Laut Indonesia, menurut Perdana Menteri Juanda, bukanlah pemisah pulau yang satu dengan pulau lainnya di wilayah Republik Indonesia. Sebaliknya, ia adalah faktor yang menghubungkan dan karenanya juga mempersatukan pulau-pulau di negara ini.
Cara pandang seperti yang disampaikan PM Juanda itu tidak bermakna politis dan diplomatis semata. Catatan dari jaman-jaman kuno, bahkan dari jaman yang sulit terbayangkan sekalipun, memperlihatkan bahwa manusia telah menetap di kepulauan ini sejak puluhan ribu tahun lalu. Sebagian menetap di satu pulau, sebagian lainnya melanjutkan perjalanan ke pulau lain, dan begitu seterusnya. Setelah melampaui masa yang cukup lama, juga dengan cara yang simultan, mereka saling mengunjungi dan mempertukarkan adat adat istiadat dan kebiasaan yang telah mereka bangun di tempat mereka masing-masing bermukim, sehingga terciptalah adat istiadat juga value dan norma yang bercirikan nusantara.
Hasil wawancara dengan redaksi Kamla yang diterbitkan Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkaml) RI.
Tetapi, seperti kita ketahui bersama dan seperti sudah seringkali kita bicarakan dalam banyak kesempatan, untuk waktu yang begitu panjang, masyarakat “Indonesia modern” seakan melupakan dan sengaja mengabaikan nilai penting dan strategis faktor laut dan kelautan ini. Sejak akhir era 1960an, setidaknya, pemerintah Indonesia menganaktirikan laut. Laut yang luasnya 2/3 wilayah Indonesia itu diperlakukan sekadar seadanya untuk tidak mengatakan tidak diperdulikan. Industri laut dan kelautan termasuk moda tranportasi laut yang menghubungkan satu pulau dengan pulau lain tidak dibangun secara serius. Nelayan dan anggota masyarakat Indonesia lainnya yang menggantungkan diri dari laut pun tidak mendapatkan perlindungan dan dukungan yang maksimal. Karena kita abai, pihak asinglah yang dapat maksimal memanfaatkan kekayaan laut Indonesia.
Jumlah kapal selam Indonesia terus berkurang, dan kini hanya ada dua. Itu pun usianya sudah cukup tua dan dikhawatirkan tidak maksimal lagi dalam menjaga wilayah laut Indonesia di kedalaman.
Indonesia harus merevolusi cara pandang terhadap laut dan kenyataan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Revolusi itu harus dilakukan hingga ke wilayah kurikulum pendidikan pra sekolah, sekolah dasar, dan sekolah lanjutan.