Oleh Adhie Massardi
MESKIPUN resminya tidak ada persaingan, tapi kita bisa merasakan adanya kompetisi di antara lembaga negara pemilik otoritas hukum. Kompetisi adu prestasi itu mewarnai peta politik nasional sepanjang 2008. Instansi “penegak hukum” yang bertarung itu adalah: BIN (Badan Intelijen Negara), Kejaksaan Agung, Polri, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), dan MA (Mahkamah Agung).
Dikutip dari Indonesia Monitor
Kalau Anda disuruh menilai, di antara kelima lembaga itu, mana paling berprestasi? Menurut saya urut-urutannya dari bawah adalah: BIN, Kejaksaan Agung, MA, KPK, dan paling top adalah Polri. Begini analisanya.
BIN di zaman orba paling powerfull padahal statusnya dulu hanya Bakin (Badan Koordinasi Intelijen Negara). Orang Bakin bisa tahu apakah semalam kita mimpi “basah” atau mimpi melawan Soeharto. Makanya, orang bisa ditangkap Bakin hanya karena mimpi, seperti pernah dialami Sawito Kartowibowo pada 1976, yang mimpi dapat wangsit untuk menggantikan Pak Harto.
Anehnya, jadi BIN dan punya anggaran operasional sendiri yang jumlahnya pasti lumayan banyak, prestasinya malah tidak jelas. Sepanjang 2008, hasil terbesar BIN adalah menyebut nama FY (Ferry Juliantono) sebagai “dalang” demo kenaikan harga BBM di seluruh Indonesia. Dan dibilang lari ke luar negeri, padahal ikut acara resmi mewakili negara ke Cina.
Kejagung yang di masa Orba termasuk lembaga “mahakuasa”, dalam kompetisi ini nyaris jadi juru kunci akibat digempur Arthalyta Suryani alias Ayin hingga jaksa topnya, Urip Tri Gunawan, dikartumerah KPK. Untung pada hari-hari belakangan, Kejagung bikin serangan balik ke Depkumham lewat jalur Sisminbakum (sistem administrasi bantuan hukum) dan menangkap Prof Dr Romli Atmasasmita, SH, LLM. Tapi, penangkapan bekas Dirjen Administrasi Hukum Umum Depkumham itu mengundang kontroversi, karena kawan saya Prof Romli ini justru tokoh yang getol mengganyang korupsi.
MA setelah kantornya digeledah KPK langsung kehilangan pamor yang di masa lalu juga sangar. Sepak terjangnya sepanjang 2008 nyaris tak terdengar. Tapi di akhir tahun, MA bikin kejutan dengan menaklukkan DPR yang kemudian menghadiahi UU tentang MA yang bisa membuat seluruh Hakim Agung bisa duduk nyaman di lembaga itu sampai umur 70 tahun.
Prestasi lembaga hukum paling top sekarang ini memang KPK. Sebagai institusi baru, KPK telah berhasil meyakinkan kita semua dalam pemberantasan korupsi. Nyaris tak ada yang ditakuti oleh KPK. MA digeledah. Jenderal polisi yang pernah jadi wakil RI di negeri jiran digelandang ke bui. Gubernur, bekas gubernur, apalagi cuma bekas bupati, jadi santapan empuknya. Anggota DPR yang biasa rewel, di hadapan KPK hanya jadi macan kertas. Maka tak salah bila Ketua KPK Antasari Azhar dijadikan Man of the Year oleh tabloid kita ini.
Tapi menurut hemat saya, Polisi Republik Indonesia tetap yang paling hebat di antara lima lembaga hukum kita. Rankingnya setingkat lebih tinggi dari KPK. Karena prestasi KPK paling puncak kan hanya memenjarakan Aulia Pohan, “besan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono”.
Bandingkan dengan prestasi Polri, khususnya dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro, yang Senin pagi (15/12) itu, mendatangi “Kerajaan Tuhan” di Jakarta Pusat. Mereka lalu menggelandang “Malaikat Jibril” dalam bentuk Lia “Eden” Aminuddin, yang juga “Ibunda Yesus Kristus” itu.
Kini “Malaikat Jibril Rohul Kudus” itu, masih berada dalam tahanan Polda Metro Jaya. Entah apa yang akan dituduhkan anak buah Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri itu. Mungkin, selain penistaan agama, “Malaikat Jibril” dari “Tahta Suci Kerajaan Tuhan” itu dianggap telah melakukan “abuse of power” karena salah satu fatwanya mendelegitimasi kepemimpinan Presiden Yudhoyono.

tidak bisa dibandingkan dengan cara spt itu! parameter yang digunakan sudah berbeda. KPK parameter yang digunakan adalah kasus/tindak pidana korupsi, sedangkan POLRI tidak hanya kasus korupsi saja melain tindakan2 yang melanggar UU, Pancasila dan bla2…So apabila KPK menangani kasus Lia Eden adalah tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi karena bukan kapabilitas KPK menangani kasus tsb.
Saya setuju dengan pendapat anda, tapi saya sekarang lebih banyak berharap, ada perubahan positif dan meningkat untuk Indonesia di Tahun 2009 ini.
Sekarang Polri lagi menangani kasu syeh puji yang menikahi anak dibawah umu, wehhhh emang hebat polisi kita