Rizal Ramli Masuk Bursa Calon Presiden

RIZAL RAMLI menambah ramai bursa calon presiden Indonesia. Bekas Menko Ekonomi di era Gus Dur ini akan mendeklarasikan kesiapannya itu di Jakarta (Kamis, 14/8). Dalam deklarasi tersebut Rizal Ramli juga akan meluncurkan buku “Rizal Ramli Lokomotif Perubahan” yang berisi track record-nya selama duduk dalam pemerintahan Gus Dur di era 2000-2001 lalu.

Pengamat politik dari Research Institute for Democracy and Peace (Ridep) Ibrahim Girdah Zakir mengatakan sudah sepatutnya Indonesia yang masih saja dirudung berbagai persoalan dipimpin oleh tokoh yang memang memiliki kemampuan bekerja, bukan tokoh yang hanya menang di poling dan dibesarkan oleh iklan di media massa.

“Pemimpin yang besar karena iklan dan produk proyek pencitraan lainnya lebih sering mengecewakan rakyat. Mereka tidak punya gagasan orisinil, dan tidak berani berbuat untuk kepentingan bangsa dan rakyat. Akibatnya, jumlah pengangguran dan penduduk miskin bukannya berkurang, malah semakin bertambah. Kesenjangan ekonomi dan sosial terjadi dengan kasat mata,” kata Ibrahim yang biasa disapa Bram.

Dia juga mengatakan, kehadiran tokoh sekaliber Rizal Ramli di bursa calon presiden juga memiliki arti penting dalam demokrasi. Dia menyebut deklarasi Rizal Ramli sebagai pemimpin perubahan ini adalah upaya untuk menemukan cara yang lebih baik dalam rekruitmen politik.

“Deklarasi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh sekaliber Rizal Ramli ini akan memancing orang untuk melihat track record, bukan sekedar dukungan dari partai politik dan popularitas. Publik perlu diberi tahu bahwa yang menajdi calon pemimpin adalah tokoh yang pernah berbuat dan terus berbuat, serta punya kemampuan menyelesaikan persoalan,” katanya lagi.

Dia membandingkan rekruitmen pemimpin politik di masa kini dengan di masa lalu. Soekarno, ingatnya, bukan tokoh yang dibesarkan oleh kekuatan kapital dan iklan. Presiden pertama dan proklamator kemerdekaan Indonesia itu adalah orang yang punya kemampuan dan berani berbuat.

“Pemimpin-pemimpin kita di masa itu adalah tokoh-tokoh yang memang berbuat untuk rakyat. Bandingkan dengan tokoh-tokoh yang kini bermunculan mencalonkan diri,” masih kata Bram sambil menambahkan dirinya percaya partai politik yang memiliki otoritas untuk mencalonkan seorang tokoh dalam pemilihan presiden akan melirik tokoh yang benar-benar punya kemampuan.

Secara terpisah Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan, tidak ada keraguan terhadap kapasitas dan kapabiltas Rizal Ramli. Satu-satunya masalah yang dihadapi Rizal Ramli saat ini adalah apakah dirinya dikenal masyarakat luas atau tidak.

Suka tidak suka, sebut Qodari, popularitas seorang tokoh turut memainkan peranan penting di balik sukses seorang kandidat memenangkan pertarungan.

“Untuk sementara, melihat hasil survei, hanya empat orang yang mungkin bertarung di pemilihan presiden. Mereka adalah Megawati, SBY, Wiranto, dan Sultan Hamengkubuwono X. Tiket kelima, kalau ada, barulah untuk tokoh seperti Rizal Ramli,” katanya kepada Rakyat Merdeka.

Dia juga mengatakan, urusan pencalonan dalam pemilihan presiden tahun depan juga sangat terkait dengan syarat pengajuan calon presiden yang sedang digodok DPR. Bila syarat dukungan minimal pencalonan presiden sebesar 30 persen suara di parlemen, mungkin hanya akan ada dua calon presiden yang bertarung dalam Pilpres 2009. Tetapi bila syarat dukungan minimal itu sebesar 15 persen, maka akan ada lima calon yang bertarung.

Pada bagian lain, Qodari juga mengatakan bahwa pencalonan tokoh sekaliber Rizal Ramli tepat mengingat reformasi yang telah berlangsung selama sepuluh tahun gagal membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

“Keadaan ekonomi kita tidak lebih baik, dan posisi tawar kita di hadapan negara lain pun lemah. Wajar, kalau mereka yang merasa punya ide dan gagasan mencalonkan diri,” katanya lagi.

Rizal Ramli memulai kariernya di pemerintahan pada bulan April 2000. Ketika itu dia yang dikenal sebagai ekonom kritis diminta Gus Dur menjadi Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) menggantikan Jusuf Kalla. Salah satu terobosan penting Rizal di Bulog ketika itu adalah mengurangi jumlah rekening Bulog dari 117 menjadi sembilan. Langkah ini dilakukan untuk menghentikan status Bulog yang kerap menjadi sapi perah politik.

Bulan Agustus 2000, Rizal Ramli diangkat Gus Dur menjadi Menko Perekonomian. Di masa ini, salah satu catatan emasnya adalah saat bernegosiasi dengan International Monetary Fund (IMF). Rizal Ramli dan tin ekonominya berhasil menempatkan IMF sebagai mitra, bukan sebagai tuan yang harus diikuti semua keinginannya. Rizal Ramli berhasil menekan IMF sehingga Indonesia menyusun sendiri draf Letter of Intent (LoI). Mafia Berkeley yang sebelumnya menjadi kaki tangan kepentingan asing, pun dikucilkan Rizal Ramli dalam proses negosiasi.

Selanjutnya, Rizal Ramli dipercaya sebagai Menteri Keuangan. Salah satu peninggalan Rizal adalah pemisahan kepemilikan silang Telkom dan Indosat terhadap sejumlah anak perusahaan. Keputusannya ini terbukti menguntungkan keuangan negara.

Leave a comment