Umat Islam Harus Tingkatkan Ukhuwah Islamiyah

Belum hilang dari ingatan, Harian terbesar di Denmark, Jyllands Posten memuat 12 kartun Nabi Muhammad yang diikuti harian-harian lain di Eropa dan negara-negara lain, 6 Oktober 2006 lalu, stasiun televisi Denmark menayangkan rekaman video amatir yang memperlihatkan sejumlah anggota muda Partai Rakyat Denmark (DPP) dalam sebuah acara lomba membuat kartun yang menghina Nabi Muhammad. Sambil berlomba mereka minum-minum dan bernyanyi. Tayangan ini direkam artis Martin Rosengaard Knudsen.

Tak ayal reaksi keras kembali muncul. Sekitar 57 negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OIC), awal pekan ini mengecam rangkaian kedua penayangan kartun mencemooh Nabi Muhammad Saw, dengan menyatakan nilai tenggang rasa tenggelam di Eropa. “Muslim mencatat dengan prihatin bahwa nilai tenggangrasa merosot dan ruang untuk agama, warga dan budaya lain di Barat kini tergerus,” kata pernyataan OIC yang dikirim ke kantor berita Inggris Reuters oleh kelompok terbesar Islam di dunia dan berpusat di Jedah itu.

Sementara, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi menilai saat ini ada serangan berencana dan sistemik untuk menodai kesucian Islam. “Fenomena ini menunjukkan bahwa saat ini ada serangan berencana yang dilakukan secara sistemik untuk menodai kesucian agama Islam,” kata Hasyim yang juga Presiden World Conference of Religions for Peace (WCRP).

Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Malang, Jawa Timur itu mengambil kesimpulan demikian karena menilai akhir-akhir ini secara berulang kali telah terjadi tindakan yang menyinggung perasaan umat Islam.

Kasus di Denmark, kata Hasyim, telah membantah tudingan miring kalangan Barat bahwa umat Islam adalah sumber ekstrimisme, karena yang dilakukan umat Islam selama ini hanya sebatas reaksi dari kekecewaan terhadap kejadian yang telah terjadi berulang kali. “Opini dunia yang selama ini dibangun bahwa umat Islam sebagai sumber kekerasan sebenarnya hanya reaksi terhadap Islamophobia,” katanya.

Oleh karena itu, Hasyim meminta umat Islam di seluruh penjuru dunia untuk meningkatkan ikatan persaudaraan agar tidak mudah dipecah oleh pihak-pihak yang ingin merusak Islam. “Umat Islam seharusnya meningkatkan ‘ukhuwah Islamiyah’ agar tidak tercabik-cabik oleh kekuatan Islamophibia,” katanya.

Sebagai Presiden WCRP, Hasyim merasa berkewajiban menegur pihak-pihak yang menjadi sumber konflik agama tersebut. Sebab, jika hal itu dibiarkan maka dikhawatirkan akan semakin meningkatkan konflik agama hingga ke tingkat yang sulit dibendung. “WCRP berhak dan berkewajiban menegur gerakan-gerakan yang menjadi sumber konflik itu,” katanya.

Tokoh Katolik yang juga Direktur Pasca Sarjana STF Driyakara, Frans Magnis Suseno, menilai tindakan yang dilakukan kelompok ekstrem kanan Denmark ini memang bermaksud melecehkan Nabi Muhammad Saw. “Sangat jelas hal ini dibuat oleh mereka yang benci pada umat Islam,” katanya di sela-sela dialog FKSK.

Frans Magnis Suseno menilai kasus kartun kali ini bukan merupakan tindak lanjut dari pernyataan Paus Benediktus yang menyudutkan umat Islam. “Ini bukan imbas dari pernyataan Paus. Penghinaan ini dilakukan oleh orang-orang picik yang memang membenci umat Islam,” katanya.

Frans meminta masalah tersebut tidak mengganggu dialog lintas agama yang selama ini terus dilakukan. Sebabnya dia menilai hal-hal seperti pembuatan kartun ini akan selalu ada. “Ini bukan hanya tindak kejahatan, namun juga pelecehan terhadap agama,” katanya.

Pakar filsafat ini menilai sulit mengharapkan pelaku-pelaku pelecehan itu meminta maaf dan tidak mengulangi tindakannya. Sebab mereka berpegang pada klaim negara bebas, sehingga tindakan tersebut dianggap sebagai bentuk kebebasan berekspresi. Selain itu, kata dia, Pemerintah Denmark sendiri, katanya, tidak bisa berbuat apa-apa karena tak memiliki Undang-undang Penghinaan Agama.

Di tempat terpisah, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring, menegaskan pemboikotan produk-produk Denmark –yang sempat menggoyahkan perekonomian Denmark– akan terus dilakukan. Menurut dia, pemboikotan itu adalah reaksi yang wajar dan tak mungkin dibendung. “Mestinya Pemerintah Denmark sadar. Kalau ingin bertetangga secara baik dengan masyarakat internasional, mereka harus mau saling menghargai. Tidak bisa dengan alasan memberi kebebasan kepada rakyatnya, lalu mereka memprovokasi,” kata Tifatul.

PKS, kata Tifatul, mengutuk keras perlombaan kartun itu. Dia menilai pemerintah Indonesia juga sudah sepatutnya memprotes lomba kartun itu. Sebelumnya, kutukan atas perlombaan kartun itu juga disampaikan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.

CategoriesUncategorized

Leave a comment