KETUA Presidium Dewan Papua (PDP) Theys Hiyo Eluay tewas secara misterius. Hingga kini belum diketahui siapa pelakunya. Lalu Panglima GAM Tengku Abdullah Syafei tewas di ujung laras militer. Who is next? Berikut wawancara Sekjen PDP Thaha Alhamid dengan Teguh Santosa dari Rakyat Merdeka di Jakarta.
Wawancara ini dimuat di Harian Rakyat Merdeka, Januari 2002, dan dimuat kembali oleh Harian Papua Pos, 29/01/02.
Pemerintah Indonesia semakin tegas menghadapi gerakan separatis. Panglima GAM Abdullah Syafei tewas ditembak. Apa anda punya kekhawatiran Dewan Papua (PDP) juga akan dihadapi dengan cara yang sama?
Ini menunjukan kegagalan proses reformasi di Indonesia. Pemerintah Mega atau siapapun akan gagal mengkonsolidasi agenda reformasi apabila tidak punya kesedian menegakkan masuk penyelesaian konflik secara demokratis dan manusiawi dan dialogis. Selama empat puluh tahun Indonesia dijajah dengan represi militer.
Secara de facto pendekatan militer dan operasi militer tidak menyelesaikan masalah. Malah menambah luka hati rakyat. Negara jangan pakai kekerasan dong. Masalah yang dihadapi Indonesia bukan hanya soal disintegrasi teritori, juga disintegrasi sosial. Korupsi saja tak tertangani.
Kalau mau menyelesaikan masalah Indonesia secara parsial, silakan gunakan kekerasan. Tembak mati saja semua orang yang keras dan mengkritik pemerintah. Tapi kalau mau meyelesaikan masalah secara keseluruhan, mari duduk bersama.
Apakah PDP berpikir untuk mengendurkan tuntutan melihat perlakuan pemerintah terhadap Tengku Syafei?
Tidak akan. Kami punya keputusan adalah keputusan politik melalui Kongres.
Jadi sepanjang tidak ada kongres untuk mengubah itu, keputusan kami pun tidak berubah. Seperti ini selama ini yang kami ungkapkan, proses dialog untuk meluruskan sejarah Papua Barat. Kalau nantinya hasilnya adalah refrendum, kita tinggal lihat nanti.
Beberapa pengamat intelijen menganalisa tokoh tokoh garis keras lainnya akan menghadapi nasib yang sama denganTengku Syafei. Nama anda juga termasuk di dalam daftar target. Bagaimana?
Terima kasih Anda telah mengingatkan saya. Kalau cara seperti itu masih dipakai dan diandalkan, Indonesia memang tidak punya base concept dalam menyelesaikan konflik. Itu hanya menyelesaikan masalah secara instant.
Apakah Anda pernah merima teror dan intimidasi?
Itu sering kali. Sampai tanggal 1 Desember lalu lalu saya masih menerima telepon. Katanya, kamu akan mati segera, kalau kamu tidak menghentikan gerakan. Bukam Cuma saya. Kawan-kawan di PDP juga menerima teror yang sama. Tapi saya siap dibunuh. Saya dan kawan-kawan pun tengah tengah melakukan tuduhan makar dalam kongres. Kami dituntut 2,5 tahun.
Pemerintah Mega tidak bisa melihat permasalahan antara Papia Barat dan Jakarta dengan jernih. Arogansi kekuasab memaksa pemerintah memakai kekerasan. Itu tidak bisa. Nanti yang hidup di republik ini hanya orang orang yang tidak berani mengakui kesalahan.
Anda tidak takut?
Ini bukan soal takut atau menyerah. Ini problem Indonesia sebagai sebuah republik. Ini bukan problem yang dihadapi Papua saja. Indonesia tidak mempertahankan dengan kekerasan. Dimana-mana orang merasakan ketidakadilan.
Ini harus diselesaikan. Kelompok manapun yang menjadi penguasa tidak pernah membuat kebijakan yang berpihak kepada rakyat. Semuanya menindas rakyat. Orang orang kritis tidak tidak hanya dibunuh secara kejam dan sadis dan terang terangan. Tapi juga dibunuh dengan perlahan- lahan, dengan menaikan harga BBM dan sembako.
Apakah PDP gerakan seperatis?
Yang bilang kami separatis itu justru pemerintahan Jakarta. Walaupun kami bilang merdeka di Papua tapi kami tidak mengusir orang.
sebaiknya kita semua menyadari bahwa seluruh lapisan rakyat tidak menyukai ketidakadilan, tidak maslah mereka diselesaikan secara instan dnegan senjata. Tapi, orang stick holder yang ada di daerah pun juga jangan ambisi ingin memisahkan diri. Sebab negara kita yang bersatu saja masih carut-marut, apa lagi kalau sudah terpecah-pecah. Sekarang alasannanya mungkin karena ketidakadilan pemerintah pusat. Tapi siapa jamin nanti kalau anda sudah menjadi pemimpin negara yang anda juangkan kemerdekaannya sekarang bisa makmur. Bisa jadi sebaliknya.
Ralat komentar di atas :
08 at 9:58 pm
sebaiknya kita semua menyadari bahwa seluruh lapisan rakyat tidak menyukai ketidakadilan, tidak ingin masalah mereka diselesaikan secara instan dengan senjata. Tapi, para pemegang kepentingan yang ada di daerah yang merasa belum mendapatkan haknya pun juga jangan ambisi ingin memisahkan diri. Sebab negara kita yang bersatu saja masih carut-marut, apa lagi kalau sudah terpecah-pecah. Sekarang alasannya mungkin karena ketidakadilan pemerintah pusat. Tapi siapa jamin nanti kalau anda sudah menjadi pemimpin negara yang anda juangkan kemerdekaannya sekarang ini bisa makmur. Bisa jadi sebaliknya.