
Kaisar Taizong terlalu bernafsu hendak merubuhkan Benteng Ansi dalam perjalanan menuju jantung Goguryeo di Pyongyang.
Continue reading “Changan – The Great Battle”
Melintasi Batas Peradaban, Mencatat Perjalanan, Menawarkan Cara Pandang

Kaisar Taizong terlalu bernafsu hendak merubuhkan Benteng Ansi dalam perjalanan menuju jantung Goguryeo di Pyongyang.
Continue reading “Changan – The Great Battle”




“Kami ingin menempatkan kembali Mongolia di tengah panggung dunia.”
Itu yang dikatakan Gantuya Tuya, dalam peresmian Chinggis International News Agency (Chinggis INA), di Ulaanbaatar, Mongolia, pekan lalu (Sabtu (7/9). Dengan nada percaya diri dan optimistis.
Continue reading “Karena Mongolia Ingin Kembali Ke Tengah Panggung Dunia”




Tadi malam saya memenuhi undangan Kementerian Komunikasi dan Informatika menghadiri Forum Merdeka Barat. Yang dibahas adalah soal Papua.
Hadir sebagai pembicara Menkopolhukam Wiranto, tuan rumah Menkominfo Rudiantara, Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko dan Kepala BSSN Hinsa Siburian.
Saya senang bertemu dengan beberapa teman yang sudah lama dan sangat lama tidak bersua. Juga bertemu teman2 baru.
Continue reading “Apa yang Terjadi di Papua Indonesia”
Kepercayaan dunia pada kemampuan masyarakat dan pemerintah Indonesia menjaga perdamaian di Papua sangat tinggi.
Kepercayaan itu didasarkan pada fakta bahwa Indonesia adalah salah satu negara demokrasi terbesar di dunia yang memiliki peran besar dalam menjaga dan menegakkan perdamaian di banyak tempat di muka bumi.
“Kepercayaan masyarakat dunia pada kemampuan kita menyelesaikan persoalan di Papua dan Papua Barat sangat tinggi. Bagaimanapun juga Indonesia adalah role model yang dalam berbagai kesempatan berhasil membuktikan bahwa demokrasi adalah formulasi terbaik untuk menyelesaikan benturan kepentingan,” begitu antara lain pesan yang disampaikan dosen hubungan internasional dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Teguh Santosa, yang diterima di Jakarta, Rabu (4/9).
Continue reading “Dunia Percaya Kemampuan Indonesia Jaga Perdamaian di Papua-Papua Barat”




Tadi malam saya memenuhi undangan Kementerian Komunikasi dan Informatika menghadiri Forum Merdeka Barat. Yang dibahas adalah soal Papua.
Hadir sebagai pembicara Menkopolhukam Wiranto, tuan rumah Menkominfo Rudiantara, Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko dan Kepala BSSN Hinsa Siburian.
Saya senang bertemu dengan beberapa teman yang sudah lama dan sangat lama tidak bersua. Juga bertemu teman-teman baru.
Saat diberi kesempatan berbicara, saya menyampaikan hal-hal berikut ini:
Dari berbagai pengalaman itu saya tahu bahwa (a) tidak pernah ada Papua dalam daftar non-self governing territories pada Resolusi Majelis Umum PBB 1514 (1960), dan (b) upaya beberapa negara, terutama negara Pasifik, mengintervensi daftar itu untuk memasukkan Papua cukup serius.
Menurut hemat saya, rasialisme atau rasisme adalah ideologi dan tindakan yang disponsori negara, baik berupa kebijakan atau pembiaran. Contoh paling populer adalah apa yang dialami orang kulit hitam di AS pada beberapa dekade lalu. Misalnya, kulit hitam duduk di bagian belakang bis, ada restoran khusus untuk kulit hitam dan kulit putih, dan sebagainya.
Hal seperti itu tidak terjadi di Indonesia, terhadap saudara-saudara Papua.
Bila demikian, lantas apa yang terjadi di Papua?
Menurut saya apa yang terjadi di Papua sama seperti yang terjadi di banyak tempat di Indonesia: ketimpangan dan ketidakadilan pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam, mismanajemen pemerintahan pusat dan daerah, korupsi yang lebih massif, dan sebagainya.
Layar informasi mengenai Papua jangan didominasi wajah-wajah yang memunculkan keraguan di tengah masyarakat Indonesia, warga Papua, dan juga komunitas global..