”Rizal dan Amien Bertipe Pendobrak”

DALAM pandangan pengamat politik Bima Arya Sugiarto, Rizal Ramli memiliki kapasitas intelektual yang besar, punya platform yang jelas dan tegas, dan punya tawaran yang konkret. Tapi, kendala besar  yang belum memiliki Rizal adalah kendaraan politik yang jelas dan tingkat popularitasnya yang masih kurang.

Dikutip dari Indonesia Monitor.

”Tantangan bagi Bang Rizal adalah bagaimana dia membangun jaringan dukungan dalam waktu singkat, yang sangat tidak mudah, bagaimana dia masuk dalam parpol kelas menengah dan baru. Dia harus sangat bekerja keras, dan bersaing dengan figur-figur yang lebih populer seperti Sultan dan Prabowo,” ujar Bima kepada Indonesia Monitor, Senin (24/11).

Meski saat ini telah didukung oleh PBR dan P3I, Bima mengingatkan agar Rizal tak terlalu berpuas diri. Katanya, Rizal juga harus menggandeng partai menengah. Tapi, Bima mengingatkan Rizal bahwa biasanya partai politik seringkali berpikir sangat pragmatis. 

”Apakah  parpol akan ’menjual’ suaranya kepada Sultan atau Prabowo yang sudah mapan ataukah ke calon yang baru saja masuk dalam kancah pertarungan ataukah dengan calon yang memiliki tawaran atau konsep yang jelas. Saya kira partai-partai yang mau mendukung Bang Rizal adalah partai-partai yang sangat peduli dengan platform,” tegas Bima.

Menurut Bima, di atas kertas, kans Rizal sangat berat. Tapi, jika ada pengondisian yang luar biasa, melalui momentum kekacauan politik ekonomi. Maksudnya, pemerintah semakin terbukti tidak bisa menggunakan perspektif liberal yang selama ini digunakan. Di sisi lain, tawaran Rizal semakin memikat masyarakat. Bukan tidak mungkin, seorang Rizal menjadi presiden.

Bima menambahkan, dengan modal yang dimiliki, Rizal tak pantas menjadi RI-2. ”Dia itu tipe pendobrak, sama seperti Amien Rais sangat sulit menilai dia di RI-2. Saya kira Bang Rizal memang tepat untuk RI-1,” ujar Bima.

Tapi, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Andrinof Chaniago tak sependapat dengan Bima.  ”Untuk kelas RI-2 pun saya rasa masih berat. Terlalu cepat kalau beliau harus menduduki orang nomor satu. Tapi kalau sebagai strategi politik untuk mengampanyekan diri saya rasa tidak salah, tapi kalau kita bicara target yang riil, dia belum bisa untuk tahun 2009 ini karena waktu yang pendek,” papar Andrinof kepada Indonesia Monitor, Senin (24/11).

Meski demikian Andrinof mengatakan, kehadiran Rizal sebagai kekuatan oposisi sangat diperlukan.  Tapi, kalau dilihat dari perilaku pemilih dan cara berpikir pemilih, dan alasan-alasan orang memilih seseorang capres, masih banyak yang harus dikejar oleh seorang Rizal Ramli.  Kalaupun tetap nekat maju, Andrinof menyarankan agar Rizal  rajin mengampanyekan diri dengan cara yang tepat. 

”Dia juga harus melakukan politik-politik praktis yang umum, menjalin hubungan luas dengan partai, membangun aliansi-aliansi dengan kekuatan lain dan yang penting insentif ekonomi, atau biaya-biaya yang harus kuat untuk membiayai semua ini. Perlu dana banyak untuk iklan, perlu dana banyak untuk menggalang orang-orang.” Thantri Kesumandari

Leave a comment