Oleh: Harsutejo
“Menanam Sejuta Pohon”, ini salah satu seruan tersohor Bapak Pembangunan Suharto ketika masih berkibar-kibar kekuasaannya. Apa artinya seruan bagus jika tidak pernah dilaksanakan, dibuat perencanaannya pun tidak. Para Menteri hari-hari omong kosong masih terus “menunggu petunjuk Bapak Presiden”. Semuanya bohong melompong, propaganda murahan. Yang terjadi pembabatan terus bermiliar pohon berjuta hektar hutan. Seruan bagus itu tak lain sebagai pemanis bibir di balik penghancuran hutan.
Menurut data Departemen Kehutanan laju kerusakan hutan di Indonesia 1,6 juta hektar per tahun. Selama 10 tahun pada 1963-1973 terjadi kerusakan hutan sebesar 12,7 juta hektar, pada tahun 1999/2000 sudah menjadi 23,7 juta hektar. Data terbaru 2006 laju deforestasi di Indonesia merupakan salah satu yang terparah di dunia, dengan sedikitnya 1,9 juta hektar hutan dirusak setiap tahun selama lima tahun terakhir, atau setara dengan luas enam lapangan sepak bola per menit. Saat ini Indonesia telah kehilangan lebih dari 72 % dari wilayah alam utuhnya, dan 40 % hutannya telah hancur sama sekali. Sebagian besar penebangan kayu di Indonesia ilegal, dan menurut Menteri Kehutanan MS Kaban, mengakibatkan kerugian negara sebesar 4 miliar dollar AS setiap tahun. Pada saat ini (2006) tinggal 20 % hutan alam asli yang masih utuh, itu pun terancam terus akan dijarah tangan-tangan kotor baik dengan lindungan hukum maupun senjata.
Kepada rakyat Indonesia, selamat menuai banjir bandang dan banjir yang lain yang telah terjadi dan masih akan terjadi, pendangkalan waduk sebelum waktunya, kekeringan pada masa musim kemarau, kebakaran dan pembakaran, pasokan listrik tenaga air berkurang, kehancuran lingkungan beserta segala isinya di antaranya berupa flora dan fauna yang sering tak terpulihkan. Itulah yang diwarisi anak cucu kita semua. Betapa berat tugas kaum muda ke depan.
Kini ada seruan lebih hebat lagi sebagai dimuat Antara pada 28 November 2007. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan aksi penanaman 79 juta pohon di Indonesia secara serentak. Dikatakan oleh SBY aksi ini bukan sekedar gaya belaka namun merupakan bagian dari upaya Indonesia menyelamatkan bumi, bukan karena Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim di Denpasar pada 3-14 Desember, tapi karena kita ingin Indonesia tidak mengalami bencana karena kesalahan kita. Hal itu terutama akan digalakkan selama bulan Desember tiap tahun. Jenis pohon yang ditanam antara lain puspa, kayumanis, damar, bintaro, bisbul, kemang, rasamala, matoa, rambutan, duku, mangga, kenari, tanjung dsb. Semuanya demi kelestarian lingkungan, demi anak cucu nanti. Sejak dini seorang ahli mengingatkan bahwa tiap jenis pohon tanaman keras yang hendak ditanam punya spesifikasi dalam hal cara dan waktu tanam, jenis tanah dan ketinggian tempat dan suhu serta pemeliharaan yang berbeda-beda dsb.
Bukankah Suharto juga menguar-uarkan hal yang sama, sesuatu yang tak ada kabul kawusane, retorika tanpa makna? Semoga Presiden SBY tidak sedang mengukirkan jilid kedua retorika Suharto.

Ya Semoga saja , kita hanya bisa berdoa semoga negeri ini cepat bangit dari keterpurukan
mas teguh, kalau saya nggak salah ingat, kartun koran tempo menuliskannya dengan pas sekali: tanam satu tebang seribu 🙂