Nama Rizal Ramli juga beredar di lantai bursa calon Menteri Keuangan yang akan menggantikan Sri Mulyani.
Informasi yang diperoleh dari kalangan dalam Istana menyebutkan bahwa nama Rizal ikut meramaikan bursa calon Menkeu tak lama setelah Sri Mulyani mengumumkan keputusannya untuk bergabung dengan World Bank Group.
Bagi Presiden SBY, Rizal Ramli bukanlah orang asing. Hubungan keduanya bermula di era Orde Baru, ketika Rizal Ramli menjadi pengajar di sekolah perwira ABRI, nama lama TNI. Di era pemerintahan Abdurrahman Wahid, keduanya duduk di kursi Kabinet Persatuan Nasional. SBY awalnya menjadi Menteri Pertambangan, kemudian Menko Polkam. Adapun Rizal Ramli, dari Kepala Badan Urusan Logistik, diangkat sebagai Menko Perekonomian dan terakhir menjadi Menteri Keuangan.
Keduanya berpisah setelah Gus Dur jatuh dan digantikan Megawati Soekarnoputri pada Juli 2001. Rizal Ramli memilih keluar dari Istana bersama Gus Dur, sementara SBY bertahan dan menjadi Menko Polkam mendampingi Mega.
Namun begitu, hubungan baik kedua tokoh ini terus berlanjut. Setelah SBY menang dalam Pilpres 2004, nama Rizal Ramli menjadi kandidat kuat menteri bidang ekonomi. Beberapa kalangan kala itu menilai, melihat prestasi Rizal Ramli di era Gus Dur, ia patut diberikan tanggung jawab mengelola keuangan negara.
Hanya saja, beberapa hari menjelang pengumuman Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I, nama Rizal Ramli tergusur. Adalah Sri Mulyani, yang ketika itu Direktur Eksekutif International Monetary Fund (IMF), yang dipanggil pulang.
Adapun Rizal Ramli, sempat ditawarkan kursi lain di kabinet. Tetapi ia menolak.
Walau begitu, di belakang layar Rizal Ramli tetap menjadi teman diskusi yang baik bagi SBY.
Hubungan SBY dan Rizal Ramli merenggang sejak akhir 2007, ketika Rizal Ramli mendirikan Komite Bangkit Indonesia (KIB). Sementara kalangan menilai, KBI didirikan Rizal Ramli sebagai wujud dari kekecewaannya terhadap arah pemerintahan yang semakin sulit diluruskan. Setelah KBI berdiri, Rizal Ramli yang sebelumnya memberikan saran di belakang layar, muncul ke permukaan. Kritik keras terhadap kinerja pemerintah khususnya di bidang ekonomi dan keuangan kerap disampaikannya.
“Pak SBY mengerti kapasitas dan kemampuan Rizal Ramli, dan sedang berusaha keras untuk mengajaknya dalam pemerintahan. Bagaimanapun juga, pemerintahan Pak SBY membutuhkan tokoh dengan karakter yang kuat yang cerdas dan berani seperti Rizal,” ujar salah seorang tokoh yang dekat dengan Istana.
Beberapa pengamat pun, walau tak menyebut nama, tampaknya setuju bila Presiden SBY mengangkat figur yang memiliki keberanian dalam menentukan arah kebijakan ekonomi negara. Mereka menyarankan agar SBY memilih tokoh yang memiliki berbagai gagasan untuk menyelesaikan berbagai persoalan perekonomian.
Pertanyaannya kini adalah, apakah mungkin Rizal Ramli menggantikan Sri Mulyani?
