Western Sahara, Punya Siapa?

NEGERI SENJA, salah satu novel Seno Gumira Adjidarma, diinspirasi oleh negeri ini: Sahara.

Negeri Senja di novel itu adalah sebuah negeri di mana matahari selalu bergantung di ufuk barat. Selamanya. Tak mengenal pagi, siang dan malam. Yang ada hanya senja, dan intrik politik. Kisah asmara dan dendam yang tak berkesudahan.

Sementara Sahara di dalam tulisan sederhana ini adalah sisi barat Gurun Sahara yang berbatasan dengan Samudera Atlantik di barat, wilayah Kerajaan Maroko di utara, Aljazair di timur, dan Mauritania di selatan.

Kerajaan Maroko menyebutnya Sahara Maroko. Kelompok separatis menyebutnya Sahara Barat. PBB pun begitu. Sebelumnya, saat masih dikuasai Spanyol dari tahun 1912 sampai pertengahan 1970an, wilayah ini disebut Sahara Spanyol.

Sejak pertengahan 1970an, setelah Spanyol angkat kaki, terjadi perdebatan cukup serius mengenai pemilik tanah ini. Apakah ia milik Kerajaan Maroko mengingat sejarah kekuasaan dinasti-dinasti tua yang berkuasa di Maroko pada masa lalu (sebelum kolonialisasi Prancis dan Spanyol)? Atau, apakah ia berhak menjadi negara sendiri setelah Spanyol angkat kaki?

Saya memilih sengketa kepemilikan belahan barat Sahara ini sebagai materi tugas akhir untuk mata kuliah International Conflict Resolution (POLS 633) yang diampu Carolyn M. Stephenson semester ini. Setiap mahasiswa diminta menguraikan sejarah dan dinamika konflik, konteks konflik, pihak yang terlibat dalam konflik, pihak ketiga yang memediasi atau memanas-manasi, serta alternatif untuk menyelesaikan konflik.

Juga penting untuk “mengukur” apakah upaya menyelesaikan konflik tersebut (bila ada) dapat dikatakan sukses atau tidak. Tentu saja, ukuran sukses dan tidak sukses ini amat nisbi dan personal.

Saya memulai cerita tentang konflik ini dari sebuah demonstrasi di Mahbes akhir Maret lalu. Mahbes adalah kota kecil di sisi utara wilayah yang disengketakan. Kebanyakan demonstran adalah orang Eropa, khususnya warga negara Spanyol, baik dari “daratan” Spanyol di seberang Laut Mediterania, maupun dari Kepulauan Kanari di Samudera Atlantik yang hanya sepelemparan batu dari Maroko.

Demonstran mengecam pemerintahan Maroko yang menurut mereka menguasai Sahara Barat secara tidak sah. Tembok pasir setinggi sepuluh kaki dan sepanjang 3.000 kilometer yang dibangun Maroko di wilayah yang disengketakan menurut mereka adalah simbol penjajahan. Menurut Maroko, tembok pasir itu dibangun untuk mencegah kelompok pemberontakan yang didukung Aljazair.

Dari sana, cerita bergeser ke orang-orang Sahrawi yang hidup berpencar-pencar: sebagian memilih tinggal di wilayah Sahara yang kontrol Maroko, sebagian tinggal di luar tembok yang dikuasai kelompok Polisario, dan sebagian lagi tinggal di kamp pengungi di Tindouf di wilayah Aljazair yang merupakan markas Polisario.

Sahara Barat, seperti negeri-negeri lain di Afrika, adalah produk kolonialisme Eropa di era 1880 sampai paruh pertama 1900 yang dikenal dengan nama Scramble for Africa. Di era itu negara-negara utama Eropa berlomba-lomba menduduki Afrika, membagi-bagi tanahnya.

Setelah semua negara besar di Eropa setuju, kolonisasi ini disahkan dalam Konferensi Berlin 1885. Di bulan Maret 1912, melalui perjanjian yang ditandatangani di Fes, Maroko mengakui kekuasan Prancis atas negeri itu. Lalu di bulan November tahun itu, Prancis memberikan wilayah selatan Maroko, yang kini jadi sengketa, kepada Spanyol.

