Berantas Terorisme, Berdayakan Dai dan Ulama

Ancaman aksi terorisme terus membayangi kehidupan masyarakat. Berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan, baik yang dilakukan oleh aparat keamanan dan masyarakat secara keseluruhan terus digalakkan. Kalangan ulama dan tokoh agamapun tak ketinggalan turut memberikan kontribusinya bagi pencegahan dan pembasmian terorisme. Pemberantasan terorisme melalui jalur agama serta peran dai dan ulama dinilai cukup efektif.

Membahas lebih dalam hal ini, At-Tanwir mewawancarai pengamat politik-inteligen dan penulis buku Terorisme Ancaman Tiada Akhir, Wawan H. Purwanto. Petikannya:

Menurut Anda, bagaimana perkembangan aksi terorisme saat ini?

Perkembangan teror terakhir kan dilakukan Muhammad Nuh di Kramat Jati Indah Plaza. Nuh fans berat Dr Azahari, sesuai pernyataan dia. Dia ingin bunuh diri tapi takut mati. Tapi Nuh tidak terkait dengan kelompok Noordin maupun Azahari. Bom pun tak dilekatkan di tubuh Nuh, padahal biasanya bom itu dilekatkan di tubuh dan terdapat dua tombol, fungsinya bisa diledakkan oleh pelaku, atau bila si pelaku takut, tombol satunya akan dipencet dari jauh, oleh orang yang mengendalikan si pelaku. Kalau Nuh hanya cari popularitas dan saya kira itu sangat bodoh.

Kedepan, tren aksi terorisme tetap dengan bom bunuh diri?

Saya kira akan tetap dengan bom bunuh diri. Harap diketahui, bahwa kelompok Noordin M.Top tak akan tinggal diam. Sekarang mereka tiarap, tapi harus tetap diwaspadai karena mereka akan terus dan sedang mempersiapkan aksi baru.

Anda tahu peta kelompok Noordin?

Dia lari di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka tak jauh dari perkampungan dan pegunungan di dua provinsi tersebut. Jadi, lokasi kelompok ini bolak-balik antara Jateng dan Jatim itu. Dari prediksi terakhir, saat ini Noordin dan kelompoknya cenderung lari ke gunung.

Kenapa Jateng Jatim dipilih, bukan tempat lain misalnya?

Karena komunitas Muslim di Jateng dan Jatim relatif bersahabat dan welcome, bisa diajak berbaur. Di tempat lain seperti Jawa Barat dan Jakarta juga pernah dicoba didiami mereka, tapi masyarakat di kedua provinsi ini lebih kritis dan curiga, termasuk taktik memalsu diri seperti memoles wajah, pakai jilbab, dan lain sebagainya, masyarakat Jakarta dan Jabar sudah tahu, sehingga Noordin Cs lari ke wilayah Jawa Tengah atau Jawa Timur. Kalangan RT/RW juga terus mewaspadai mereka.

Kalau upaya pencegahan terorisme melalui jalur agama, menurut Anda, seberapa efektif?

Melalui jalur agama, sangat jelas, dampaknya luar biasa, terutama para dai dan ulama yang akan memberikan pencerahan kepada masyarakat umum. Kalangan dai dan ulama akan lebih bagus lagi bila ada koordinasi dengan kalangan pemerintah daerah, ormas-ormas seperti NU dan Muhammadiyah, lembaga informal lainnya, serta kalangan LSM. Kalangan dai dapat diandalkan untuk pembasmian terorisme melalui pemahaman dan pencerahan keagamaan yang benar kepada masyarakat karena suara mereka sangat didengar oleh publik. Sedangkan kalangan pemerintah, LSM, ormas Islam bisa lebih aktif lagi memberikan input-input kepada dai dan ulama. Dengan demikian, masyarakat makin kritis dan mengerti dan dampaknya sangat positif, antara lain masyarakat dapat membantu aparat mengendus bila ada hal-hal yang mencurigakan.

Sebenarnya, dominan mana, faktor agama atau non-agama, yang memicu aksi terorisme?

Faktor non-agama, yaitu politik. Kebijakan Amerika di Afghanistan, Irak, dan intervensi AS di Palestina, pada akhirnya menjadi barometer pergerakan kelompok teroris. Bahkan sekarang telah merembet ke kelompok militan di Thailand Selatan, Malaysia, dan Filipina Selatan. Kelompok ini akan terus bergerak dan diarahkan ke Indonesia.

Kalau teror Poso, bagaimana Anda melihat?

Ini kan sarat politis. Seminggu sebelum bulan Ramadhan lalu, saya ceramah yang dihadiri antara lain Abu Bakar Baasyir, Irfan Awwas, Fauzan Anshari. Saya katakan di depan audiens bahwa akan ada kerusuhan di Poso saat lebaran nanti. Ada pihak-pihak tertentu dan kalangan asing yang melakukan rapat-rapat gelap di sebuah hotel di Jakarta. Pihak asing ini sudah kembali ke negaranya, tapi basisnya di Singapura. Persis lebaran terjadi kerusuhan di Poso. Terjadilah benturan antara aparat dan kalangan Muslim, termasuk ustad Adnan Arsal. Memang sasarannya antara lain agar terjadi konflik antara kelompok Muslim dengan pihak aparat. Ini sangat berbahaya dan inilah yang diinginkan oleh para komprador di dalam negeri serta orang-orang asing itu. Tragis. Konflik Poso dikendalikan dari Singapura dan ini by design. Dan nyatanya prediksi saya benar.

Solusinya kedepan?

Ya, kerjasama semua pihak, pemerintah dan masyarakat. Para dai juga mesti dibekali dengan pemahaman dan pengetahuan tentang kewaspadaan nasional. Selain itu, mesti digalakkan komunikasi timbal balik antara pemuka agama, pemerintah, aparat dan masyarakat luas. Dengan begitu akan dapat membantu lebih banyak lagi dan meningkatkan efektifitas pencegahan tindak terorisme.

One Reply to “”

  1. ASSALAMUALAIKUM. SALAM KENAL DENGAN FRONT KOMUNITAS INDONESIA SATU (FKI-1). ORMAS INDEPENDEN. UNTUK LEBIH MENGETAHUI KEGIATAN DAN AD/ART FKI-1 DAPAT DIKLIK:www.apindonesia.com. SEKRETARIAT:GD.DEWAN PERS.LT.5 JL.KEBON SIRIH NO:32-34 JAKARTA PUSAT. EMAIL:satufki@gmail.com. TLP:0213503349, 3864167.

Leave a reply to IMAS NURHAYANI,SE Cancel reply