Hadir sebagai pembicara Menkopolhukam Wiranto, tuan rumah Menkominfo Rudiantara, Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko dan Kepala BSSN Hinsa Siburian.
Tadi malam saya memenuhi undangan Kementerian Komunikasi dan Informatika menghadiri Forum Merdeka Barat. Yang dibahas adalah soal Papua.
Saya senang bertemu dengan beberapa teman yang sudah lama dan sangat lama tidak bersua. Juga bertemu teman2 baru.
Hal2 yg saya sampaikan saat diberi kesempatan:
- Pengalaman menjadi petisioner di Komisi IV Politik Khusus dan Dekolonisasi PBB, 2011 dan 2012, tentang kasus Sahara Barat.
Pengalaman berinteraksi dgn Komisi IV PBB memberi kesempatan pada saya utk mempelajari kasus2 non-self governing territories. Juga saat kuliah di Hawaii, indigenous politics adalah salah satu mata kuliah yg saya ambil.
Selama tinggal di Hawaii, saya cukup berinteraksi dgn orang2 Pasifik. Dan pernah diundang menjadi pemantau pemilu di Mikronesia. (Ini tidak saya sampaikan tadi malam)
Tidak ada Papua dalam daftar non-self governing territories dari Resolusi Majelis Umum PBB 1514 (1960). Tapi upaya beberapa negara mengintervensi daftar itu cukup serius.
- Perlu ada pesan kunci yg konsisten bahwa apa yg terjadi dgn Papua dan saudara2 kita di Papua dan dari Papua bukan rasialisme atau rasisme.
Menurut hemat saya, rasialisme atau rasisme adalah tindakan yg disponsori negara, baik berupa kebijakan atau pembiaran. Contoh paling populer adalah apa yg dialami orang kulit hitam di AS pada beberapa dekade lalu. Misalnya, kulit hitam duduk di bagian belakang bis, ada restoran khusus utk kulit hitam dan kulit putih. Dsb.
Hal seperti itu tidak terjadi di Indonesia, terhadap saudara2 Papua.
Lantas apa yg terjadi di Papua?
Karena saya tak mau mengambil waktu terlalu banyak, ini tidak saya uraikan tadi malam.
Utk melengkapi saya sampaikan disini, menurut saya apa yg terjadi di Papua sama seperti yg terjadi di banyak tempat di Indonesia: ketimpangan dan ketidakadilan pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam, mismanajemen pemerintahan pusat dan daerah, korupsi yg lebih massif, dsb.
- Saya rasa perlu memberi kesempatan kepada saudara2 Papua utk menjadi jurubicara mengenai situasi yg terjadi di Papua. Ada bbrp nama yg saya sebutkan. Di luar nama2 itu masih banyak lagi yg bisa menjadi jurubicara kita. Senior2 dari Papua perlu diberi ruang.
Layar informasi jangan didominasi wajah2 yg memunculkan keraguan di tengah masyarakat Indonesia, warga Papua, dan juga komunitas global.