Masjid Azizi Langkat

Pekan lalu, dalam perjalanan ke Tanjung Pura, sekitar 53 km dari Binjai dan 65 km dari Medan, Farah, Timur, dan Tafta singgah di tempat suci ini, Masjid Azizi Langkat.

Nama masjid diambil dari nama Sultan Abdul Aziz yang memimpin Kesultanan Langkat dari tahun 1893 sampai 1927.

Pembangunan masjid dimulai tahun 1889. Wikipedia berbahasa Inggris mencatat perancang masjid ini adalah seorang arsitek berkebangsaan Jerman.

Pekerjanya kebanyakan orang Tionghoa yang tinggal di Langkat, sementara bahan bangunannya berasal dari Penang dan Singapura yang dikirim melalui Sungai Batang Serangan yang mengalir dari Bukit Melintang di Wampu dan bermuara di Kuala Serapuh. Dari tepi Sungai Batang Serangan material bangunan diangkut dengan gerobak-gerobak yang ditarik sapi.

Arsitektur Masjid Azizi dipengaruhi bangunan masjid dari era Dinasti Mughal yang berkuasa di India dari abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-19.

Bangunannya yang kokoh berwarna kuning dipadukan lis hijau dan kubah-kubah berwarna hitam.

Interiornya sebagian besar terbuat dari marmer, dengan lampu kristal Italia. Dipercantik ornamen bergaya Melayu Deli.

Lokasi masjid berjarak sekitar 200 meter dari Istana Kota Baru dan Istana Darul Aman serta sekitar 50 meter dari Madrasah Maslurah dan Madrasah Aziziah yang merupakan sekolah dan perguruan tinggi jamaah Mahmudiyah Litholabil Khairiyah.

Di dalam kompleks masjid terdapat makam keluarga Kesultanan Langkat, termasuk makam Tengku Amir Hamzah. Ia adalah salah seorang aastrawan besar angkatan Poedjangga Baroe yang setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diangkat Gubernur Sumatera Tengku Muhammad Hasan menjadi wakil pemerintah Indonesia di Langkat.

Lahir di Tanjung Pura, Februari 1911, Amir Hamzah tewas dalam revolusi sosial di Maret 1946.

Tahun 1975, pemerintah Indonesia memberi gelar Pahlawan Nasional untuknya.

Leave a comment