Muhammad Syafii Harahap Yah mssih baru belum lama Sunday at 10:02am · Like
Jakarta Bawah Tanah kumaha atu ie?
Sunday at 10:08am · Like

Ardiansyah Doank pilkada depan, orang jakarta jangan lagi pilih manusia normal utk jadi gubernur. kalau masih normal ga akan pernah bisa menyulap keadaan dlm sekejab mata…. mungkin dari kalangan paranormal ada yg bisa menyelesaikan masalah dlm waktu 1 malam sperti cerita tangkuban perahu. mudah2-an aja ada yg lebih sakti dari sangkuriang….
Sunday at 10:12am · Like · 2

Rizka Ibrahim kasian jokowi kalau disuruh nyelesein masalah banjir yang udah bertahun-tahun, sendirian. masyarakat jakarta ikut mikir dong
Sunday at 10:20am · Like · 1

Tom Pasaribu Tompas Mas Jokowi Blusukan tapi karena banjir turu, ko Ahok ngamuk2 dibalai kota hehehe
Sunday at 10:46am · Like
Basuki Rahmad Hati2 bikin berita Guh, ntar di bully di internet ama pendukung jokowi lo
Sunday at 11:13am · Like

Teguh Santosa Pendukung Jokowi terpelajar. Pasti tahu pertanyaan seperti ini biasa dan bisa diterima.
Sunday at 11:58am · Like · 1

Tom Pasaribu Tompas hahaha sayangnya pendukung jokowi tidak terpelajar guh hampir 90% dibawah rata2 hehehe
Sunday at 12:02pm · Like

Soferman Bobby Siregar maaf pak tidak terpelajar asal ber ahlak itu lebih berguna pak….
Sunday at 12:11pm · Unlike · 2

Monang Anton Sipahutar Tuntutan yg Konyol…. Baru 2 bulan bisa apa dia?? Kecuali kl sdh 1 tahun… anggaran/program yg ada dia juga hanya meneruskan… Ini yg terpelajar siapa y???
Sunday at 12:25pm · Like

Teguh Santosa Ya, akhlak lebih diutamakan.
Sunday at 12:27pm · Like

Teguh Santosa Bukan soal curah hujan yang berlebih yang dipersoalkan.
Sunday at 12:28pm · Like
Teguh Santosa komentar disini juga boleh: http://www.rmol.co/read/2012/12/23/91162/Jokowi-Mana-Banjir-&-Macet-Makin-Parah-
Sunday at 12:30pm · Like

Teguh Santosa Media/pers merekam apa yang dibicarakan (sebagian) warga. Bahwa apa yang dia rekam itu adalah yang berkesesuaian dengan hal2 idiosinkretiknya, adalah hal yang lumrah. Makanya: baca saja.
Sunday at 12:33pm · Like

Monang Anton Sipahutar Program apa yg bisa dibuat?? skr sdh bulan Desember 2012 secara pembukuan sdh masuk akhir tahun anggaran… Kl pun ada anggaran utk penanganan banjir tentunya hanya memakai program yg lalu… Utk merubah program2 sebelumnya jg tdk bisa seenak udelnya…. bisa2 dituntut secara hukum… kecuali kalau kejadiannya di tahun 2013 dimana bos jokowi punya wewenang utk membuat anggaran baru kita boleh complain… Makanya saya plg ndak suka dgn kata2 politik “Program 100 hari”…. bisa apa orang bekerja dgn 100 hari???
Sunday at 12:33pm · Like · 1

Teguh Santosa Bung Monang Anton Sipahutar yang terpelajar yang tidak marah2.
Sunday at 12:33pm · Like · 1

Monang Anton Sipahutar Bung Teguh Santosa bukan marah2 tp menegaskan spy orang2 tdk lupa ingatan… soalnya bangsa ini punya kebiasaan LUPA INGATAN…. Makanya saya seneng liat Pak Ahok ketika menjawab demo mahasiswa dimana dia bilang “INGET KAMI BARU 2 BULAN…”
Sunday at 12:39pm · Like

Teguh Santosa ya, bagus itu. melawan lupa. saya juga tidak bilang bung Monang Anton Sipahutar marah2
Sunday at 12:40pm · Like

