“PROF, this is my situation. My wife is going to give birth at 8 pm Hawaii time. I need to leave the class earlier, want to make phone calls to Jakarta.”
“O, please. You don’t have to attend this class, if you want,” jawab Jim Dator, pengampu mata kuliah POLS 672 Politics of the Future.
“Nggak apa-apa. Biar saya ikut kelas hari ini sampai jam 7 malam,” jawabku.
“Santosa sangat setia pada kelas ini,” kata Jim Dator, kali ini kepada seluruh kelas yang terdiri dari 11 mahasiswa. “Istrinya melahirkan jam 8 ini, tapi dia masih mau duduk di kelas sampai jam 7.”
Maka begitulah, menjelang jam 7 aku membereskan meja, mengemasi artikel-artikel yang terserak di atasnya.
Jim Dator yang eksentrik dan unik ini tengah menerangkan evolusi manusia masa depan versi seorang futurologist bernama Ian Pearson: dari Homosapiens-sapiens menjadi Homo-cyberneticus yang memiliki ketergantungan yang begitu tinggi pada teknologi cyber, lalu Homo-optimus yang memiliki keunggulan genetik di atas rata-rata manusia biasa. Kedua varian manusia modern ini lahir sekitar 50 tahun sejak “garis ambang hari ini” versi Ian Pearson yang entah terlewati.
Persilangan Homo-cyberneticus dan Homo-optimus melahirkan varian baru yang lebih unggul lagi, yang disebutnya Homo-hybridus. Nah, Homo-hybridus ini bertemu dengan Robotus-primus, teknologi manusia-robot generasi pertama yang berkembang di saat bersamaan dengan dua jenis Homo sebelumnya, Homo-cyberneticus dan Homo-optimus.
Persilangan antara Homo-hybridus dan Robustus-primus melahirkan Homo-machinus, manusia-manusia berkapasitas dan berkemampuan selayaknya mesin yang berkembang antara 150 hingga 200 tahun setelah “garis hari ini” terlalui.
Tetapi tidak semua manusia masa depan versi Ian Pearson menjadi pemuja teknologi. Sebagian dari mereka, disebut sebagai Homo-luddicius memilih menolak perkembangan teknologi, mulai dari selular sampai robotik, dan karenanya menolak persilangan manusia dengan teknologi robot. Garis “geneologi” manusia masa depan model ini digambarkan lurus dengan homosapiens-sapiens yang telah berkembang sejak 40.000 tahun lalu.
“Ini hanya satu dari sekian banyak images of futures yang dapat dibayangkan oleh manusia. Ada banyak images lainnya, ada yang optimis seperti ini, ada juga yang khawatir peradaban dunia akan kembali ke titik nol,” ujar Jim Dator.
Nah, bagian yang ini mengingatkanku pada artikel yang aku baca malam sebelumnya yang diangkat dari ceramah Jared Diamond di Princeton University, berjudul Why Society Collapse. Profesor psikologi dari UCLA ini dikenal sebagai peneliti yang memadukan historiografi dan futurologi (beberapa futurist tak menyukai istilah futurologi ini) untuk menggambarkan masa yang akan datang. Dua bukunya yang terkenal, berjudul Guns, Germs, and Steel, serta Collapse, menggambarkan bagaimana peradaban-peradaban kuno dibangun oleh manusia masa lalu, menemui masa keemasan, dan runtuh setelahnya.
Bersamaan dengan ingatan itu, aku bangkit dari kursi dan berjalan menuju pintu.
“Well, good luck,” kata Jim Dator ke arahku.
Mahasiswa yang lain juga berkata kurang lebih sama. Aku melambaikan tangan dan tersenyum, sambil membuka pintu ruang 215 George Hall itu.
Begitu berada di luar, aku ambil hape dari saku, dan mengirimkan pesan pendek ke Intan yang sedang terbaring di ruang 305 gedung Al Falah, RSI Pondok Kopi.
“Ayah sudah keluar dari kelas. Sedang jalan ke hall.” Pesan pendek itu segera terkirim ke Intan, 17 jam di depan aku yang sedang berjalan kaki terburu-buru.
Melewati Saunders Hall, Queen Lili’uokalani Center for Students Service, lalu Varney Circle, aku menyusuri Mc Carthy Mall, melintasi Hamilton Library, sebelum akhirnya tiba di East-West Road. Belok kanan, melintasi Jefferson Hall di seberang Kennedy Theater, dan langsung menuju ke Hale Manoa.
Saat Hale Manoa semakin tampak jelas di ujung senja, kuambil lagi hape dari kantong. Jam 7.11 malam. Masih bisa shalat maghrib. (bersambung)
Selamat ya GUh atas kelahiran juniornya. Btw jadi ada monasnya/ tidak? heheheh. salam
Trims Nik. Sudah tahu kan jawabannya… Hehehe…
wew,,,keren tuch
ntar kalau udah jadi hubungi aku ya…!
barusan..kelas saya di GRG 215…hehe.
Jim Dator emang eccentric.
saya tungguin lanjutannya 🙂