Danau Linow, Ole-ole dari Sulawesi Utara

 

IMG_1444

IMG_1428

Berada di Kelurahan Lahendong, Tomohon, Sulawesi Utara, danau seluas 34 hektar itu sungguhlan elok dan menawan.

Saya mengungjunginya tanpa sengaja bulan Februari lalu, dalam perjalanan dari Manado menuju makam Dr. Gerungan Saul Samuel Jozias Ratulangi atau yang juga dikenal dengan nama Sam Ratulangi, di Tondano.

Sam Ratulangi lahir di Tondano pada 5 November 1890 dan meninggal dunia di Jakarta pada 30 Juni 1949.

Ia dikenal sebagai politisi, jurnalis, dan juga guru. “Si Tou Timou Tumou Tou” atau manusia hidup untuk menghidupi manusia lainnya adalah ucapan Sam Ratulangi yang sampai sekarang masih dikenang orang, dan tertulis di makamnya.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Tondano dan Batavia (Jakarta), Sam Ratulangi yang memang lahir dari keluarga terpandang di Minahasa ketika itu melanjutkan pendidikan ke Amsterdam, Belanda. Tahun 1915 ia lulus dari jurusan ilmu pengatahuan pendidikan keguruan di Universitas Amsterdam. Empat tahun kemudian dia menggondol gelar doktor dari Universitas Zurich, di Swiss.

Selesai menuntut ilmu di Eropa, ia memilih mengajar di Jogjakarta dan mengajar di sebuah sekolah menengah atas. Dari Jogja, ia pindah ke Bandung dan mendirikan perusahan asuransi yang diberi nama Assurantie Maatschappij Indonesia. Perusahaan Sam Ratulangi ini dikenal sebagai instansi pertama di muka bumi yang menggunakan kata Indonesia dalam dokumen-dokumen resminya.

Pada tahun 1924 ia dipilih sebagai Sekjen Dewan Mahasiswa Minahasa, dan menggunakan posisinya itu untuk memperjuangkan hak orang Minahasa, antara lain dengan menghapuskan kerja paksa.

Tahun 1927 ia terpilih sebagai anggota Volksraad. Tahun 1932 bersama beberapa tokoh lain ketika itu, Sam Ratulangi mendirikan Persatuan Akademisi Indonesia. Aktivitas politiknya yang dianggap berseberangan dengan Belanda membuat dirinya harus merasakan sel penjara pada 1937.

Setelah beberapa bulan merasakan kehidupan di penjara, Sam Ratulangi menjadi editor di Nationale Commentaren, sebuah majalah berita berbahasa Belanda. Di bulan Juni tahun itu juga ia menerbitkan bukunya, Indonesia in den Pacific. Buku itu dinilai visioner, menggambarkan berbagai kemungkinan, terutama kemungkinan Perang Pasifik dimana Indonesia menjadi incaran Jepang.

Di awal Agustus 1945 Sam Ratulangi terpilih sebagai salah seorang anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Lima hari setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ia ditunjuk sebagai Gubernur Sulawesi.

Di bulan April 1946 tentara Belanda menangkapnya dan mengasingkannya ke Serui di Pulau, Papua. Dia dibebaskan dari pembuangan pada 23 Maret 1948 dan dibawa ke Jogjakarta. Di Hari Natal 1948 ia kembali ditangkap dan dibawa ke Jakarta. Dua bulan kemudian, Sam Ratulangi dibebaskan. Kesehatannya ketika itu dikabarkan semakin buruk sampai akhirnya ia meninggal dunia di akhir Juni 1949.

Hujan turun rintik-rintik sore itu ketika kami tiba di Danau Linow. Kami tak bisa mengunjungi sisi lain Danau Linow. Selain karena hujan yang rintik itu, juga karena waktu yang semakin senja membuat kami haru bergegas meninggalkannya. Sambil berteduh menyeruput teh panas dan pisang goreng di tepi danau, saya sempatkan untuk mengabadikan keindahan danau yang juga dikenal sebagai danau tiga warna itu.

IMG_1429

IMG_1430

IMG_1431

IMG_1432

IMG_1433

IMG_1442

IMG_1446

IMG_1447

IMG_1448

IMG_1450

IMG_1451

IMG_1453

IMG_1454

IMG_1455

Published by

TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s