Pendaratan Normandy Ala Sabar Gorky

Sabar Gorky-500x500

Pengantar untuk buku  “Sabar Gorky, Satu Kaki Daki Gunung Tertinggi” yang terbit 2014.

Saya khawatir tak menemukan rangkaian kata-kata yang tepat untuk mengantar pembaca menelusuri kisah di dalam buku ini. Kekaguman saya pada keberanian dan kebesaran hati Sabar Gorky sudah melampaui titik tertinggi, dan tak dapat digambarkan dengan kata-kata lagi.

Mendengarkan kisah tentang keberanian dan keteguhan hati para pejuang dan penakluk bisa membuat dada ini bergemuruh. Apalagi bila diberi kesempatan menyaksikan dari dekat bagaimana perjuangan dan penaklukan itu dilakukan.

Setelah memastikan Sabar dan Tim Ekspedisi Rakyat Merdeka tiba di puncak Elbrus, Rusia, sore hari 17 Agustus 2011, saya memanjatkan syukur mengucapkan alhamdulillah.

Kekhawatiran yang menyelimuti hati sejak melepas Sabar di kaki Elbrus hilang begitu saja.

Mendadak saya merasa seperti berada di antara Dwight Eisenhower, Bernard Montgomery dan jenderal-jenderal lain pasukan sekutu yang merancang pendaratan di utara Prancis untuk mengusir Nazi Jerman dari bumi Eropa. Ketika itu banyak yang menganggap penyerangan Normandy itu sebagai rencana yang tak masuk akal, bahkan konyol.

Tetapi hari ini tak ada seorangpun yang meragukan bahwa pendaratan Normandy adalah salah satu drama paling penting dalam Perang Dunia Kedua. Lewat tengah malam, 6 Juni 1944, lebih dari 100 ribu tentara sekutu dikerahkan ke Normandy. Pada akhirnya, Jerman berhasil dikalahkan dan diusir dari Prancis. Kemenangan ini menjadi kunci kemenangan demi kemenangan pasukan sekutu berikutnya di teater Eropa.

Seperti para jenderal sekutu itu, kami juga mendapat banyak kritik ketika hendak membantu Sabar mendaki puncak Elbrus. Tak banyak pihak yang memberikan dukungan. Bahkan ada yang menganggap rencana itu sebagai aksi bunuh diri yang tak akan membawa manfaat apa-apa.Tetapi kesabaran Sabar membuat saya tak berani membatalkan niat, melainkan semakin berusaha di tengah keterbatasan untuk mencapai apa yang dicita-citakan Sabar.

Kini kita semua setuju bahwa lebih dari sekadar bendera merah putih yang telah dikibarkan Sabar di puncak Elbrus dan Kilimanjaro. Sabar mengajarkan pada kita semua bahwa banyak hal-hal yang mungkin terlihat mustahil, namun dengan kerja keras dan cerdas serta tentu saja doa pada Pemilik alam ini, menjadi mungkin dilakukan.

Menyaksikan keberhasilan Sabar Gorky sejauh ini, saya semakin yakin bahwa sabar tidak sama dengan pasif apalagi apatis. Sebaliknya sabar adalah adalah sikap yang progresif dan penuh pertimbangan. Kita membutuhkan dua kondisi untuk sampai pada tingkat sabar. Pertama, persoalan dan masalah. Kedua kemauan untuk terus menerus menghadapi dan memecahkan persoalan dan masalah tadi.

Sahabat saya Sabar Gorky telah membuktikan itu. (***)

Published by

TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s