Perang Afghanistan, Teringat Alm. ZA Maulani

Alm. Letjen (Purn) ZA Maulani. Saya mengenangnya sebagai sosok yang santun, rendah hati, berpengetahuan luas, menghargai kawan bicara tua dan muda.

Alm. pernah memimpin Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin) dari Mei 1998 sampai November 1999 di era Presiden BJ Habibie. Menggantikan Letjen Moetojib dan digantikan Letjen Arie J. Kumaat. Di tahun 2001, Bakin berubah nama menjadi Badan Intelijen Negara (BIN).

Saya berkenalan dengannya tak lama setelah peristiwa serangan yang menghancurkan WTC di New York City, 11 September 2001, hampir 20 tahun lalu.

Awalnya, seorang senior meminta saya mencari pakar atau pengamat yang bersedia menulis setiap hari di kolom khusus di halaman satu harian kami mengenai hal-hal terkait peristiwa 9/11 dan operasi AS memburu pentolan Al Qaeda Osama bin Laden yang dilindungi Taliban di Kandahar, Afghanistan.

Kebetulan, Za Maulani yang alumni Akademi Militer Nasional (AMN) tahun 1961 ini pernah mengikuti pendidikan sekolah staf komando di Quetta, Pakistan, tahun 1971.

Maka di hari-hari itu, setiap sore saya menunggu fax dari Pak ZA Maulani, lalu menyerahkannya kepada seorang senior lain yang bertugas menyalinnya sebelum dilayout.

Beberapa kali kami kopi darat, dan saya menggali banyak hal darinya untuk mempertajam apa-apa yang saya baca dari artikel yang ditulisnya.

Pekerjaan tambahan menjaga mesin fax tak lama saya lakoni. Di pertengahan Oktober 2001 saya berangkat ke Uzbekistan dalam upaya memasuki Afghanistan dari sisi utara.

Kembali dari Uzbekistan sebulan kemudian kami masih sering berkomunikasi dan beberapa kali bertemu.

Pak ZA Maulani juga menyampaikan keinginannya mengumpulkan semua tulisannya baik yang dimuat di koran kami maupun di koran-koran lain, juga yang disampaikan di dalam diskusi-diskusi yang dihadirinya pada masa-masa itu.

(Saya masih ingat bagaimana di dalam setiap diskusi Pak ZA Maulani dengan tekun mendengarkan dan mencatat penjelasan pembicara lain atau penanya.)

Mengenai hubungan kami di bagian pengantar “Perang Afghanistan”, Pak ZA Maulani menulis seperti ini:

“Terhadap tersusunnya buku ini secara khusus saya sampaikan terima kasih kepada saudara Teguh Santosa koresponden harian Rakyat Merdeka Jakarta yang ditugasi di Uzbekistan sebagai koresponden perang, yang telah mendorong untuk diterbitkannya buku ini.”

Pak ZA Maulani meninggal dunia April 2005.

Saat masih dirawat di RS Pondok Indah saya membesuknya. Tapi kami tak sempat bicara, ia sedang beristirahat dan sulit utk berkomunikasi.

Tak lama ia dievakuasi ke RSPAD Gatot Subroto dan menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit itu.

Alm. ZA Maulani dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Published by

TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s