Di tahun 1956, Prancis meninggalkan Maroko. Bersamaan dengan dinamika baru ini, berbagai pihak di Maroko kembali mempopulerkan kisah-kisah lama yang dimiliki Kerajaan sebelum kekuasaan Prancis dan Spanyol. Partai Istiqlal yang merupakan salah satu partai utama di Maroko ketika itu, misalnya, memperkenalkan konsep Greater Morocco. Menurut partai ini, sebelum era Scramble for Africa, Maroko meliputi seluruh Mali hingga Sungai Senegal, sebagian Mauritania dan sebagian Aljazair.

Berdasarkan memori kolektif yang dimiliki atas kekuasaan Kerajaan Maroko di masa lalu, berbagai kelompok di Maroko membentuk kelompok perlawanan untuk mengusir Spanyol yang masih bertahan di Sahara. Tidak sedikit dari pejuang yang melawan Spanyol ini adalah mahasiswa yang menuntut ilmu di Maroko.

Di tahun 1973, mereka mendirikan Polisario, Front Kemerdekaan Saguia el Hamra dan Rio de Oro, nama lama wilayah itu di masa pendudukan Spanyol. Kelompok inilah yang mengklaim Sahara Barat sebagai negara merdeka.

Setahun kemudian, pemerintah Spanyol mengumumkan rencana meninggalkan Sahara Spanyol diikuti referendum untuk membentuk pemerintahan di bekas wilayah yang mereka kuasai di Sahara. Keputusan ini terpaksa diambil menyusul desakan PBB, antara lain lewat Resolusi 1514 tahun 1960 yang meminta semua negara yang masih memiliki wilayah jajahan untuk memerdekakan wilayah jajahan itu.

Keputusan Spanyol melepaskan begitu saja Sahara Spanyol dikecam keras Raja Hassan II. Ia ingin agar Spanyol mengembalikan wilayah itu kepada Kerajaan Spanyol.

Tahun 1975, PBB meminta pendapat International Court Justice di Den Haag mengenai status Sahara Spanyol sebelum era Scramble for Africa, dan mengajukan dua pertanyaan. Pertama, apakah Sahara Barat adalah terra nullius atau tanah kosong sebelum kekuasaan Spanyol. Kedua, apakah ada hubungan atau ikatan antara wilayah itu di masa lalu dengan Maroko dan Mauritania (yang awalnya ikut mengklaim).

Pendapat ICJ yang tidak mengikat atau non-binding disampaikan di bulan Oktober 1975. Untuk pertanyaan pertama, ICJ mengatakan, Western Sahara adalah tanah kosong sebelum kehadiran Spanyol. Untuk pertanyaan kedua, ICJ mengatakan secara historis ada ikatan antara wilayah itu dengan Maroko dan Mauritania. Jawaban ICJ ini membuat persoalan semakin runyam.

Kecewa dengan keputusan ICJ, Hassan II memerintahkan tak kurang dari 300 ribu warga Maroko melakukan perjalan kaki memasuki wilayah Sahara Barat. Sebagian besar dari mereka adalah penduduk asli Sahara yang menetap di Maroko setelah Maroko merdeka dari Prancis. Aksi ini dikenal dengan nama Green March.

Di saat bersamaan Hassan II juga berhasil menekan Spanyol untuk membicarakan status Sahara Barat secara terbatas. Pertengahan November 1975, Maroko, Spanyol dan Mauritania mengumumkan hasil pertemuan yang dikenal sebagai Madrid Accord.

Dalam dokumen Madrid Accord, Spanyol setuju menyerahkan Sagui el Hamra di utara kepada Maroko dan Rio de Oro di selatan kepada Mauritania. Sementara Maroko memberi kesempatan kepada Spanyol untuk melanjutkan penambangan phosphate di Baou Craa selama waktu tertentu.

