pejuang itu Abdul Aziz.
Cerita lain mengatakan, Mallaby tewas karena mobilnya meledak dan terbakar. Mungkin karena granat yang dilempar Kapten Smith? Juga ada yang menduga, Mallaby tewas karena friendly fire yang dilepaskan tentara Inggris ke arah pejuang Indonesia.
Kematian Mallaby memicu perang besar tanggal 10 November 1945 yang kita kenang sebagai Hari Pahlawan.
Jenazah Mallaby dibawa ke Jakarta dan dimakamkan di pemakaman kehormatan Ereveld Menteng Pulo.
Nah, pemakaman inilah pemandangan dari jendela kamarku di lantai 15 selama karantina yang 7 hari itu. []