Bismillah…
Assalamualaikum wr.wb dan selamat malam.
Yang saya muliakan,
Ketua MPR RI Bapak Taufiq Kiemas,
Yang saya muliakan,
Ibu Shinta Nuriyah Abdrurrahman Wahid.
Yang saya hormati,
Menteri Koordinator Perekonomian Bapak Hatta Rajasa,
Menteri Negara Koperasi dan UKM Bapak Syarif Hassan,
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Bapak Roy Suryo,
Gubernur DKI Jakarta Bapak Joko Widodo,
Ketua Komisi Pemilihan Umum Bapak Husni Kamil Manik,
Ketua Cita Tenun Indonesia Ibu Oktiniwati Ulfadariah Okke Hatta Rajasa
Staf Khusus Presiden, Bapak Andi Arief
Yang saya hormati,
Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan Bapak DR. Rizal Ramli,
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh atau yang mewakili,
Penggagas Gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi Bapak Denny JA atau yang mewakili,
Direktur Utama PT Jamsostek, Bapak Elvyn G Masassya,
Direktur Utama PT Telkom, Bapak Arief Yahya,
Ibu Dr. Keri Lestari Dandan dari Universitas Padjadjaran,
Bapak M. Aji Surya, dari Inspektorat Jenderal Kementerian Luar Negeri RI,
Bapak Agus Chaeruddin dari Bank Syariah Mandiri
Bapak Triyanto Sumbang, Atlet Angkat Besi Olimpiade 2012 di London
Yang juga saya hormati,
Sahabat saya Abanganda Zulvan Lindan, salah seourang Ketua Partai Nasdem
Yang tidak saya lupakan sahabat saya La Tofi dari Komunitas Sahabat Sumba.
Kawan-kawan jurnalis dan pekerja media, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk acara ini, dan semua hadirin yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Sudah barang tentu salam hormat saya untuk kawan-kawan dari Rakyat Merdeka Group, Bapak Kiki Iswara, Ibu Ratna Susilowati, Bapak Karim Paputungan. Khususnya salam hormat saya untuk kawan-kawan awak Rakyat Merdeka Online. Terutama karena kerja keras merekalah acara ini terselenggara.
Bapak dan Ibu sekalian, selamat datang. Sungguh kami merasa terhormat menyambut kehadiran Bapak dan Ibu dalam Malam Budaya Rakyat Merdeka 2013.
Sudah menjadi semacam tradisi bagi Rakyat Merdeka Online menggelar Malam Budaya di awal tahun. Biasanya, acara ini kami selenggarakan di akhir minggu keempat bulan Januari. Namun tahun ini, karena pertimbangan cuaca dan lain sebagainya, Malam Budaya baru dapat kami gelar pada akhir minggu ketiga bulan Maret.
Di kegiatan ini kami ingin mengajak kita semua mengapresiasi kekayaan dan keanekaragaman budaya dan perdaban Indonesia yang sesungguhnya adalah tulang punggung sejati Indonesia Raya.
Kali ini kami mengangkat tema budaya dari Pulau Sumba, sebuah pulau eksotik di timur Indonesia, di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Nanti kita semua akan mendengarkan sambutan singkat dari Bapak La Tofi tentang upaya mengkonservasi dan melestarikan kebudayaan Sumba.
Kita juga akan mendengarkan orasi dari Ibu Okke Hata Rajasa mengenai keindahan tenun ikat Sumba yang lahir dari living culture masyarakat setempat.
Ibu Okke Hatta Rajasa dan Yayasan Cita Tenun Indonesia sejak beberapa tahun belakangan ini melakukan kampanye di tingkat internasional agar tenun ikat Sumba yang amat indah ini diakui sebagai salah satu the world intangible heritage.
Bapak dan Ibu sekalian,
Selain itu, acara ini juga kami gelar untuk memberikan apresiasi kepada sejumlah tokoh nasional dan daerah yang menurut hemat kami dengan tulus mengabdikan dan mendedikasikan dirinya untuk bidang-bidang tertentu yang bermanfaat bagi kita semua.
Kami sangat berbesar hati karena Bapak Taufik Kiemas dan Ibu Shinta Nuriyah Abdurrachman Wahid berkenan menerima penghargaan Lifetime Achievement.
Bapak Taufik Kiemas tanpa kenal lelah mengajak kita semua melihat kembali hal-hal mendasar yang membangun bangsa ini. Pancasila sebagai ideologi bangsa kita, keberagamaan atau prinsip Bhinneka Tunggal Ika, penghormatan terhadap prinsip konstitusionalisme UUD 1945, yang bila semuanya kita apresiasi maka akan kokohlah Indonesia Raya ini; menjadi bangsa yang benar-benar berwibawa di hadapan rakyat negeri sendiri dan di depan mata dunia internasional.
Ibu Shinta Nuriyah memiliki kadar ketulusan dan pengabdian yang sama. Sumbangsih beliau kepada bangsa ini, baik saat masih menjadi Ibu Negara mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid maupun di masa-masa setelahnya, sangat tinggi.
