DARI bukit tempat matahari sembunyi
Aku mendengar kata-katamu:
“Bila kekuasaan sudah mengotori kehidupan,
puisi akan membersihkannya…”
Maka pada Subuh yang gaduh
Aku tulis puisi tentang para bedebah itu
Yang membangun istana kekuasaan
Dari puing-puing kebohongan
Tapi jiwa dan hati mereka sudah membatu
Yang di eksekutif terus memainkan kebijakan fiktif
Yang di legislatif menjadikan anggaran barang mainan
Yang di yudikatif membuat vonis menjadi bisnis
Puisi tak bisa lagi bisa mengeksekusi
Karena mereka adalah para zombi
Jasad mati yang digerakan birahi
Tak berhati, tak berjiwa
Dari ladang tempat fajar mengejar mimpi
Aku juga mendengar kisah yang sangar
Tentang seorang ibu yang diusir warga desa
Karena nyembah kejujuran yang sudah dianggap berhala
“Makanya, jangan terlalu jujur, anakku.
Hidup kita jadi begini karena bapakmu terlalu jujur…!”
Begitulah nasihat para orangtua di desa-desa
kepada anaknya yang beranjak dewasa
dan hendak pergi ke kota.
Puisi tak bisa lagi membersihkan kotoran kekuasaan
yang dikendalikan para zombi,
Jasad mati yang digerakan birahi
dari kebohogan ke kebohongan.
Bekasi 150412