Dalam perjalanan ke Pyongyang yang baru lalu, saya kembali mengunjungi Istana Matahari Kumsusan.
Kunjungan pertama saya ke gedung megah bekas kantor Kim Il Sung itu adalah sepuluh tahun lalu. Ketika itu Pyongyang tak seramai sekarang.
Seingat saya, 10 tahun lalu, dari ruangan tempat jenazah Kim Il Sung disemayamkan, pengunjung keluar melalui sebuah pintu, dan memasuki ruangan lain yang khusus untuk menyimpan berbagai piagam penghargaan dari berbagai negeri yang diterima Kim Il Sung di masa hidupnya.
Baju toga hitam dari Universitas Indonesia yang dikenakan Kim Il Sung di Istana Negara di Jakarta saat mendapatkan gelar DHC dari UI tahun 1965 termasuk yang dipamerkan di ruangan itu.
Dari ruangan piagam dan penghargaan itu, pengunjung memasuki ruangan lain yang berisi sebuah mobil mercedes dan gerbong kereta api yang terakhir digunakan Kim Il Sung. Di salah satu dinding dipasang sebuah peta dunia raksasa yang memperlihatkan perjalanan Kim Il Sung semasa hidup, baik yang menggunakan moda transportasi darat, maupun udara.
Kini mobil dan gerbong kereta api milik Kim Il Sung berada di lantai bawah di sebelah ruangan yang memamerkan mobil, gerbong kereta api dan kapal patroli yang sering digunakan Kim Jong Il.
Saya bertanya kepada teman yang mendampingi saya dalam kunjungan kali ini, mana yang dipindahkan: apakah tubuh Kim Il Sung yang dipindahkan ke atas, atau mobil dan gerbong keretanya yang dipindahkan ke bawah.
Menurut teman itu, yang dipindahkan adalah mobil dan gerbong kereta milik Kim Il Sung.
Setelah kematian Kim Jong Il pada Desember 2011, selama setahun Istana Kumsusan ditutup untuk direnovasi demi menampung benda-benda pendatang baru, dan baru dibuka beberapa waktu belakangan ini. Setelah renovasi interior Istana Kumsusan terlihat semakin megah dan terang benderang.