Ibu Shinta Nuriyah seperti kita semua tahu juga ikut memainkan peranan penting dalam sejumlah isu krusial, terutama kesetaraan gender dan gerakan pluralisme. Sampai saat ini Ibu Shinta Nuriyah dan Yayasan Puan Amal Hayati sangat aktif mengadvokasi korban kekerasan gender akibat kekeliruan dalam memaknai teks agama dan budaya.
Bapak dan Ibu,
Khusus untuk tahun ini, setahun menjelang tahun politik yang akan datang, kami merasa perlu untuk mengajak kita semua memberikan apresiasi pada demokrasi yang kita pilih sebagai cara kita mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara.
Setiap dari kita tentu memiliki penilaian-penilaian detil mengenai perjalanan demokrasi Indonesia lebih dari satu dasawarsa terakhir.
Demokrasi membutuhkan kemauan untuk menyadari bahwa semua orang memang sesungguhnya setara, memiliki hak dan kewajiban yang sama. Demokrasi membutuhkan kesadaran, ketaatan, penghormatan dan kemauan menegakkan hukum dalam menjalankan hak dan kewajiban tersebut.
Saya ingin menggarisbawahi bahwa demokrasi membutuhkan dua hal: pemerintah yang punya visi dan oposisi yang mencerdaskan. Hanya dengan kehadiran kedua elemen inilah rakyat dapat memetik pelajaran berharaga dari sistem yang kita kenal sebagai demokrasi. Hanya dengan kedua hal inilah demokrasi menjadi ada manfaatnya bagi kita. Sejatinya pula, demokrasi orisinil akan melahirkan kedua hal ini.
Kompetisi politik di dalam sistem demokrasi dengan sendirinya tidak absolut. Ia relatif dan komparatif. Tetapi ia baru menarik apabila setiap petarung yang terlibat di dalamnya memiliki orientasi yang sama; mensejahterakan rakyat dan menjaga kehormatan bangsa.
Tahun ini kami memberikan penghargaan Democracy Award kepada beberapa tokoh yang menurut hemat kami telah membuat praktik demokrasi Indonesia menarik untuk diamati.
Hal terakhir yang ingin saya sampaikan adalah:
Pergelaran Malam Budaya Rakyat Merdeka tahun ini juga kami gelar untuk mengenang sahabat kami, ayahanda kami, jurnalis senior Rakyat Merdeka Group dan Rakyat Merdeka Online yang telah meninggalkan kita untuk menemui Sang Pencipta.
Ia adalah Bapak Supardi Adiwijaya. Pak Pardi, demikian kami kerap menyapanya meninggal dunia pada 10 Februari 2012 lalu di negeri Belanda.
Pak Pardi lahir di Tambun, Bekasi pada 26 Maret 1941.
Di tahun 1962, saat masih menjadi mahasiswa Fakultas Hukum UI Pak Pardi dikirim Kementerian Pendidikan Tinggi Ilmu Pengetahuan (PTIP) ke Uni Soviet dan menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Lomonosov. Cita-citanya ketika itu bekerja di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Di Lomonosov Pak Pardi aktif mengikuti banyak kegiatan, dari kegiatan seni musik hingga olahraga, khususnya bulutangkis.
Setelah peristiwa berdarah pada dinihari 1 Oktober 1965, jalan hidup Supardi berubah. Ia kehilangan hak untuk pulang ke Indonesia.
Gelar master bidang ekonomi dari Universitas Lumumba diraih Pak Pardi pada 1967. Lalu ia melanjutkan ke program doktoral sejarah di Lomonosov dan menikah dengan dengan seorang gadis Rusia pada tahun 1971.
Studi doktoral Pak Pardi selesai pada 1975. Disertasi yang ditulisnya berjudul “Persatuan Kaum Progresif Indonesia- Syarat Penting (untuk) Pencapaian Demokrasi dan Kemerdekaan Penuh (1959-1965)”. Setelah menamatkan pendidikan di Lomonosov, Pak Pardi bekerja di Institute Oriental Studies, Moskow, hingga tahun 1990 saat dia dan keluarganya pindah ke Negeri Belanda sampai akhir hayatnya.
Beberapa tahun terakhir sebelum meninggal dunia Pak Pardi kerap berkunjung ke Jakarta dan tentu saja ke ruang redaksi kami. Pada tahun 2011, ia menjadi salah seorang anggota Ekspedisi Rakyat Merdeka dalam pendakian Gunung Elbrus di Rusia.
Kami mengenang Pak Pardi sebagai seseorang yang tekun, bersahaja, rapi dan teliti. Kami mengenang dan belajar banyak dari beliau.
Untuk semua hal baik yang telah dilakukannya selama hidupnya, kami juga memberikan Lifetime Achievement kepada Pak Ahmad Supardi Adiwijaya.
Demikian Bapak dan Ibu sekalian,
Semoga acara kita malam ini ada manfaatnya untuk kita dan bangsa kita.
malam budaya