SAYA sedang bertemu Profesor Alice Dewey di lobby Hale Manoa, Honolulu, membahas buku Stanley Ann Dunham –ibunda Barack Obama– yang akan diterbitkan di Jakarta dalam bahasa Indonesia, ketika di Denver, Colorado, Barack Obama menyampaikan pidato politiknya di hadapan ribuan orang yang menghadiri Konvensi Partai Demokrat dan penetapan dirinya sebagai calon presiden partai berlambang keledai itu.
Juga di saat bersamaan, Just Foreign Policy (www.justforeignpolicy.org) mencatat setidaknya 1.255.026 orang Irak tewas sejak Amerika Serikat menginvasi negeri-seribu-satu-malam itu tahun 2003 silam. Adapun Anti War (www.antiwar.com) mencatat setidaknya 4.150 tentara Amerika Serikat tewas dan tak kurang dari 100 ribu lainnya terluka di medan perang Irak.
Tulisan ini juga dimuat di www.myrmnews.com. Foto-foto diambil dari CNN.
Di depan para pendukungnya, dan tentu saja delegasi dan superdelegasi yang ikut menentukan kemenangan Obama atas Hillary Rodham Clinton dalam serangkaian primary election dan caucus yang dimulai awal 2008 lalu, yang bersorak-sorai mengelu-elukan jawara baru mereka, Obama –sang jawara itu– berteriak lantang.
“Perubahan terjadi karena rakyat Amerika menginginkannya. Karena mereka bangkit dan sungguh memperjuangkan ide baru dan kepemimpinan baru: politik baru untuk sebuah era baru.”
“Momen ini, pemilihan ini, adalah kesempatan kita untuk menjaga, agar di abad ke-21, janji Amerika tetap hidup,” kata Obama seperti dikutip CNN, yang saya baca kemudian setelah pertemuan dengan Prof. Alice Dewey selesai.
Akhirnya, Obama resmi jadi calon presiden Amerika Serikat. Sungguh luar biasa.
Tetapi ada dua hal yang lebih penting dari pembaiatan Obama malam ini waktu Colorado. Dua hal itu adalah: pertama, apakah dia dan mesin politik yang bekerja di belakangnya dapat mengalahkan jagoan dari Partai Republik John McCain.

Dan kedua, andai saja dia bisa mengalahkan John McCain dalam pemilihan bulan November nanti, dan dilantik sebagai presiden Amerika Serikat bulan Januari 2009, apakah dia sungguh bisa mengubah tradisi politik Gedung Putih yang percaya pada unipolarism dan emporium Amerika yang mensyaratkan pengerahan armada perang ke delapan penjuru mata angin untuk mengawal dan menjaga kepentingan Amerika Serikat.
Dapatkah dia mengatasi kelompok hawkish yang haus darah dan pemburu minyak serta kelompok lobbyist lain yang selama ini, sejak long long time ago, hidup enak di lingkaran kekuasaan Amerika dan mengkorupsi cita-cita luhur Amerika Serikat.
Dapatkah dia menghentikan politik hiprokasi dan double standard yang selama ini dipraktikkan Amerika di muka bumi?
Wallahualam bisawab.

Salam,
Bung Teguh Santosa, saya ingin berdiskusi dengan Anda. E-mail saya: muhlis.suhaeri@gmail.com.
Alamat blog saya: http://www.muhlissuhaeri.blogspot.com
@muhlis
dengan senang hati bung. saya bisa dihubungi di teguh_timur@LYCOS.com.
mahalo.