Haffuaddi Hatta Sayang sekali Jokowi bukan raja yang absolut. sebuah program apapun namanya selalu membutuhkan biaya. Tidak ada satupun kegiatan apalagi untuk memberesin banjir dan macet tanpa dana mendukung. Untuk pemakaian dana negara atau daerah ada aturan main dan ada pertangung jawabannya. Tidak mungkin jokowi pakai dana pribadi untuk kegiatan seperti ini. artinya sangat kelewatan jika kita mengharapkan jokowi bertindak lebih spektakuler jika tidak didukung anggaran yang memadai. Untuk pemakaian anggaran itu butuh proses. makanya kita harus sabar, jangan orang baru 3 bulan disuruh memberesin banjir dan macet. yang terbaik adalah memberikan jokowi waktu untuk membuat program mengatasi banjir dan macet dan mengawasi pelaksanaan proram tersebut. Jika ada yang salah dalam perencanaan dan pelaksanaan maka sebuah kewajiban bagi kita untuk memberikan masuk atau protes. Tapi jangan bersikap seperti anak2 yang tidak tahu bagaimana mebuat sebuat program, bahwa sebuah program atau tindakan seperti mebalik telapak tangan atau semuanya dapat dicapai dalam tempo satu malam, itu hanya ada dalam cerita loro jongrang tidak dalam dunia ril kita ini.
Sunday at 1:27pm · Like

Haffuaddi Hatta Jokowi hanya seorang gubenur, yang pengunaan dana daerah atau negara harus taat kepada aturan yang ditetapkan oleh negara, tidak sebarangan. logika ini juga harus diperhatikan ketika kita menuntut jokowi cepat. Hanya raja absolut mungkin bisa melakukan hal itu.
Sunday at 1:32pm · Like

Haffuaddi Hatta Saya lihat jokowi cukup cepat bertindak jika dibandingkan dengan beberapa kepala daerah yang baru terpilih dalam menjawab persoalan di daerahnya.
Sunday at 1:33pm · Like
Rachmat Papine Razijed hanya yang terpelajar yg tidak membuat lead berita seperti diatas…
Sunday at 2:18pm · Like

Teguh P Nugroho hidup rakyat merdeka, kalau wartawan yg nulisnya jadi gubernur, jakarta pasti sehari langsung beres………..tapi dalam mimpi wekekeke
Sunday at 2:49pm · Like
Zamrisyaf Sang Inventor ada otak ada dengkul. yang jelas Jokowi-Ahok bukan malaikat dan bukan memerintah dizaman sangkuriang atau abunawas. Jokowi-Ahok walau beberapa bulan sudah banyak perubahan yang berpihak kepada rakyat. jadi mari kita pisahkan kapan saatnya kita mempergunakan otak dan kapan saatnya kita pergunakan dengkul.
Sunday at 3:05pm · Like · 1

Tatang Muttaqin Masalah macet dan banjir mah, masalah butuh waktu dan butuh kerja sama semua piihak termasuk masyarakat kecuali Gubernurnya bukan “manusia”. Lee Kuan Yew juga nggak akan bisa apa2…
Sunday at 4:58pm · Like

Alfred Rony Situmorang Halo Guh..baru baca berita-nya nih di rmol.Ya, sbg warga Jkt tentu kita sma terganggu dgn kejadian kmrn itu. Tp mnrtku benar pndpt sebagian kawan2 yg bilang bhw Jokowi-Ahok mmg perlu waktu untuk benar2 bisa mengimplementasi programnya dlm mengatasi macet dan khususnya banjir. Mungkin kita bs belajar dr kota New York yg blm lama ini juga kena Sandy Storm..Tentu kita gak tepat juga membandingkan NY dan Jkt dalam konteks ‘apple to apple’, tetapi dr berbagai pemberitaan mengenai Sandy, kita boleh belajar bgmn SINERGISITAS dan SOLIDARITAS mulai dr para pemimpin (Presiden, walikota), aparat (NYPD, NYFD) sampe warga NY yg begitu sabar dalam menghadapi dan kemudian mengatasi dampak badai itu. Kiranya ke depan pak Jokowi-Ahok dan jajarannya bisa mengimplementasi program yg mampu mengintegrasikan fungsi aparat dan masyarakat di Jkt dlm mengatasi banjir dll. Tentunya melalui kapasitas dan kapabilitas yang kita punya. Semoga komen ini bisa membangun optimisme kita sbg warga Jakarta..
Sunday at 9:30pm · Like · 1