Kini giliran Polisario yang kecewa pada Spanyol. Bulan Februari 1976, Polisario mendirikan Republik Demokratik Arab Sahara (SADR). Sekretasis Jenderal Polisario terpilih sebagai presiden pertama SADR. Di tahun 1982 SADR diterima sebagai anggota Organisasi Uni Afrika (sekarang Uni Afrika). Sebagai bentuk protes, Maroko memilih meninggalkan organisasi yang ikut mereka dirikan itu. Aksi protes Maroko ini berlangsung sampai sekarang.

Sebentar, kayaknya jadi kepanjangan nih. Padahal tadinya hanya ingin menulis sedikit. Baiklah, bagi yang tertarik dengan konflik di Negeri Senja ini lihat-lihat beberapa link, juga buku dan jurnal yang saya sertakan pada bagian akhir tulisan ini (bibliography).

Dan berikut ini adalah grafis yang saya beri judul “Western Sahara Dispute for Dummies”, yang saya gunakan sebagai panduan dalam presentasi kemarin.

Bibliography

Books:

Damis, John. (1983). Conflict in Northwest Africa: The Western Sahara Dispute. Stanford, California: Hoover Institution Press.
Durch, William J. (1993). The Evolution of UN Peacekeeping: Case Studies and Comparative Analysis. New York: St. Martin’s Press.
Franck, Thomas M. (1976). The Stealing of Sahara, in the American Journal of International Law. Vol. 70, No. 4. October 1976.
Hodges, Tony. (1983). Western Sahara; the Roots of a Desert War. Connecticut: Lawrence Hill & Company.
Kriesberg, Louis. (2007). Constructive Conflict. New York: Rowman & Littlefield Publisher Inc.
Lawless, Richard, and Monahan, Laila. (eds.). (1975). War and Refugee: the Western Sahara Conflicts. London and New York: Pinter Publisher.
Noris, H.T. (1986). The Arab Conquest of the Western Arab. Singapore: Longman Singapore Publisher.
Rapoport, Anatol. (1974). Fights, Games, and Debates. Michigan: University of Michigan.
Ramsbotham, O., Woodhouse, T., and Mial H. (2006). Contemporary Conflict Resolution. Cambridge, the UK, and Malden, the US.: Polity.
Shelley, Toby. (2004). Endgame in the Western Sahara. London and New York: Zed Books.
Thompson, Virginia and Adloff, Richard. (1980). The Western Sahara: Background to Conflict. New Jersey: Barners & Noble Books.

Journals:

Abdel-Rahman, Mohamed E. (1972). Interaction between Africans North and South of the Sahara, Journal of Black Studies, vol. 3, No. 2. (dec., 1972), pp. 131-147.
Amnesty International Report. (2007). Morocco/Western Sahara, taken from http://www.amnesty.org/en/region/middle-east-and-north-africa/north-africa.html.
Campbell. Patrick J. (2003). Morocco in Transition: Overcoming the Democratic and Human Rights Legacy of King Hassan II. African Studies Quarterly, http://www.africa.ufl.edu/asq/v7/v7i1a3.htm.
CSIS. (2006). Finding a Way Out: The Crisis in Western Sahara. (2005) Washington: CSIS.
Frank, Thomas. M. (1976). The Stealing of Sahara, The American Journal of International Law, Vol. 70, No. 4 (Oct., 1976), pp. 694-721.
ICG Report. (2007). Western Sahara: the Cost of the Conflict, Middle East/North Africa Report No. 65 – 11 June 2007.
Martin, Pablo San. (2004). Briefing: Western Sahara: Road To Perdition? African Affairs, 103/413, pp. 651-660.
NRC Report. (2008). Occupied Country, Displaced People. Oslo: NRC. Theofilopoulou, Anna. (2006). The United Nations and Western Sahara: Special Report. Washington D.C.: United Stated Institute of Peace.

Newswire:

‘An independent Western Sahara is not an attainable goal,’ Van Walsum. MAP, April 22, 2008, accessed April 28, 2008.
Western Sahara: “Down with the wall of shame”, Sahara Press Service, March 22, 2008, accessed in March 22, 2008.
UN-backed Western Sahara talks end with no progress, Reuters, March 19, 2008, accessed in March 22, 2008.
Morocco busts al Qaeda-linked terror network funded by crime. CNN, February 21, 2008, accessed in February 21, 2008.
U.S. determined to boost ties with Morocco, US official. MAP, February 18, 2008, accessed in February 25, 2008.
UN envoy ‘not satisfied’ with negotiations underway on Sahara dispute. MAP, February 14, 2008, accessed in February 25, 2008.
Sahara issue persistence ‘aggravating factor of terrorist threat’ in Sahelo-Saharan region, expert. MAP, February 12, 2008, accessed in February 25, 2008.
Morocco’s sovereignty over Sahara not negotiable, political leaders tell UN envoy. MAP, February 8, 2008, accessed in February 25, 2008.
Walsum describes as ‘cordial’ talks with Moroccan PM. MAP, February 6, 2008, accessed in February 25, 2008.
U.S to help Mauritania confront al Qaeda Threat. Reuters, January 16, 2008, accessed in February 25, 2008.
No agreement at Western Sahara talks, UN says. Reuters, January 10, 2008, accessed in February 21, 2008.
Sahara issue: Morocco adopts constructive process face to Polisario’s negative attitude, spokesman. MAP, January 9, 2008, accessed in February 25, 2008.
Western Sahara talks begin, expectations low. Reuters, January 8, 2008, accessed f in February 25, 2008.
UN chief urges patience in Western Sahara talks. Reuters, January 7, 2008, accessed in February 25, 2008.
Regions and territories: Western Sahara. BBC, December 18, 2007, accessed in February 25, 2008.
Morocco says Polisario threatens peace in Maghreb. Reuters, December 12, 2007, accessed in February 25, 2008.
Polisario says risk of war if W. Sahara talks fail. Reuters, December 12, 2007, accessed in February 25, 2008.
UN Council urges more effort on Western Sahara talks. Reuters, October 31, 2007, accessed in February, 25, 2008.
Proposals to resolve the conflict in the Western Sahara. Maghrebia, April 17, 2007, accessed in April 01, 2008.

7 Replies to “Western Sahara, Punya Siapa?”

  1. haloo mau konsultasi nih…

    jadinya western sahara case itu termasuk bahan kedaulatan territorial kan? menurut anda, permasalahan hukumnya sebenarnya apa? saya masih bingung dengan putusan akhirnya.. bs sharing?
    terima kasih sebelumnya…

  2. Dear mas Teguh,
    saya sangat berbahagia sekali menemukan blog anda yang secara baik, meskipun maunya menulis pendek, yg menceritakan tentang Sahara Barat?Western sahara.
    apakah anda tahu bahwa representasi WS sekarang ada di Indonesia?

    kebetulan saya sedang membantu untuk membuka jaringan teman/ organsisasi civil society yang ada di Indonesia dan mungkin bebearpa organisasi dikawasan Asia tenggara.

    saya sangat menghargai dengan semua kapasitas yang anda miliki untuk berbagi pengalaman, pengetahuan dan siapa tahu juga spirit untuk memberikan dukungan bagi perjuangan mereka. sederhana saja, semangat konstitusi kita terutama preambule, juga kontribusi sejarah pendirian Gerakan Non Blok, termasuk Dasa sila Bandung-KAA yang diprakarsai Indonesia, dan sejumlah alasan kemanusiaan dll, cukup untuk sedikit/ syukur kalau banyak, memberikan kepedulian untuk WS.

    saya tunggu kontak mas Teguh di email saya ya.

    salam hangat.

    L

      1. hi mas, dengan senang hati saya akan kenalkan. apakah anda di Jakarta?
        rencana tgl 24 april kami ada rapat kecil 🙂

  3. Dear Mas Tegus,

    Ane Fajar ne, yang kemaren ikutan diskusi, ternyata msalah sahara kompleks, mas ga bisa ngeliat dari satu sisi aja..nice posting though give me a lot of information about this country..viva sahara

Leave a comment