Andi Aja orng jakarta yg oon merasa joko/ahok superpower
23 hours ago · Like · 1

Teguh Santosa Kita mesti menempatkan teks pada konteks. Kalau tidak misleading.
Adalah pertanyaan (sebagian) anggota masyarakat yg dijadikan lead judul di atas.
Sebelum hujan deras turun beberapa hari terakhir dan membuat genangan air yg cukup tinggi dimana2, kita sama2 tahu Jokowi sangat produktif muncul dan bicara di depan publik ttg berbagai hal. Harus dicatat juga bahwa pernyataan2 Jokowi cukup solutif.
Tetapi saat banjir dan kemacetan yg diakibatkannya semakin menjadi beberapa hari ini Jokowi mendadak minim bicara dan blusukan.
Maka bertanyalah mereka: Jokowi dimana.
Apakah ini pertanyaan yg istimewa? Buat sebagian besar kita, sama sekali tidak. Mungkin karena kita bisa memisahkan dan memaknai banjir dan kemacetan yg diakibatkannya ini sebagai hal yg ekstra ordinary, yg siapapun gubernurnya pasti akan kesulitan.
Kita sama2 tahu dan sadar bahwa banjir dan kemacetan yg diakibatkannya adalah resultan dari tiga hal (minimal): faktor alam berupa posisi geografis yg membuat Jakarta dan kota2 sekitarnya memiliki curah hujan yg relatif tinggi dan dalam beberapa masa luar biasa. Lalu faktor manusia yg sejak lama berbuat sesuka hatinya dan enggan menyambungkan prilaku hidupnya sehari2 dengan sifat2 alam, tidak menyambungkan kultur dan natur (meminjam istilah Bung Karno). Misalnya buang sampah sembarangan, tidak mau ngurus gorong2 dsb, dst.
Terakhir faktor ketidaksiapan pemerintah (eksekutif dan legislatif) dalam hal pembuatan program kebijakan yg bisa meminimalisir dampak dari pertemuan faktor alam dan faktor manusia (masyarakat).
Semua tahu bahwa Jokowi baru berkuasa dua bulan dan apa yg dimilikinya (program pemerintah) sejauh ini adalah warisan dari pemerintah sebelumnya. Yg barangkali menurut pendapat banyak kalangan tidak antisipatif thdp kejadian beberapa hari terakhir ini.
Tapi, apakah semua orang ketika banjir dan kemacatan melanda punya kesadaran seperti itu? Saya kira tidak. (Saya termasuk yg punya kesadaan seperti itu.)
Nah, bagi yg tidak memahaminya dr sudut pandang di atas, persoalan banjir dan kemacetan, juga persoalan2 lain, jadi sangat sederhana: pemerintah dimana? Gubernur dimana? Presiden dimana? Dst.
Itulah sebabnya sebelum ini saya mengatakan pertanyaan seperti pada judul lead di atas adalah biasa, dan bisa dipahami.
Dan saya sangat yakin bagi Jokowi pun ini pertanyaan yang biasa.
Tabik.
21 hours ago · Edited · Like · 2

Mohammad Samsul Arifin Saya bersaksi judul berita semacam ini hal wajar. Dia mewakili pertanyaan sebagian warga Jakarta atau mereka yg numpang hidup di Jakarta. Moral story-nya jika Jokowi aktif dalam banyak hal sejak ia menjabat, ke mana dia saat2 seperti ini? Mengingatkan pejabat publik untuk hadir atas sebuah masalah, apalagi masalah superbesar banjir & macet, adalah tugas media, tugas jurnalis. Ini bagian yg niscaya. Panggilan profesinya. Tentu saja bukan menuntut detik ini juga si Jokowi (yg oleh sebagian orang dianggap Superman itu) bisa menuntaskan banjir dan macet. Lagi2 soal kehadiran. Sebaliknya jika saat ini orang banyak belum menggugat Jokowi atas dua masalah besar ini, terimalah itu sebagai masa bulan madu. Cepat atau lambat, Jokowi akan ditagih. Dan jika media atau jurnalis mendahului orang banyak mengingatkan pejabat publik, tak ada yg salah, sama sekali tak salah.
13 hours ago · Like

Mohammad Samsul Arifin Mungkin orang banyak di luar sana bertanya atas judul berita yg berupa pertanyaan dan pernyataan itu. Saya kira itu menjadi hal musti dibaca sebagai cara media ini bersikap. Lagi-lagi tak ada yg salah. Sesuatu yg tak umum dan tak lazim, bukan berarti sesuatu yg salah. Jadi Mas Jokowi sampean di mana? 13 hours ago · Like